Keburukan Pelaku Bid’ah(2) Bid’ah Itu Disukai Iblis & Para Pelakunya Adalah Bala Tentara Iblis
BID’AH ITU LEBIH DISUKAI IBLIS DARI PADA MAKSIAT
Alhamdulillah
“Jerat- jerat Iblis” Oleh Ustadz Mahfudz Umri
Lc
Ustadz Ahmad Zainuddin · Musuh Itu.Bernama Iblis
Mari Mengghibah Ahlul Bid’ah dan Ahlul Ahwa
– Al Ustadz Saiful Bahri ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ Sesi 1
Mari Mengghibah Ahlul Bid’ah dan Ahlul Ahwa – Al Ustadz Saiful Bahri ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ Sesi 2
Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja- Menjadi Sahabat Iblis.Tatkala Sendirian
Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja – Khutbah Iblis yang Menyentuh Hati
Ustadz Ahmad Zainuddin · Bermusuhan
dengan Iblis
Sesi 1
Ustadz Ahmad Zainuddin · Bermusuhan
dengan Iblis
Sesi 2
Ciri-ciri ahli bidah mubtadi dan beberapa kelompok firqah mereka
Bersama: al-Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar hafizhahullah
Membahas: Kitab Syarh Lum’atil I’tiqad Fashl Alamat Ahlil Bid’ah Wa Dzikru Ba’dhi Thawaifihim karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah
Ringkasan Transkrip Isi Materi:
• Setiap yang memiliki simah (ciri-ciri atau sifat) yang bukan islam dan sunnah, maka dia ahli bidah.
• Pentingnya mempelajari hal ini, karena bid’ah itu terlarang, haram dan menyeret kepada kesesatan dan neraka, agar kita bisa terhindar darinya.
• Tiga ciri diantara ciri-ciri ahli bid’ah Kelompok-kelompok firqah ahli bid’ah yang aqidahnya bertentangan dengan Islam:
1. Syiah Rafidhah
2. Al-Jahmiyah
3. Al-Khawarij
4. Al-Qadariyah
5. Al-Murjiah
6. Al-Mu’tazilah
7. Al-Karamiyah
8. As-Salimah
9. Al-Asy’ariyah
Pengertian Bid’ah Yang Benar – Ust Riyadh Bajrey
Lumatul Itiqad (13) : Cara Mematahkan Argumen Ahli Bid’ah – Ustadz M Abduh Tuasikal
https://youtube.com/_tFiXn2DOFQ
MEMAHAMI APA ITU BID’AH #1 | USTADZ MAUDUDI ABDULLAH
MEMAHAMI APA ITU BID’AH #2 | USTADZ MAUDUDI ABDULLAH
Perkataan Imam As-Tsaury ini memang banyak yang tidak suka, bahkan ada yang keterlaluan menghina perkataan beliau, diluar batas agama. Seolah perkataan Imam As-Tsaury mendorong ummat untuk berbuat maksiat, seperti berzina, mabuk, berjudi dan sekelasnya.
Padahal kalau mau mehamami ucapan sang Imam, maka akan banyak pelajaran yang bisa di ambil oleh umat Islam, untuk bisa menghindardari tirani bid’ah yang mudah berwujud seperti virus yang merebak, lalu menjangkit siapa saja yang tidak memiliki fondasi Imanyang kokoh dan kuat.Lafadz perkataan As-Tsaury sebagai berikut :
ﻗﺎﻝ ﺳﻤﻌﺖ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻰ ﺇﺑﻠﻴﺲ ﻣﻦﺍﻟﻤﻌﺼﻴﺔ ﻭﺍﻟﻤﻌﺼﻴﺔ ﻳﺘﺎﺏ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻻ ﻳﺘﺎﺏ ﻣﻨﻬﺎ
Aku mendengar Sofyan as-Tsaury berkata: ” Bid’ah lebih dicintai Iblis dari pada makshiat. karena orang yang berbuat makshiat masih terdorong untuk bertobat dari dosa makshiat, sedangkan pelaku bid’ah tak akan.mungkin bisa bertobat dari dosa bid’ah, (lantaran pelaku bid’ah merasa dengan bid’ahnya bisa mendekatkan diri dari pada Allah)
“Makna perkataan Imam As-Tsaury
ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻉ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺘﺨﺬ ﺩﻳﻨﺎً ﻟﻢ ﻳﺸﺮﻋﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﺭﺳﻮﻟﻪ ،ﻗﺪ ﺯﻳﻦﻟﻪ ﺳﻮﺀ ﻋﻤﻠﻪ ﻓﺮﺁﻩ ﺣﺴﻨﺎً، ﻓﻬﻮ ﻻ ﻳﺘﻮﺏ ﻣﺎ ﺩﺍﻡ ﻳﺮﺍﻩ ﺣﺴﻨﺎً ﻷﻥﺃﻭﻝ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺄﻥ ﻓﻌﻠﻪ ﺳﻴﺊ ﻟﻴﺘﻮﺏ ﻣﻨﻪ ﺃﻭ ﺑﺄﻧﻪ ﺗﺮﻙ ﺣﺴﻨﺎًﻣﺄﻣﻮﺭﺍً ﺑﻪ ﺃﻣﺮ ﺇﻳﺠﺎﺏ ﺃﻭ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺏ ﻟﻴﺘﻮﺏ ﻭﻳﻔﻌﻠﻪ ، ﻓﻤﺎ ﺩﺍﻡﻳﺮﻯ ﻓﻌﻠﻪ ﺣﺴﻨﺎً ﻭﻫﻮ ﺳﻲﺀ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ﺍﻷﻣﺮ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﺘﻮﺏ .ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻣﻨﻪ ﻣﻤﻜﻨﺔ ﻭﻭﺍﻗﻌﺔ ، ﺑﺄﻥ ﻳﻬﺪﻳﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻳﺮﺷﺪﻩ ﺣﺘﻰﻳﺘﺒﻴﻦ ﻟﻪ ﺍﻟﺤﻖ ﻛﻤﺎ ﻫﺪﻯ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﻫﺪﻯ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭﻭﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻘﻴﻦ ، ﻭﻃﻮﺍﺋﻒ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﻭﺍﻟﻀﻼﻝ
“Bahwasanya sang pelaku bid’ah yang menjadikan bid’ah sebagai agama yang tidak disyaritkan Allah dan rasul-Nya, sungguh telah menghiasi kejelekan amalnya, sehingga ia melihat amalan jeleknya itu baik, maka pelaku bid’ah itu tak akan pernah bertobat selama melihat perbutan bid’ahnya adalah bid’ah hasanah”. Karena sesungguhnya awal pertama kalai orang bisa bertobat itu karena mengetahua (bahwasanya itu salah), dengan sebab itulah para pelaku kesalahan akan bertobat dari atau dengan sebab itu mereka meninggalkan kebaikan yang diperintahkan atau meninggalkan perintah wajib, atau sunah guna bertobat dan ia mengerjakannya. Maka selama melihat mengerjakannya itu baik, sedangkan amalan tersebut.tergolong jelek, maka dia tak akan bertobat. tetapi bertaubat dari itu bersifat mungkin dan bisa saja terjadi. , Semoga Allah akan memberikan petunjuk yang lurus, sehingga makin jelas kebenaran baginya, sebagaimana Allah subhana wata’ala memberikan petunjuk kepada kalangan kafir dan munafiq, dan.sekelompok ahlul bid’ah dan kesesatan “(
ﻣﺠﻤﻮﻋﺔ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺷﻴﺦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ 28/231 ) .
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
ﺃﻥ ﺗﺤﺬﻳﺮ ﺍﻷﻣﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﻭﺍﻟﻘﺎﺋﻠﻴﻦ ﺑﻬﺎ ﻭﺍﺟﺐ ﺑﺎﺗﻔﺎﻕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ
“Memperingatkan umat dari amalan bid’ah dan pendapat pendapat bid’ah adalah wajib hukumnya, merupakan ittifaq para ulama Islam”
Juga Ibnu taimiyah Rahimahullah berkata :
( ﺇﻥ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺷﺮ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﻲ ﺍﻟﺸﻬﻮﺍﻧﻴﺔ ﺑﺎﻟﺴﻨﺔﻭﺍﻹﺟﻤﺎﻉ
“Sesungguhnya para pelaku bid’ah lebih jelek dari para pelaku makshiat pengikut shahwat, menurut sunah dan Ijma’ ulama ”
Jadi konsekwensi logis mengapa bid’ah lebih disukai Iblis, karena para pelaku tidak akan pernah merasa berbuat salah pada agama, mereka yang kecanduan bid’ah akan selalu merasa diatas kebenaran, menganggap hal itu sebagai ajaran agama, hatinya terdorong untuk selalu mabuk kepayang dalam genangan amalan bid’ah yang menurut mereka bisa menjadi tiket ke surga.
Itulah sebabnya bid’ah tidak merobah orang orang ada di bar bar atau di cafe cafe, tetapi mereka semarak bid’ah di mesjid mesjid, mushallah, dan tanah lapang dalam menggelar bid’ah, bisa menyedot ribuan atau jutaan orang yang seluruhnya merasa bahwa bid’ah yang mereka lakukan adalah agama. Itulah keberhasilan Iblis membuat para pelaku bid’ah tak ada yang melarang, bandingkan dengan makshiat, mabuk saja jadi masalah besar, sedangkan bid’ah sekalipun berat dosanya, justru menjadi dorongan buat semua orang meng-aminkan dosa bid’ah tersebut lewat praktek amalan amalan bid’ah yang mereka buat..
Bagaiman sikap Umar bin Khattab terhadap Bid’ah
? ﻭﺧﻄﺐ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ – ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ﻓﻘﺎﻝ : ﺃﻳﻬﺎﺍﻟﻨﺎﺱ ﻗﺪ ﺳﻨﺖ ﻟﻜﻢ ﺍﻟﺴﻨﻦ ، ﻭﻓﺮﺿﺖ ﻟﻜﻢ ﺍﻟﻔﺮﺍﺋﺾ ، ﻭﺗﺮﻛﺘﻢﻋﻠﻰ ﺍﻟﻮﺍﺿﺤﺔ ﺇﻻ ﺃﻥ ﺗﻀﻠﻮﺍ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﻳﻤﻴﻨﺎً ﻭﺷﻤﺎﻻً . ﻭﻗﺎﻝ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺍﻟﺪﻳﻠﻤﻲ : ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ ﺇﻥ ﺃﻭﻝ ﺫﻫﺎﺏ ﺑﺎﻟﺪﻳﻦ ﺗﺮﻙﺍﻟﺴﻨﺔ ، ﻳﺬﻫﺐ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺳﻨﺔ ﺳﻨﺔ ﻛﻤﺎ ﻳﺬﻫﺐ ﺍﻟﺤﺒﻞ ﻗﻮﺓ ﻗﻮﺓ
.Umar bin Khattab radhiallahu’anhu berkhotbah :
“Ayyuhannas, sungguh telah disunnakan sunah sunah buat kalian, dan telah difardhukan semua yang fardhu, dan kalian tinggal diatas yang jelas, agar kalian terhubung dengan yang dikanan dan dikiri ,
Berkata Abdullah bin Dailami:” Adalah dari kalangan Tabiin merupakan awal perginya agama dan sirnanya sunah, Agama akan sirna, sunah demi sunah, sebagaimana tali hilang kekuatan demi kekuatan”
Demikian juga Ibnu Abbas memperingatkan umat dari jenis jenis bid’ah yang akan menghancurkan agama
. ﻭﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ – ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ : – ﻻ ﻳﺄﺗﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﺎﻡﺇﻻ ﺃﺣﺪﺛﻮﺍ ﻓﻴﻪ ﺑﺪﻋﺔ ، ﻭﺃﻣﺎﺗﻮﺍ ﻓﻴﻪ ﺳﻨﺔ ﺣﺘﻰ ﻳﺤﻴﻰ ﺍﻟﺒﺪﻉ ،ﻭﺗﻤﻮﺕ ﺍﻟﺴﻨﺔ
“masa akan datang kepada manusia, mereka senang menciptakan bid’ah , mereka mematikan sunah ,.sehingga bid’ah hidup subur dimana mana, sedangkan.sunah trkubur mati”
Inilah pula yang dipahami oleh para sahabat generasi terbaik umat ini. Jauh Sebelum Orang-orang Mengatakan Bid’ah Hasanah, Para Sahabat Mereka menganggap bahwa setiap bid’ah itu sesat walaupun sebagian orang menganggapnya baik(hasanah) Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
“Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik (hasanah)” (Diriwayatkan oleh Muhammad bin Nashr dalam kitab As Sunnah dengan sanad shahih dari Ibnu ‘Umar. Lihat Ahkamul Janaiz, Syaikh Al Albani, hal. 258, beliau mengatakan hadits ini mauquf, shahih)
Peringatan As-Sulamy
: ﺇﻧﻜﻢ ﺳﺘﺤﺪﺛﻮﻥ ، ﻭﻳﺤﺪﺙ ﻟﻜﻢ ، ﻓﺈﺫﺍ ﺭﺃﻳﺘﻢ ﺍﻟﻤﺤﺪﺙ ﻓﻌﻠﻴﻜﻢﺑﺎﻷﻣﺮ ﺍﻷﻭﻝ
“Kelak kalian menjadi generasi yang senang meng-ada adakan bid’ah dan bid’ah yang diada adakan buat kalian, maka jika kalian melihat hal itu, wajib bagi kalian kembali pada Islam abad pertama”
Abi Qilabah : ﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻗﻼﺑﺔ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ] [ ‘ :
ﺃﻭﻝ ﻣﺎ ﻳﺬﻫﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺍﻟﻌﻠﻢ . ‘ ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ .ﺃﻳﺬﻫﺐ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ؟ ﻗﺎﻝ : ‘ ﻳﺬﻫﺐ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻌﻠﻤﻮﻧﻪ ، ﻭﻳﺒﻘﻰﻗﻮﻡ ﻻ ﻳﻌﻠﻤﻮﻧﻪ ، ﻓﻴﺘﻨﺎﻭﻟﻮﻧﻪ ﻋﻦ ﺃﻫﻮﺍﺋﻬﻢ . ‘ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻀﺤﺎﻙ ﺑﻦﻣﺰﺍﺣﻢ : ﻛﺎﻥ ﺃﻭﻟﻜﻢ ﻳﺘﻌﻠﻤﻮﻥ ﺍﻟﻮﺭﻉ ، ﻭﻳﺄﺗﻲ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺯﻣﺎﻥ ﻳﺘﻌﻠﻢﻓﻴﻪ ﺍﻟﻜﻼﻡ . ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺟﻌﻔﺮ : ﻣﻦ ﺃﺧﺬ ﺑﺮﺃﻳﻪ ﻭﻛﻞ ﺇﻟﻰ ﻧﻔﺴﻪ .
“Awal pertama, adalah Ilmu yang akan dari manusia”
Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah mengapa tidak Quran , Rasulullah bersabda:” Orang orang yang berilmu agama akan sirna. dan yang tinggal orang orang pandir yang bodoh. Mereka saling mengedepankan hawa nafsu. Ad-Dhuak : Itulah awal kalian mengajarkan kehati hatian , dan akan datang atas kamu mereka yang mengajarkan” Ilmu kalam”, semu berpedoman dengan akalnya , semua.mengedepankan dirinya.”
Sofyan As Tsaury :
ﺳﻤﻌﺖ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻳﻘﻮﻝ : ﻣﻦ ﺳﻤﻊ ﻣﻦ ﻣﺒﺪﻉ ﻟﻢ ﻳﻨﻔﻌﻪ ﺍﻟﻠﻪﺑﻤﺎ ﺳﻤﻊ ، ﻭﻣﻦ ﺻﺎﻓﺤﻪ ،ﻓﻘﺪ ﻧﻘﺾ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻋﺮﻭﺓ ( . ) 1 )
Siapa yang mendengarkan perkataan ahlul bid’aah , Allah tak akan memberikan manfaat guna buat dia yang mendengarkan perkataan bid’ah, Maka yang berjabat tangan dengan ahlul bid’ah , maka sama dengan.merobohkan tali islam”
Fudhail bin iyyadh:
ﻣﻦ ﺃﺣﺐ ﺻﺎﺣﺐ ﺑﺪﻋﺔ ﺃﺣﺒﻂ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻤﻠﻪ ﻭ ﺃﺧﺮﺝ ﻧﻮﺭ ﺍﻹﺳﻼﻡﻣﻦ ﻗﻠﺒﻪ
” Siapa yang menyukai bid’ah, Allah akan menggugurkan amalnya, dan akan.mengeluarkan cahaya Islam dari hatinya”
Fudhail bin Iyadh :
ﻣﻦ ﺃﻋﺎﻥ ﺻﺎﺣﺐ ﺑﺪﻋﺔ ، ﻓﻘﺪ ﺃﻋﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻫﺪﻡ ﺍﻹﺳﻼﻡ
” Siapa yang turut serta membantu para pelaku bid’ah , sama halnya dengan turut serta dalam merobohkan Islam”
Muhammad an-nudhir al-Haritsy:
ﻣﻦ ﺃﺻﻐﻰ ﺑﺴﻤﻌﻪ ﺇﻟﻰ ﺻﺎﺣﺐ ﺑﺪﻋﺔ ﻧﺰﻋﺖ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﻌﺼﻤﺔ ﻭﻭﻛﻞﺇﻟﻰ ﻧﻔﺴﻪ
“Siapa yang lega mendengarkan perkataan para pelaku bid’ah (ustad bid’ah, kyai bid’h, ulama bid’ah) , akan dicabut darinya perlindungan , dan kemudian dia.berhukum dengan dirinya sendiri”
Fudhail bin Iyadh :
( ﺍﺗﺒﻊْ ﻃُﺮﻕَ ﺍﻟﻬُﺪﻯ ﻭﻻ ﻳَﻀﺮﻙ ﻗﻠَّﺔُ ﺍﻟﺴﺎﻟﻜﻴﻦَ ، ﻭﺇِﻳﺎﻙَ ﻭﻃُﺮُﻕَﺍﻟﻀﻼﻟﺔ ، ﻭﻻ ﺗﻐﺘﺮ ﺑﻜﺜﺮﺓ ﺍﻟﻬﺎﻟﻜﻴﻦ )
” Ikutlah jalan jalan petunjuk , jangan mencedrai kamu, karena sedikitnya orang yang menempuh jalan sunah, dan hati hatilah dari jalan jalan sesat, jangan terpengaruh banyaknya orang yang berjalan diatas jalan kebinasaan (Bid’ah )
Jelaslah sudah bahwa amalan amalan bid’ah adalah amalan amalan yang membinasakan. Amalan amalan yang akan banyak menyesatkan orang orang dari agama yang lurus. Jalan jalan bid’ah adalah jalan yang dirintis.oleh Iblis, bisa menghancurkan semua amalan tanpa pilih kasih. namun para pelaku bid’ah tak akan sadar, bahwa yang dilakukannya akan menjunamkan keyakinannya pada agama yang salah. Para pelaku bid’ah adalah bala tentara Iblis laknatullahi alahi
Oleh: Abu Abdullah
(Lanjut ke halaman 2)
Laman: 12
apa bisa meminta rujukan kitab
mengenai perkataan imama syafi’i “Jangan taqlid dalam urusan agama kalian, karena siapapun yang kalian taqlidi, belum tentu selamat dari salah dan keliru.”
SukaSuka
Setau ana, itu bukan perkataan Imam Asy Syafi’i rahimahullah, tapi perkataan Sahabat Ibnu Mas’ud dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma
.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
.
“Ketahuilah, janganlah salah seorang di antara kalian taqlid kepada seseorang di dalam agamanya. Jika dia beriman maka dia ikut beriman, jika dia kafir diapun ikut kafir. Dan jika kalian harus ambil teladan, maka terhadap orang yg telah mati (Para Sahabat) karena orang yang masih hidup tidak aman dari fitnah (ujian/kesesatan).”
.
– Al-Lalika’i, Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah no. I/431 no. 130. Al-Haitsami berkata “Atsar ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, dan para periwayatnya merupakan para periwayat ash-Shahih”, lihat Kitab Majma ‘Az-Zawa’id, I/180
.
Ali bin Abi Thallib radhiyallahu ‘anhu berkata,
.
“Hati-hatilah mencontoh para tokoh, sebab seseorang sungguh beramal dengan amalan shalih kemudian berbalik –karena ilmu Allah tentangnya- lalu dia beramal dengan amalan ahli neraka, lantas dia mati sebagai ahli neraka. Dan seseorang sungguh beramal dengan amalan ahli neraka lalu berbalik, lantas dia beramal dengan amalan ahli Surga, kemudian dia mati sebagai ahli Surga. Jika kalian harus berbuat, maka teladani mereka yang sudah mati (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Para Sahabat ridwanullah ‘alaihi ajma’in), bukan yang masih hidup.”
.
– Asy-Syathibi, al-I’tisham, II/358
Mereka mengira bahwa imam madzhab yang
menjadi panutan tersebut sudah mengetahui seluruh makna Al Qur’an dan Sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak ada yang tertinggal sama sekali.
.
Ini adalah pemahaman yang salah, sebab jangankan imam madzhab, para sahabat radhiallahu ‘anhum saja tidak semua paham hukum syariat secara kompleks. Contoh yang telah masyhur dalam dalam pembahasan waris, bahwa sahabat Abu Bakar radhiallahu pada awalnya tidak tahu bahwa Nabi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah memberikan seperenam harta warisan untuk nenek, hingga hal itu diinformasikan oleh Al Mughirah bin Syu’bah dan Muhammad bin Maslamah radhiallahu ‘anhuma, lalu setelah itu Abu Bakar radhiallahu anhu tidak lagi memakai pendapatnya dannmengikuti apa yang ditunjukkan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
.
Begitu juga kisah Umar Ibn Khattab radhiallahu
‘anhu yang belum mengetahui tentang permasalahan jizyah (upeti) yang harus diambil pula dari orang-orang Majusi, hingga diberitahukan oleh Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu bahwanNabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengambil jizyah dari orang-orang Majusi didaerah Hajar.
.
karenanya, menyangka seorang imam telah
menguasai seluruh hukum syariat beserta makna- maknanya adalah prasangka yang jauh dari kebenaran. Sebab bisa jadi seorang imam tidak mengetahui beberapa hadits yang dibawa oleh sebagian sahabat lain, atau belum mengetahui bahwa disana ada dalil yang lebih shahih.
.)
.
Tentu saja hal yang demikian itu tidak mengapa, hal itu bisa disebabkan ketidaktahuan, atau keterbatasan sarana, waktu serta fasilitas untuk mendapatkannya. Sebab seperti yang kita tahu,
bahwa dizaman itu belum ada internet, pesawat terbang, makanan cepat saji, dll. Padahal sang
imam telah mempergunakan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk mencari hadits-hadits tersebut. Karena itulah para imam telah
mendapatkan pahala ijtihad dan maaf atas kekeliruannya. Bisa jadi seorang Imam mendapatkan hadits yang sanadnya dho’if, sementara Imam setelahnya mendapatkan riwayat yang shahih dan mengambilnya.
.
Maka meyakini seorang Imam sudah mengetahui dan memahami seluruh hukum-hukum syariat beserta makna-maknanya adalah persangkaan yang bathil. Bahkan semua Imam secara tegas telah menyampaikan kebathilan persangkaan itu, contohnya tatkala Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,
.
ﻛﻞ ﻣﺎ ﻗﻠﺖ ﻓﻜﺎﻥ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺧﻼﻑ ﻗﻮﻟﻲ ﻣﻤﺎ ﻳﺼﺢﻓﺤﺪﻳﺚ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺃﻭﻟﻰ ﻓﻼ ﺗﻘﻠﺪﻭﻧﻲ
.
“Semua pendapatku, maka jika ada keterangan dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang
bertentangan dengan pendapatku maka hadis Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam lah yang lebih layak diikuti dan janganlah taqlid kepadaku” (Riwayat Ibnu Asakir dengan sanad shahih, dari Sifat Sholat Nabi, hal 52)
.
Dan benarlah ketika Imam Ahmad rahimahullah
berpesan,
.
ﻻ ﺗﻘﻠﺪﻧﻲ ﻭﻻ ﺗﻘﻠﺪ ﻣﺎﻟﻜﺎ ﻭﻻ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﻻﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ ﻭﻻ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻭﺧﺬ ﻣﻦ ﺣﻴﺚﺃﺧﺬﻭﺍ
.
“Janganlah kalian taqlid kepada aku, jangan pula taqlid kepada Malik, As-Syafii, Al-Auzai, At-Tsauri. Ambillah dari mana mereka mengambil ” (I’lamu al-Muwaqi’in, 2/201).
.
Ringkasnya, bermadzhab itu boleh dan tidak wajib, tapi kita juga tidak boleh fanatik. Jika ada pendapat dalam madzhab yang menyelisihi Al-Quran atau Hadits, maka ikutilah pendapat yang didukung dalil.
.
Para Imam Madzhab adalah orang-orang mulia,
mereka sama-sama menguasai Ilmu Quran, Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memberikan kepada Imam Malik dan Imam Ahmad rahimahumullah kelebihan dalam Hadist dan juga Ilmu Hadits. Imam Syafi’i diberi kelebihan dalam Bahasa Arab dannUshul Fiqh, sedangkan Imam Abu Hanîfah rahimahullah diberikan kelebihan pada Qiyas dan Logika. Semuanya saling melengkapi, saling memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahkan dengan memaklumi kekurangan mereka, sejatinya kita sedang memanusiakan mereka, karena memang taknada yang sempurna. Maka barangsiapa mengetahui keutamaan mereka dan memilih pendapat yang terkuat dari mereka berempat, akan terkumpul padanya kelebihan yang diberikan Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada mereka masing-masing.
.
Karenanya barang siapa yang mewajibkan bertaqlid kepada mereka, sejatinya ia telah melakukan kesalahan, ia telah mempersempit ruang yang luas. Karena taqlid yang benar hanya pada dalil, dan wajib bagi kita untuk memilih yang paling tepat.
.
Perkataan Para Imam tentang Taklid
.
Para imam juga menegaskan kepada para pengikutnya untuk mengikuti dalil, dan tidak
bertaklid. Berikut perkataan mereka:
.
Pertama : Imam Abu Hanifah rahimahullah
Beliau mengatakan,
ﻻ ﻳﺤﻞ ﻷﺣﺪ ﺃﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﺑﻘﻮﻟﻨﺎ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﻳﻦ
ﺃﺧﺬﻧﺎﻩ
“Tidak boleh bagi seorangpun berpendapat
dengan pendapat kami hingga dia mengetahui
dalil bagi pendapat tersebut.”
.
Diriwayatkan juga bahwa beliau mengatakan,
ﺣﺮﺍﻡ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻌﺮﻑ ﺩﻟﻴﻠﻲ ﺃﻥ ﻳﻔﺘﻲ ﺑﻜﻼﻣﻲ
“Haram bagi seorang berfatwa dengan pendapatku sedang dia tidak mengetahui dalilnya.”
.
Kedua : Imam Malik bin Anas rahimahullah
Beliau mengatakan,
ﺇﻧﻤﺎ ﺃﻧﺎ ﺑﺸﺮ ﺃﺧﻄﺊ ﻭﺃﺻﻴﺐ ﻓﺎﻧﻈﺮﻭﺍ ﻓﻲ ﺭﺃﻳﻲ ﻓﻜﻞ
ﻣﺎ ﻭﺍﻓﻖ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﺨﺬﻭﻩ ﻭﻛﻞ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻮﺍﻓﻖ
ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﺎﺗﺮﻛﻮﻩ
“Aku hanyalah seorang manusia, terkadang benar dan salah. Maka, telitilah pendapatku.
Setiap pendapat yang sesuai dengan al-Quran
dan sunnah nabi, maka ambillah. Dan jika
tidak sesuai dengan keduanya, maka
tinggalkanlah.” ( Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa
Fadhlih 2/32).
.
Beliau juga mengatakan,
ﻟﻴﺲ ﺃﺣﺪ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﻻ
ﻭﻳﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻳﺘﺮﻙ ﺇﻻ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪﻭﺳﻠﻢ
“Setiap orang sesudah nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dapat diambil dan ditinggalkan
perkataannya, kecuali perkataan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Jami’ Bayan
al-‘Ilmi wa Fadhlih 2/91).
.
Ketiga : Imam Asy-Syafi’i rahimahullah
Beliau mengatakan,
ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪﺗﻢ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻲ ﺧﻼﻑ ﺳﻨﺔ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﻮﻟﻮﺍ ﺑﺴﻨﺔ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺩﻋﻮﺍ ﻣﺎ ﻗﻠﺖ
“Apabila kalian menemukan pendapat di dalam kitabku yang berseberangan dengan sunnah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ambillah sunnah tersebut dan tinggalkan pendapatku.” (Al-Majmu’ 1/63).
.
Keempat : Imam Ahmad bin Hambal
rahimahullah
.
Beliau mengatakan,
ﻻ ﺗﻘﻠﺪﻧﻲ ﻭﻻ ﺗﻘﻠﺪ ﻣﺎﻟﻜﺎ ﻭﻻ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻭﻻ ﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ
ﻭﺧﺬ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺃﺧﺬﻭﺍ
“Janganlah kalian taklid kepadaku, jangan
pula bertaklid kepada Malik, ats-Tsauri, al-Auza’i, tapi ikutilah dalil.” (I’lam al-Muwaqqi’in 2/201; Asy-Syamilah, ).
SukaSuka