(Meminta Syafaat Nabi Kepada Allah, Bukan Meminta kepada Nabi Karena Ini Syirik. Kekal di Neraka Jahannam dan Mari Memasyarakatkan Doa-doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Alhamdulillah
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in
1. Kumpulan Doa dan Dzikir Nabawi Karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 297 Halaman
11. Aplikasi Android Apa Doanya( 400 Doa dan Dzikir Dari Al-Qur’an dan Sunnah)***
Syafa’at (1) – Ustadz Idral Harits
Syafa’at – Ustadz Abu Ibrohim Muhammad ‘Umar as Sewed
Tentang Syafa’at dan Surat Al Qoshosh Ayat 56 – Ustadz Muhammad Umar as Sewed
Syafa’at – Ustadz Abu Yahya Mu’adz
Untaian Doa yang Diajarkan Rasulullah ﷺ – Ustadz Qomar Suaidi
Hukum Berdoa Kepada Para Penghuni Kubur – Ustadz Abu Hafiy Abdullah
Subhan Bawazier / Kiat dan Syarat Mendapatkan Syafa’at
Ustadz Abu Fairus- Syafa’at Rasulullah Pada Hari Kiamat
Ke 35 – Syafaat Rasulullah (Aqidah Imam Ahlul Hadits)
***
Dalam pelajaran TAUHID doa ada 2 macam:
1. Doa “Ibadah” ( ﺩﻋﺎﺀ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ )
Yaitu mencakup pujian dan dzikir kepada Allah, karena hakikat doa adalah ibadah, sebagaimana dalam shalat ada doa dan pujian.
Dalam hadits,
ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻫﻮ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ
“Do’a itu ibadah.” (HR.At-Tirmidzi, hasan shahih)
2. Doa masalah ( ﺩﻋﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ )
Yaitu berdoa meminta kepada Allah
Yang namanya berdoa dan meminta itu hanya kepada Allah saja, tidak boleh meminta kepada selain Allah Karenanya lafadz meminta hanya:
“Ya Allah, kami mohon”
“Ya Allah, kami meminta”
tidak boleh kepada yang lain, semisalnya:
“Ya Nabi”
“Ya Abdul Qadir Jaelani”
“Ya Habib” “Ya Penghuni Kuburan”
“Ya Syaikh Fulan” Ya Wali Fulan” Ya Kiyai Fulan”
Kalau meminta seperti ini maka termasuk kesyirikan,
Allah berfirman,
ﻭَﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﺪْﻋُﻮﺍ ﻣَﻊَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﺣَﺪًﺍ
“Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu beribadah/berdoa seseuatupun bersamaan dengan ibadah/berdoa kepada Allah” (QS Jin:18).
-Begitu juga dengan meminta syafaat, meskipun syafaat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam,.yang benar adalah “meminta syafaat Nabi kepada Allah, bukan meminta syafaat kepada Nabi”
-Karena yang berhak memberikan syafaat hanyalah Allah, adapun makhluk lainnya bisa memberikan syafaat karena izin dan ridha dari Allah
Allah berfirman,
ﻭَﻛَﻢ ﻣِّﻦ ﻣَّﻠَﻚٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻻَﺗُﻐْﻨِﻰ ﺷَﻔَﺎﻋَﺘُﻬُﻢْ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺇِﻻَّ ﻣِﻦ ﺑَﻌْﺪِﺃَﻥ ﻳَﺄْﺫَﻥَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟِﻤَﻦ ﻳَﺸَﺂﺀُ ﻭَﻳَﺮْﺿَﻰ
“Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (QS. An-Najm: 26)
Bahkan “syafa’atul uzma” oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau memohon kepada Allah,
JADI SEBELUM BELIAU MEMBERIKAN SYAFAAT, BELIAU SAJA MEMINTA DULU KEPADA ALLAH
–Syafa’atul Uzma adalah syafaat Nabi di padang mahsyar di mana para Nabi yang lain tidak bisa memberikan syafaat, akhirnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memohon dengan sujud yang sangat lama dan dengan pujian-pujian.yang belum.pernah diucapkan sebelummya
Berikut kisahnya dalam riwayat Bukhari dan Muslim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Saya adalah pemimpin semua orang pada hari kiamat. Tahukah kalian sebabnya apa? AllahSubhanahu wa Ta’ala mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang akhir di suatu dataran tinggi. Mereka dapat dilihat oleh orang yang melihat dan dapat mendengar orang yang memanggil. Matahari dekat sekali dari mereka. Semua orang mengalami kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak mampu memikulnya.
Lantas orang-orang berkata, ‘Apakah kalian tidak tahu sampai sejauh mana yang kalian alami ini? Apakah kalian tidak memikirkan siapa yang dapat memohonkan syafaat kepada Rabb untuk kalian?’ Lantas sebagian orang berkata kepada sebagian lain, ‘Ayah kalian semua, Nabi Adam ‘alaihissalam’. Mereka pun mendatangi beliau, lalu mereka berkata,
‘Wahai Nabi Adam! Engkau adalah ayah semua manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakanmu dengan kekuasaan-Nya dan meniupkan ruh-Nya ke dalam tubuhmu. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud, sehingga mereka pun bersujud kepadamu. Di samping itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan tempat tinggal kepadamu di surga. Sudilah kiranya engkau memohonkan syafaat kepada Rabbmu untuk kami?
Bukankah engkau tahu apa yang kami alami dan sampai sejauh apa menimpa kami?’ Nabi Adam‘alaihissalam menjawab, ‘Sungguh hari ini Rabbku sangat murka Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sungguh, Dia melarangku akan suatu pohon, tetapi saya berbuat maksiat. Diriku, diriku, diriku. Pergilah ke selain aku. Pergilah kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam’.
Lantas mereka mendatangi Nabi Nuh ‘alaihissalam, lalu mereka berkata, ‘Wahai Nuh! Engkaulah Rasul pertama di muka bumi ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebut dirimu hamba yang banyak bersyukur.
Bukankah engkau mengetahui apa yang sedang kita alami sekarang? Sudilah kiranya engkau memohonkan syafaat kepada Rabbmu untuk kami?’ Nabi Nuh ‘alaihissalam menjawab, ‘Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sungguh, saya mempunyai suatu dosa mustajab yang telah saya gunakan untuk mendoakan kebinasaan pada kaumku. Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam’.
Kemudian mereka pun mendatangi Nabi Ibrahim‘alaihis salam, lalu mereka bertanya, ‘Wahai Ibrahim! Engkau adalah Nabi Allah dan kekasih Allah di antara penduduk bumi. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kami. Bukankah engkau telah mengetahui keadaan yang sedang kami alami?’ Lalu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menjawab, ‘Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sesungguhnya saya pernah berdusta sebanyak tiga kali. Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Musa ‘alaihissalam’.
Selanjutnya mereka mendatangi Nabi Musa‘alaihissalam, lalu mereka berkata, ‘Wahai Nabi Musa! Engkau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi keutamaan kepadamu dengan kerasulan dan kalam-Nya yang melebihi orang lain. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kita. Bukankah engkau mengetahui keadaan yang sedang kita alami?’ Lantas Nabi Musa ‘alaihissalam menjawab, ‘Sungguh, hari ini Rabbkunsangat murka. Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya. Sungguh, saya pernah membunuh seorang manusia padahal saya tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Isa ‘alaihissalam’.
Setalah itu, mereka pun mendatangi Nabi Isa‘alaihissalam, lalu mereka berkata, ‘Wahai Nabi Isa! Engkau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’aladan yang diciptakan dengan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya. Engkau dapat berbicara dengan orang-orang ketika masih dalam buaian. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kita. Bukankah engkau mengetahui keadaan yangmsedang kita alami?’ Lantas Nabi Isa ‘alaihissalamnmenjawab, ‘Sungguh, hari ini Rabbku sangat murka Belum pernah Dia murka seperti ini sebelumnya dan Dia tidak akan murka seperti ini lagi setelahnya.’ Nabi Isa tidak menyebutkan dosa yang diperbuatnya. ‘Diriku, diriku, diriku, pergilah ke selain aku. Pergilah pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam’.
Lalu mereka mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selanjutnya mereka berkata, ‘Wahai Muhammad! Engkau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan penutup para nabi. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang. Mohonkanlah syafaat kepada Rabbmu untuk kita. Bukankah engkau mengetahui keadaan yang sedang kita alami?’ Lantas saya berangkat hingga saya sampai di bawah Arsy. Kemudian saya bersujud kepada Rabbku. Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala ajarkan padaku pujian-pujian kepada-Nya serta keindahan sanjungan terhadap-Nya yang belum pernah Dia ajarkan kepada selain diriku. Lalu dikatakan, ‘Wahai Muhammad! Angkatlah kepalamu. Ajukanlah permohonan, niscaya permohonanmu dikabulkan. Mohonlah syafaat, pastilah akan diterima syafaatmu.’ Selanjutnya aku mengangkat kepalaku, lalu saya berkata, ‘Ummatku, wahai Rabbku, umatku wahai Rabbku, ummatku wahai Rabbku!’ Lantas dikatakan, ‘Wahai Muhammad! Masukkanlah umatmu yang tidak perlu dihisab dari pintu surga ke sebelah kanan. Mereka juga sama dengan orang-orang lain di selain pintu tersebut.’ Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Demi Dzat yang mengauasai diriku, sesungguhnya jarak anara dua daun pintu dari beberapa daun pintu surga sama dengan jarak antara Mekah dan Hajar atau antara Mekah dan Bushra’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
@Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel http://www.muslimafiyah.com
__ (lanjut ke halaman 2)
Laman: 12
subhaanallah
semua keterangan ..alhamdulillah ,benar adanya.
banyak pemuka agama dikampung masih berdoa dengan perantaraan syeih abdulqodir dan orang2 yang dianggap shalih menurut mereka seperti penggunaan kata ila hadoroti,ila ruhi dan banyak lagi
bagaimana menyikapinya mengaminkan atau diam
SukaSuka
Menjadikan Dzat Ruh Mayyit sebagai perantara (wasilah) atau bertawasul kepada Dzat Ruh Mayyit adalah Kesyirikan, sebagaimana kesyirikan orang-orang Musyrik, Yahudi dan Nashrani yang menjadikan Dzat Ruh Mayyit Latta, Uzair bagi Yahudi dan Nabi Isa alaihisallam bagi Nashrani yang mereka seru dan memohon pertolongan (Istaghatsah) dan perantara (wasilah) kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala …. maka diamkan dan tinggalkan …
.
Dan terlebih, mengaminkan doa berjama’ah setelah shalat Fardhu atau yang lainnya adalah perbuatan Bid’ah dalam syari’at
.
Hal tersebut dilakukan pada amalan yang tidak ada dalilnya dilakukan doa bersama di dalamnya, seperti berdoa bersama setelah shalat fardhu, setelah majelis ilmu, setelah membaca Al-Quran dll, maka ini boleh jika dilakukan kadang-kadang dan tanpa kesengajaan, namun kalau dilakukan terus-menerus maka menjadi bid’ah.
Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya:
“Apakah diperbolehkan sekelompok orang berkumpul, berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan mengangkat tangan ?”
Maka beliau mengatakan,
“Aku tidak melarangnya jika mereka tidak berkumpul dengan sengaja, kecuali kalau terlalu sering.”
– Diriwayatkan oleh Al-Marwazy di dalam Masail Imam Ahmad bin Hambal wa Ishaq bin Rahuyah 9/4879)
Berkata Al-Marwazy,
“Dan makna “jangan terlalu sering” adalah jangan menjadikannya sebagai kebiasaan, sehingga dikenal oleh manusia dengan amalan tersebut.”
– Masail Imam Ahmad bin hambal wa Ishaq bin Rahuyah 9/4879
Adapun dzikir bersama, dipimpin oleh seseorang kemudian yang lain mengikuti secara bersama-sama maka ini termasuk bid’ah, tidak ada dalilnya dan tidak diamalkan para salaf. Bahkan mereka mengingkari dzikir dengan cara seperti ini, sebagaimana dalam kisah Abdullah bin Mas’ud ketika beliau mendatangi sekelompok orang di masjid yang sedang berdzikir secara berjamaah, maka beliau mengatakan,
“Apa yang kalian lakukan?! Celaka kalian wahai ummat Muhammad, betapa cepatnya kebinasaan kalian, para sahabat nabi kalian masih banyak, dan ini pakaian beliau juga belum rusak, perkakas beliau juga belum pecah, demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, kalian ini berada dia atas agama yang lebih baik dari agama Muhammad, atau kalian sedang membuka pintu kesesatan?”
.
– Diriwayatkan oleh Ad-Darimy di dalam Sunannya no. 2o4, dan dishahihkan sanadnya oleh Syeikh Al-Al-Albany di dalam Ash-Shahihah 5/12
Berkata Asy-Syathiby rahimahullahu,
“Jika syariat telah menganjurkan untuk dzikrullah misalnya, kemudian sekelompok orang membiasakan diri mereka berkumpul untuknya (dzikrullah) dengan satu lisan dan satu suara,atau pada waktu tertentu yang khusus maka tidak ada di dalam anjuran syariat yang menunjukkan pengkhususan ini,justru di dalamnya ada hal yang menyelisihinya, karena membiasakan perkara yang tidak lazim secara syariat akan dipahami bahwa itu adalah syariat, khususnya kalau dihadiri oleh orang yang dijadikan teladan di tempat-tempat berkumpulnya manusia seperti masjid-masjid.”
– Al-I’tisham, II/190
Bahkan Khulafa Rasyidin kedua, Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu, yang sunnahnya juga harus diikuti, pernah memberikan hukuman kepada orang-orang yang melakukan Doa Berjama’ah, dan dari sini dapat diketahui bahwa Doa dan Dzikir Berjama’ah adalah Bid’ah dalam Syariat
.
Abu Utsman An Nahdi rahimahullah berkata,
.
Seorang pegawai Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu melaporkan bahwa di wilayahnya ada SEKELOMPOK ORANG YANG SERING BERKUMPUL MENGADAKAN DOA BERSAMA UNTUK KAUM MUSLIMIN DAN PENGUASA. Maka Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengirimkan surat balasan kepadanya (yang isinya), “Hadapkan mereka itu kepadaku bersamamu !” Kemudian Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu meminta disiapkan untuknya cambuk, ketika ada sekelompok orang yang masuk menghadap Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau langsung mencambuk pemimpin mereka dengan sebuah cambukan.”
– Ibnu Wadhdhah, Kitab al Bida’ Wan Nahyu ‘Anha (hlm. 10) dan Ibnu Abi Syaibah, Kitab al Mushannaf (VIII : 746 no. 6242 dengan Sanad Hasan sebagaimana dikemukakan oleh Dr. al-Khumais, Kitab adz Dzikrul Jama’iy Bainal Ittiba’ Wal Ibtida (hlm. 29)
Atau Akhi Bisa Telepon dgn Ustadz di Aplikasi Halo Ustadz atau Mesin Pencari Islam Yufid.com
SukaSuka
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga Anda dengan ilmu yang Anda baca dari Kitab apapun itu asalnya,
SukaSuka