Bila Hati Tak Semanis Perkataan & Bila Kemanisan Hati Tak Terucapkan Tafsir (QS. Al-Baqarah: 204-205) 

Alhamdulillah

Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

•••••

1. Orang Yang Menginginkan Kebaikan.Bagi Orang Lain

2. Menuju Perbaikan Diri

3. Keutamaan Menunjukan Kebaikan

4. Mengenal Dua Jenis Nifaq dan Perbuatan Orang Munafik (Bag. 2)

5.Mengenal Dua Jenis Nifaq dan Perbuatan Orang Munafik (Bag. 1)

6. Bagaimana Cara Memiliki Keahlian Fiqh

7.Menyia-nyiakan Waktu Lebih Berbahaya dari Kematian

8. Lima Kiat untuk Istiqamah dalam Beramal (Bag. 2)

9. Subhanallah wa Bihamdih Seratus Kalipada Pagi dan Petang

===

Maududi Abdullah-Thagut

Ust. Nur Qomari –Amalan Yang Diterima Disisi Allah

Ust. Abdurrahman –Tipu Daya Iblis ( Terhadap Orang Beribadah )

Ust. Rofi’i S – Jangan Menolak Nasihat 

Ust. Abu Mush’ab -Hikmah Bersyukur Kepada Allah

Ust. Abdurrahman – Apa.itu Wahabi

Anti Dukun – Ustadz.Zainal Abidin,Lc

Meraih Manisnya Rahmat Allah-Ust Syafiq Basalamah

Upaya Menjadi Salafy Lahir Batin-Ust Abdullah Taslim

Bolehkah Melarang untuk Mendoakan Pemimpin yang Ada Saat Ini?Ust Abdurahman Thayyib

Soal JawabArbain Abu Unaisah 3 (40 Hadist Tentang Manhaj dan Aqidah) -Ust Abdul Hakim Amir Abdat

 Syubhatyang Menyambar-Nyambar-Ust Farhan Abu Furaihan 

Arbain Abu Unaisah 3 (40 Hadist Tentang Manhaj dan Aqidah) -Ust Abdul Hakim Amir Abdat 

Wajar Lombok Dila nda Gempa Ini Penyebabnya-Mizan Qudsiyah

 Fenomena Dakwah Belakangan Hari-Ust Hasan Al Jaizy 

====

Ebook

Sarana Hidup Bahagia

Kebersihan Hati

Melembutkan Hati

Hati Hati Sifat Lalai Mengintaimu

Hinanya Hati yang Keras

Penyakit Sombong

Mengikuti Hawa Nafsu

Celaan Terhadap Sikap Bermewah-Mewahan

Waspadai Jeratan Nafsu

Mewaspadai Kelalaian dalam Mengingat Allah subhanahu wa ta’ala

Sebuah Wejangan Yang Menyentuh

Faktor-faktor Pengingat Mati dan Zuhud terhadap Dunia

Mengingat Mati dan Menyiapkan diri untuknya

====

  • BILA HATI TAK SEMANIS PERKATAAN DAN BILA KEMANISAN HATI TAK TERUCAPKAN

✅ Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- berfirman:

{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِـي الْـحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللهَ عَلَى مَا فِـيْ قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَــدُّ الْـخِصَامِ * وَإِذَا تَوَلَّـى سَعَى فِـي الْأَرْضِ لِــيُفْسِدَ فِـيْهَا وَيُهْلِكَ الْـحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللهُ لَا يُـحِبُّ الْفَسَادَ}

Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya di kehidupan dunia mengagumkan engkau (wahai Rasul), dan bersaksi kepada Allah atas (kebenaran) isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras. Dan apabila dia berpaling (dari engkau); dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanaman-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan. (QS. Al-Baqarah: 204-205)

➡ Dalam dua ayat ini ada tiga pembahasan:

  • PEMBAHASAN PERTAMA: Orang Yang Manis Perkataannya; Akan Tetapi Buruk Hati dan Amalannya.

✅ Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di (wafat th. 1376 H) –rahimahullaah- berkata:

Allah -Ta’aalaa- mengabarkan tentang keadaan orang yang berbicara dengan lisannya akan tetapi perbuatannya menyelisihi perkataannya. Maka perkataan itu: bisa mengangkat seseorang (jika dia mengamalkannya-pent), atau merendahkannya (kalau tidak dia amalkan-pent), Allah berfirman:

{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِـي الْـحَيَاةِ الدُّنْيَا…}

Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya di kehidupan dunia mengagumkan engkau (wahai Rasul),…” (QS. Al-Baqarah: 204)

Yakni: Jika dia bicara; pembicaraannya terasa lembut bagi pendengarnya, dan jika dia berkata; maka engkau akan sangka bahwa dia berkata dengan perkataan yang bermanfaat, (apalagi) dia menguatkan perkataannya dengan bersaksi kepada Allah atas (kebenaran) isi hatinya; dia kabarkan bahwa Allah mengetahui kalau isi hatinya sesuai dengan perkataannya; padahal dia dusta, karena perkataannya menyelisihi perbuatannya. Kalaulah dia jujur; maka seharusnya perkataannya sesuai dengan perbuataannya, seperti halnya keadaan orang mukmin yang tidak munafik. Oleh karena itulah Allah berfirman:

{…وَهُوَ أَلَــدُّ الْـخِصَامِ}

“… padahal dia adalah penentang yang paling keras.” (QS. Al-Baqarah: 204)

Yakni: Jika engkau mendebatnya; engkau akan dapati dalam dirinya terdapat penentangan, kesusahan, fanatik dan sifat-sifat jelek lainnya. Tidak seperti akhlak kaum mukminin yang mempunyai sifat lunak, tunduk kepada kebenaran dan mudah memaafkan.

Dan jika orang tersebut berpaling (dari engkau); dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, yakni: melakukan amalan-amalan maksiat yang merupakan bentuk perusakan di muka bumi, sehingga dengan sebab (maksiatnya) itu; dia merusak tanaman-tanaman dan ternak. Karena tanaman, buah-buahan dan binatang ternak; bisa hilang dan berkurang serta sedikit berkahnya dengan sebab amalan maksiat; sedang Allah tidak menyukai kerusakan. Dan jika Dia tidak menyukai kerusakan; maka Dia juga sangat membenci hamba yang suka merusak; meskipun perkataannya bagus…

Maka, di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa perkatan yang muncul dari seseorang bukanlah dalil atas kebenarannya dan tidak juga kedustaannya, tidak juga (menunjukkan) bahwa orang itu baik atau jelek; sebelum didapatkan amalan yang membenarkan perkataannya dan merekomendasikannya. Dan hendaklah menguji keadaan orang yang benar dan orang yang salah: dengan meneliti amalannya dan melihat kepada indikasi-indikasi keadaannya. Jangan terkecoh dengan pemalsuan dan pensucian dirinya saja!”

[“Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hlm. 93-94-cet. Muassasah ar-Risaalah)]

✅ Dan firman-Nya:

{…يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِـي الْـحَيَاةِ الدُّنْيَا…}

“…pembicaraannya di kehidupan dunia mengagumkan engkau (wahai Rasul)…” (QS. Al-Baqarah: 204)

“Yakni: Kekagumanmu dengan perkataan mereka hanya berlaku di kehidupan dunia saja, karena sesungguhnya di akhirat engkau akan mendapati mereka dalam keadaan yang tidak (lagi) mengagumkanmu. Ini adalah muqaddimah untuk firman Allah di akhir ayat: “Maka pantaslah baginya Neraka Jahannam”.”

[“Tafsiir at-Tahriir wat Tanwiir” (II/266-267), karya Syaikh Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur -rahimahullaah-]

  • PEMBAHASAN KEDUA: Orang Yang Baik Hati dan Amalannya; Akan Tetapi Tidak Terucap Dengan Lisannya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) -rahimahullaah- berkata:

Tidaklah setiap orang yang mempunyai ilmu terhadap sesuatu; kemudian dia bisa mengungkapkan-nya dengan perkataan. Oleh karena itu, orang (yang bisa mengungkapkan segala sesuatu) semacam ini dinamakan mutakallim (Ahli Kalam yang pandai bicara-pent). Dan sudah diketahui bersama bahwa ilmu bukanlah hanya sebatas perkataan saja, oleh karena itulah ada perkataan (sebagian ulama Salaf-pent):

“Ilmu itu ada dua: (1)ilmu yang terdapat di dalam hati, dan (2)ilmu yang terdapat di lisan. Ilmu yang di hati itulah ilmu yang bermanfaat, sedangkan ilmu yang di lisan akan menjadi hujjah (dalil) bagi Allah atas (kebaikan atau kejelekan) hamba-hamba-Nya.”…

Dikatakan bahwa ini adalah pekataan Hasan (Al-Bashri)

✅’Abdullah bin Mas’ud berkata:

Kalian sekarang berada di zaman yang banyak fuqahaa’ (ulama)nya dan sedikit tukang ceramah-nya….Nanti akan datang atas kalian zaman yang banyak tukang ceramahnya dan sedikit fuqahaa’ (ulama)nya….”

[Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam “l-Muwaththa’ (I/187-Tanwiirul Hawaalik).

Perkataan samacam ini juga diriwayatkan dari Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-. Lihat: “Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah” (no. 2510 & 3189), karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullaah-]

Maka orang faqiih (berilmu) -yang (ilmunya) meresap ke dalam hatinya-; berbeda dengan tukang ceramah -yang berceramah dengan lisannya-. Kadang hati seseorang berisi pemahaman dan ilmu yang sangat besar; akan tetapi pemiliknya tidak menjelaskannya kepada orang lain. Dan (sebaliknya); kadang seseorang berbicara kepada orang lain dengan perkara-perkara yang berkaitan dengan masalah hati dan keadaan-keadaannya; akan tetapi (hati)nya kosong sama sekali dari apa yang dia bicarakan tersebut.

Dalam Shahih (Al-Bukhari dan Muslim), dari Abu Musa (Al-Asy’ari -radhiyallaahu ‘anhu-), dari Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, beliau bersabda:

مَـثَـلُ الْـمُـؤْمِـنِ الَّـذِيْ يَـقْـرَأُ الْـقُـرْآنَ: مَـثَـلُ الْأُتْــرُجَّـةِ؛ رِيْـحُـهَا طَـيِّـبٌ وَطَـعْـمُـهَا طَـيِّـبٌ، وَمَـثَـلُ الْـمُـؤْمِـنِ الَّـذِيْ لَا يَـقْـرَأُ الْـقُـرْآنَ: مَـثَـلُ الـتَّـمْـرَةِ؛ لَا رِيْـحَ لَـهَا وَطَـعْـمُـهَا حُـلْـوٌ، وَمَـثَـلُ الْـمُـنَـافِـقِ الَّـذِيْ يَـقْـرَأُ الْـقُـرْآنَ: مَـثَـلُ الــرَّيْـحَـانَـةِ؛ رِيْـحُـهَا طَـيِّـبٌ وَطَـعْـمُـهَا مُــرٌّ، وَمَـثَـلُ الْـمُـنَـافِـقِ الَّـذِيْ لَا يَـقْـرَأُ الْـقُـرْآنَ: كَـمَـثَـلُ الْـحَـنْـظَـلَـةِ؛ لَـيْـسَ لَـهَا رِيْـحٌ وَطَـعْـمُـهَا مُــرٌّ

Permisalan orang mukmin yang membaca Al-Qur-an adalah: seperti (buah) Utrujjah; baunya wangi dan rasanya enak. Permisalan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur-an adalah: seperti Kurma; tidak ada baunya akan tetapi manis rasanya. Permisalan orang munafik yang membaca Al-Qur-an adalah: seperti Rayhaanah; baunya wangi akan tetapi rasanya pahit. Permisalan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur-an adalah: seperti Hanzhalah; tidak ada baunya dan rasanya pahit.”

[Muttafaqun ‘Alaihi: HR. Al-Bukhari (no. 5427) dan Muslim (no. 797)]

Maka, beliau (Nabi) shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa: Kadang ada orang yang membaca Al-Qur-an -sehingga dia mengucapkan firman Allah (yang merupakan perkataan yang terbaik-pent)-; padahal orang itu adalah munafik yang di dalam hatinya tidak ada keimanan sama sekali. (Sebaliknya), terkadang ada orang yang beriman; di dalam hatinya terdapat pengenalan terhadap Allah Ta’aalaa, mentauhidkan-Nya, cinta kepada-Nya serta rasa takut kepada-Nya yang termasuk sebesar-besar perkara; akan tetapi dia tidak membaca Al-Qur-an yang merupakan firman Allah (dan sebaik-baik perkataan-pent).”

[“Dar-u Ta’aarudhil ‘Aqli wan Naqli” (VII/453-454) karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullaah-]

  • PEMBAHASAN KETIGA: Amalan Hati (Batin) dan Amalan Badan (Lahiriah).

Kemudian; di sini ada tiga hal yang harus diingat:

Pertama: “Yang saya maksud dengan amal adalah: amalan hati dan amalan anggota badan; selama (amalan) tersebut (baik hati maupun anggota badan-pent) disyari’atkan.”

[“Al-Muwaafaqaat” (I/43-tahqiiq Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman) karya Imam Asy-Syathibi -rahimahullaah-]

Kedua: Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (wafat th. 751 H) -rahimahullaah- berkata:

Barangsiapa memperhatikan syari’at di dalam sumbernya; maka dia akan mengetahui keterkaitan antara amalan badan dengan amalan hati, dan bahwa amalan badan tidak bermanfaat tanpa amalan hati, serta bahwa amalan hati lebih wajib atas hamba dibandingkan amalan badan. Bukankah perbedaan orang mukmin dan orang-orang munafik tergantung pada hatinya; berupa amalan-amalan (hati) yang membedakan antara keduanya?! Bukankah seseorang masuk Islam itu (diawali) dengan amalan hatinya sebelum amalan badannya?! Oleh karenanya; ibadah hati lebih agung dari pada ibadah badan, bahkan lebih banyak, lebih kontinyu, dan (amalan hati) wajib di setiap waktu.”

[“Badaa-i’ul Fawaa-id” (hlm. 1148-cet. Daar ‘Aalam al-Fawaa-id), karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah]

Ketiga: Yang dimaksud dengan amalan hati adalah: gerakan hati dalam hal yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam; seperti: ikhlas dalam beramal, tawakkal (bergantung hanya kepada Allah), berharap dan takut kepada Allah. Inti dari amalan hati tersebut adalah adalah: Kecintaan hati kepada kebaikan dan keinginan kuat untuk melaksanakannya, serta rasa benci kepada kejelekan dan keinginan kuat untuk meninggalkannya. Dan dari amalan-amalan hati ini nanti muncul amalan-amalan anggota badan.

[Lihat: “At-Tanbiihaat al-Lathiifah” (hlm. 85), karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di -rahimahullaah- dan “Syarh al-‘Aqiidah al-Waasithiyyah” (II/231), karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah-]

-dinukil dari “AL-ISTINBAATH” (hlm. 237-244), karya Ahmad Hendrix

===

  • Dalil Mencela Presiden

Keberadaan orang-orang jelek yang ada di belakang presiden tidak Lantas menjadi dalih bagi kita untuk mencela presiden!!!

Yang ada seharusnya kita memberitahu presiden kita dengan cara yang baik, bukan malah menuduh presiden kita dengan tuduhan-tuduhan yang dicampuri dengan cacian makian.
Bila kita melihat masa Khilafah Islamiyah dahulu kita dapati orang-orang jelek banyak yang ‘dompleng’ di belakang Khalifah untuk suatu kepentingan.

Lihatlah Ahmad bin Abi Duad dia mendompleng di belakang Khalifah Al Makmun, Al Mu’tasim Billah dan al watsiq untuk bisa melancarkan pemikiran mu’tazilah nya. Namun, meskipun demikian Imam Ahmad memberikan udzur kepada khalifah-khalifah tersebut karena ketidaktahuannya dan karena khalifah-khalifah tersebut terkena syubhat dari Ahmad bin Abi Duad. Yang patut kita contoh dari mauqif Imam Ahmad bahwa beliau tidak langsung memobilisasi massa atau memprovokasi masa untuk membenci Khalifah Al Makmun, Al Mu’tasim Billah ataupun al Watsiq.

Dikisahkan bahwa fuqaha’ Baghdad pun berkumpul dan menemui Imam Ahmad. Mereka menganjurkan beliau untuk bangkit melawan penguasa. Dengan pengikut beliau yang jumlahnya banyak, melakukan konfrontasi fisik dan pemberontakan merupakan opsi yang masuk akal.

Namun, meskipun mengalami siksaan dan aniaya, apakah beliau mengikuti anjuran tersebut? Tidak! Beliau justru menjawab, “Ini TIDAK BENAR. Yang demikian MENYELISIHI ATSAR (SUNNAH)!” [Kisah ini diriwayatkan oleh al-Khallâl dalam al-Sunnah dan juga disebutkan dalam al-Âdâb al-Syar`iyyah.]

Jika memang orang jelek pendompleng tersebut berpotensi membahayakan Penguasa dan rakyat, maka Boleh bagi kita mendoakan kejelekan kepada orang yang mendompleng di belakang penguasa tersebut tanpa harus kemudian kita mencaci-maki dan mencela para penguasa kita.

Bukankah Imam Ahmad mengangkat kedua tangannya dan mendoakan kejelekan untuk Ahmad bin Abi Duad di hadapan khalifah ketika itu: “Ya Allah sesungguhnya dia menzhalimiku, dan tidak ada penolong bagiku kecuali Engkau. Ya Allah tahanlah dia pada kulitnya sendiri dan siksalah dia.”

Sehingga Ahmad bin Abi Duad tidaklah mati sampai dia ditimpa sakit lumpuh, dan mengering setengah tubuhnya dan setengah yang lainnya tetap hidup. [Dari web: sahab. net]

Wallahu a’lam

Abu Ya’la Hizbul Majid

(Lanjut Ke Halaman 2)

Penyebar Hoak, Pembuat Tulisan Fitnah 

  • Sabd Rasulullah ﷺ:

Tidak akan masuk surga; Qottaat (orang yang doyan menebar desas-desus dari orang-orang hingga menimbulkan kerusakan di antara mereka ‏)”. [Muttafaqun ‘alaih]

Penyebar hoax, pembuat tulisan-tulisan fitnah tak bermutu, juga masuk dalam ancaman hadits ini.

Johan Saputra Halim

  • Aqidah Murji’ah

 

Mengenai aqidah Murji’ah terhadap penguasa, yang populer dari riwayat2 para ulama salaf adalah bahwa mereka menghalalkan pemberontakan kepada penguasa muslim.

Namun ada juga nukilan dari Ibnu Taimiyyah bahwa mereka memandang ketaatan mutlak kepada penguasa.
✅ Beliau mengatakan:

المرجئة وأمثالهم ممن يسلك مسلك طاعة الأمراء مطلقا وإن لم يكونوا أبرارا

Murjiah dan yang semisal dengan mereka menempuh jalan ketaatan mutlak kepada penguasa walaupun mereka bukan orang yang baik.”

Aqidah yang benar adalah sebagaimana yang beliau ungkapkan di kalimat sebelumnya, yaitu

بل يطيعهم في طاعة الله ولا يطيعهم في معصية الله إذ لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق

Bahkan yang benar, para penguasa tersebut ditaati pada perkara yang sejalan dengan ketaatan kepada Allah, dan tidak ditaati pada perkara maksiat kepada Allah. Karena tidak ada ketaatan kepada makhluk ketika hal itu adalah maksiat kepada Sang Khaliq.”

Berhubung kemarin ada yang kusak kusuk di belakang, protes kenapa Murjiah model seperti di atas kok ndak dibahas... Nih, sekarang saya kasih contoh:

Ikut pemilu dan demokrasi hukum asalnya adalah maksiat kepada Allah… Ketika ada sekelompok orang yang menyuruh untuk mencoblos tanpa alasan darurat dengan alasan “taati ulil amrimu”, maka itulah Murjiah. Mereka tahu kita menganggapnya haram, tapi masih pula menyuruh taat.

Apakah contoh ini real? Ya, ada. Dan banyak.

Sebagian orang percaya bahwa bergantinya kepemimpinan suatu kaum adalah solusi utama untuk kesejahteraan dunia, dibandingkan dengan perbaikan kaum itu sendiri.

Demi tujuan itu, bagi mereka tidaklah masalah seandainya masyarakat masih bodoh, masih sering berkomentar di luar bidangnya, masih memiliki daya baca yang rendah, masih menyebar berita tanpa tabayyun, menebar hoax, masih sering mencaci dan mencela, masih mudah diprovokasi, dll..

Ironisnya, justru kondisi masyarakat yang seperti itu malah DIMANFAATKAN untuk meraih tujuan mereka yaitu kekuasaan orang yang BELUM ADA JAMINAN akan membawa keadaan kepada yang lebih baik.

Sebuah perjudian yang amat berani. Kenapa? Karena AKHIRAT taruhannya..

  • Kebiasaan Mengganti Pemimpin

 

✅ Fulan berkata:

“….Ini sekaligus sebagai pesan ke Prabowo Sandi, jangan main2 ketika jadi Presiden nanti. Kl sampe melanggar janji2, lebih mementingkan kepentingan kelompok, maka siap2 aja tagar

#2019GantiPresiden akan bangkit kembali…”

Ibnu Umar berkata:

ﺇﻧﻲ ﻻ ﺃﺭﻯ ﺃﻥ ﺗﺴﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻛﻠﻤﺎ ﺍﺳﺘﺨﻄﻮﺍ ﺃﻣﻴﺮﺍ ﺧﻠﻌﻮﻩ

Aku tidak ingin ini menjadi kebiasaan dalam Islam, setiap mereka tidak suka dengan penguasanya, mereka melengserkannya” [Fadhailush Shahabah, 1/473, no 767, dengan sanad shahih]

✅ Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

ﺇﻧﻜﻢ ﺳﺘﻠﻘﻮﻥ ﺑﻌﺪﻱ ﺃﺛﺮﺓ، ﻓﺎﺻﺒﺮﻭﺍ ﺣﺘﻰ ﺗﻠﻘﻮﻧﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻮﺽ

Sesungguhnya kalian nanti akan menemui Atsarah (penguasa yang mementingkan dirinya sendiri). Maka bersabarlah hingga kalian menemuiku di haudh (telaga).” [HR Al Bukhari dan Muslim]

Para sahabat bertanya ، “Apa yang engkau perintahkan ketika kami mendapati hal itu?” Maka beliau bersabda:

ﺗﺆﺩﻭﻥ ﺍﻟﺤﻖ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﻠﻴﻜﻢ ، ﻭﺗﺴﺄﻟﻮﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﻟﻜﻢ

Tunaikan yang menjadi kewajiban kalian, dan mintalah kepada Allah apa yang menjadi hak kalian”

Ristiyan Ragil Putradianto

=====

  • ➡ HATI-HATI DARI TEMAN YANG JELEK

Di antara sebab-sebab penyimpangan dari jalan yang lurus adalah teman yang jelek yang menyimpang, sesungguhnya pengaruh teman sangat besar sekali atas agama seseorang, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

الرجل على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Seseorang berada pada agama teman dekatnya maka hendaknya seorang dari kalian melihat siapakah yang dijadikan sebagai teman dekat ” ( Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam Sunannya 4/259 dan Tirmidzi di dalam Jami’nya 4/589 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ : 3545 ).

Penyimpangan ibarat virus yang menular, orang yang menyimpang dijadikan oleh syaithan sebagai sarana penyimpangan teman-temannya, berapa banyak dari para pemuda yang terjerumus ke dalam dunia narkoba dengan sebab temannya, berapa banyak pemuda terperosok ke dalam dunia kriminal dengan sebab temannya, berapa banyak dari pemuda yang sebelumnya mengasihi dirinya dan keluarganya kemudian berbalik menjadi bencana atas keluarga dan masyarakatnya dengan sebab temannya, berapa banyak dari para pemuda yang terjebak ke dalam pemikiran yang menyimpang sehingga mengkafirkan kaum muslimin dan meneror mereka dengan sebab teman yang membawanya.

Dan terapi atas sebab ini adalah hendaknya seorang pemuda memilih teman yang baik, shalih, berakal, yang dikenal dengan Sunnah serta menghasung atas kebaikan dan jama’ah.

Seyogyanya sebelum menjadikan siapapun sebagai teman agar mengenal tentang keadaannya, jika dia berakhlak baik dan bemanhaj yang lurus itulah yang dia cari, akan tetapi jika sebaliknya maka wajib untuk berhati-hati dan menjauhinya, jangan sampai terpedaya dengan ucapan yang manis dan penampilan yang menarik.

Demikian juga hendaknya para orang tua untuk mencarikan teman-teman yang baik bagi anaknya dan mengecek siapa saja yang dijadikan teman oleh anaknya, jangan sampai membiarkan mereka berteman dengan siapa saja.( Petikan dari kitab Inhirafusy Syabab Asbabuhu wa Wasa’ilu ‘Ilajihi oleh Syaikh Prof. Dr. Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaili ).

Arif Fathul Ulum

  • HAKIKAT PERSATUAN DALAM ISLAM

Sahabat yang Mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata,

ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻣﺎ ﻭﺍﻓﻖ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺇﻥ ﻛﻨﺖ ﻭﺣﺪﻙ

Jama’ah adalah apa yang sesuai dengan kebenaran walau pun engkau seorang diri.” [Al-Baa’its ‘ala Inkaril Bida’ wal Hawadits: 22]

Maka bersatu dan berjama’ah dalam Islam bukanlah sekedar asal ngumpul, tetapi bersatu di atas kebenaran, di atas agama Allah ‘azza wa jalla, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman.generasi Salaf.

✅ Allah ‘azza wa jalla berfirman,

ﻭَﺍﻋْﺘَﺼِﻤُﻮﺍْ ﺑِﺤَﺒْﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻭَﻻَ ﺗَﻔَﺮَّﻗُﻮﺍْ

Danberpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,.dan janganlah kamu bercerai berai.” [Ali Imron: 103]

Dan tali agama Allah ‘azza wa jalla yang paling kuat adalah tauhid dan sunnah, maka mengajak kepada tauhid dan sunnah adalah ajakan kepada persatuan yang hakiki. Sebaliknya, berbuat dosa syirik dan bid’ah, mengada-ada dannmenambah-nambah dalam agama adalah sebab terjadinya perpecahan dan perselisihan umat.

✅ Allah ‘azza wa jalla berfirman,

ﻭَﺃَﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﺻِﺮَﺍﻃِﻲ ﻣُﺴْﺘَﻘِﻴﻤًﺎ ﻓَﺎﺗَّﺒِﻌُﻮﻩُ ﻭَﻻَ ﺗَﺘَّﺒِﻌُﻮﺍْ ﺍﻟﺴُّﺒُﻞَ ﻓَﺘَﻔَﺮَّﻕَ ﺑِﻜُﻢْ ﻋَﻦ ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِﺫَﻟِﻜُﻢْ ﻭَﺻَّﺎﻛُﻢ ﺑِﻪِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ

Dan bahwa inilah adalah jalan-Ku yang lurus,maka ikutilah jalan itu, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena.jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” [Al-An’am: 153]

✅ Al-Imam Mujahid rahimahullah berkata,

ﺍﻟﺴﺒﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﻭﺍﻟﺸﻬﻮﺍﺕ

Jalan-jalan yang memecah belah umat adalah bid’ah-bid’ah dan syahwat-syahwat.” [Fathul Majid, hal. 28]

Sebagaimana sabda Rasulullah.shallallaahu’alaihi wa sallam,

ﻭَﺗَﻔْﺘَﺮِﻕُ ﺃُﻣَّﺘِﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺛَﻼَﺙٍ ﻭَﺳَﺒْﻌِﻴﻦَ ﻣِﻠَّﺔً ﻛُﻠُّﻬُﻢْ ﻓِﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﺇِﻻَّ ﻣِﻠَّﺔً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ﻣَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻰ

Dan akan berpecah umatku menjadi 73 kelompok, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu yang mengikuti aku dan para sahabatku.” [HR. At-Tirmidzi dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu’anhuma, Shohihul Jami: 9474]

Asy-Syaikh Al-‘Allaamah Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,

ﻻ ﻳﻤﻜﻦ ﺍﻻﺟﺘﻤﺎﻉ ﻣﻊ ﺍﺧﺘﻼﻑ ﺍﻟﻤﻨﻬﺞ ﻭﺍﻟﻌﻘﻴﺪﺓ

Tidak mungkin bersatu jika berbeda manhaj dan aqidah.” [Al-Ajwibah Al-Mufidah: 93]

Sofyan C Ruray
==

  • Jangan Malu Dengan Syi’ar Islam

Jangan malu baca Al Qur’an di tempat publik

Sambil naek bis, naek kereta, ngantri, nunggu, dll. bagus sambilnbaca Al Qur’an. Dapat pahala dan merupakan syi’ar Islam. Allah berfirman:

{ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻭَﻣَﻦ ﻳُﻌَﻈِّﻢْ ﺷَﻌَﺎﺋِﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣِﻦ ﺗَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮﺏِ{ ‏[ﺍﻟﺤﺞ : 32 ]

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan.hati.” (QS. Al Hajj: 32).

Jangan malu jadi Muslim, jangan malu.menyebarkan syiar Islam..Yok jadikan Indonesia negeri yang Qur’ani..Namun tetap waspada bahaya riya’. Syaikh Ibnu Baz ketika.ditanya tentang baca Qur’an di depan umum, beliau mengatakan:

ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﻳﺎﺀ، ﺇﺫﺍ ﻗﺼﺪ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﺃﺭﺍﺩ ﺃﻥ ﻳﺴﻤﻌﻬﻢ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻟﺘﺮﻕ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢﻭﻳﺴﺘﻔﻴﺪﻭﺍ ﻻ ﺣﺮﺝ، ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻗﺼﺪ ﺍﻟﺮﻳﺎﺀ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ .

Ini bukan riya. Jika dimaksudkan untuk kebaikan dan.dimaksudkan agar orang-orang mendengar Al Qur’an sehingga lembut hati mereka dan mereka mendapat faidah maka tidak.mengapa. Adapun jika dimaksudkan untuk riya maka tidak boleh”. Semoga Allah memberi taufik.

Yulian Purnama

•••••••••••••••••••••

_*Ya Allah, saksikanlah bahwa kami telah menjelaskan dalil kepada umat manusia, mengharapkan manusia mendapatkan hidayah,melepaskan tanggung jawab dihadapan Allah Ta’ala, menyampaikan dan menunaikan kewajiban kami. Selanjutnya, kepadaMu kami berdoa agar menampakkan kebenaran kepada kami dan memudahkan kami untuk mengikutinya*_

_*Itu saja yang dapat Ana sampaikan. Jika benar itu datang dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Kalau ada yang salah itu dari Ana pribadi, Allah dan RasulNya terbebaskan dari kesalahan itu.*_

_*Sebarkan,Sampaikan,Bagikan artikel ini jika dirasa bermanfaat kepada orang-orang terdekat Anda/Grup Sosmed,dll, Semoga Menjadi Pemberat Timbangan Amal Kebaikan Di Akhirat Kelak.*_

_*“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orangyang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.”* (HR Muslim no. 2674)_