MELURUSKAN KESALAHAN MENDIANG BUYA SYAKUR DALAM MENJELASKAN KRONOLOGI PENYUSUNAN MUSHAF ALQURAN
.
Ebook
MELURUSKAN KESALAHAN MENDIANG BUYA SYAKUR DALAM MENJELASKAN KRONOLOGI PENYUSUNAN MUSHAF ALQURAN
https://drive.google.com/file/d/1LI-yfeOo1i0APUzZ88pT0E3FcVMccWKY/view?usp=drivesdk
KRITIKAN ILMIAH TERHADAP CERAMAH UST DAS’AD LATIF DI PENGAJIAN MUSLIM UNITED MASJID JOGOKARIYAN YOGYAKARTA
https://drive.google.com/file/d/1LXA77e92oTxBrRcnFGU3k-Re621vVQQ4/view?usp=drivesdk
ANTARA HABIB MUNZIR, ILMU HADITS, ISLAM JAMA’AH, BERDUSTA ATAS NAMA IMAM IBNU HAJAR & ASY-SYAFI’I
https://drive.google.com/file/d/1Q9m4AF53vJVkUfH568VLeRUVtSyOstTW/view?usp=drivesdk
Habib Munzir Membolehkan Istighotsah Kepada Mayat ??!!
https://drive.google.com/file/d/1RHs7dGukU3SBjHvWY98rS-IhhoGjLt4p/view?usp=drivesdk
Moderasi Beragama ala Islam Liberal Sebuah Tanggapan Atas Ceramah Buya Syakur
https://drive.google.com/file/d/1PHT5qo54BBd2nCk4z5xck2EUjmyEuV6t/view?usp=drivesdk
Arrazy Hasyim Menghujat Ilmu Takhrij Hadits Syaikh al-Albaniy Bagian Dua
https://drive.google.com/file/d/1A6Vq23PLqFyuytTjDbujFi5c9sEis3UA/view?usp=drivesdk
Arrazy Hasyim Menghujat Ilmu Takhrij Hadits Syaikh al-Albaniy Bagian Satu
https://drive.google.com/file/d/1ACbkj-lhtQ6W9edypUCaaCjf_zit_W7k/view?usp=drivesdk
Membongkar Gerakan Sesat NII Pesantren Al-Zaytun
https://drive.google.com/file/d/1jSjWm26E3idp41VdH7RXtTP5O30UY-8Y/view?usp=drivesdk
Zina Halal (Pengikut Abu Jahal) Abdul Aziz Dosen Menghalalkan Zina
https://drive.google.com/file/d/1jDK17HRD0WqfVrMtQWi6LviQAQWWUe16/view?usp=drivesdk
Membongkar Penyimpangan Hizbut Tahrir, Jama’ah Tabligh,MTA, LDII
dan Ma’had Al-Zaytun.
https://drive.google.com/file/d/1jZAi9irqFI9aEZa9wUW9Xz1vsPwJ5QGe/view?usp=drivesdk
Catatan Terhadap Buku 37 Masalah Populer Karya Ustadz Abdul Shomad
https://drive.google.com/open?id=1L0XsDZlwahPf5fRhiz6DMHV436vK-ExR
BANTAHAN TERHADAP USTADZ-KHALID BASALAMAH TERKAIT-SUMPAHNYA DI HADAPAN-JAMAAH BAHWA MEREKA AKAN-BERTEMU DI SURGA
https://drive.google.com/file/d/1oC-TtuNZXgkLrbmnvZcyItO8fzu_Ri75/view?usp=drivesdk
Penjelasan Hadits Perpecahan Umat
(Membantah Ust Afifuddin as-Sidawi yang ‘Gagal Faham’)
https://drive.google.com/file/d/1Vcl3xebB_PmFQumfxRYq3u59kspECy0D/view?usp=drivesdk
Di Atas Langit Ada Allah (Tanggapan atas Penjelasan KH. LuthfiBashori)
https://drive.google.com/file/d/1Rbn2MmH7Pzm4dTlZTzLZhbvBxXWhvsJm/view?usp=drivesdk
Bantahan Kepada Said Aqiel Siraj-Bahwa SEMAKIN PANJANG-JENGGOT, SEMAKIN GOBLOK!
https://drive.google.com/file/d/1pRnQ_V8y1k5JMblPlTbPZXLy3LDRlTz4/view?usp=drivesdk
Bantahan Terhadap Buku Mana Dalilnya Jilid 1 Karya Novel bin Muhammad al Aydrus Jilid 1
https://drive.google.com/file/d/1JWW07jT8iHsWpftKjiTirdSLpcsQ-fcM/view?usp=drivesdk
Bantahan Terhadap Situs dan Blog-Penentang Manhaj Salafi Ahlus
Sunnah
https://drive.google.com/file/d/1STOv8NR1mSoSAlL-gZCpGBux4OI__Gl8/view?usp=drivesdk
Serial Bantahan Kepada al-Ustaadz Adi Hidayat, Lc., MA
https://drive.google.com/file/d/13NXAx9GV-yC_dRETXGMlahLiUOmq4jnJ/view?usp=drivesdk
.
MELURUSKAN KESALAHAN MENDIANG BUYA SYAKUR DALAM MENJELASKAN KRONOLOGI PENYUSUNAN MUSHAF ALQURAN (BAGIAN KE-1)
.
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…
.
Kaum beriman semestinya meyakini bahwa Allah Ta’ala menjaga kemurnian alQuran. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
.
Sesungguhnya Kami yang menurunkan alQuran dan Kami benar-benar menjaganya (Q.S al-Hijr ayat 9)
.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: Kemudian (Allah) Taala menetapkan bahwasanya Dialah yang menurunkan adz-Dzikr yaitu alQuran. Dialah yang menjaga alQuran dari perubahan dan penggantian (Tafsir alQuranil Adzhim 4/527)
.
Namun, sebagian pihak ada yang membikin ragu akan kemurnian alQuran itu. Di antaranya, mendiang Buya Syakur dengan banyak kontroversi yang beliau buat, membuat pernyataan yang keliru tentang kronologi penyusunan alQuran, sehingga selain bisa mengesankan penilaian yang kurang tepat pada sebagian Sahabat Nabi, juga bisa membuat orang berpikir bahwasanya naskah mushaf alQuran yang ada di kalangan kaum muslimin saat ini belum tentu sama dengan transkrip aslinya.
.
Berikut ini akan dikutip pernyataan mendiang Buya Syakur dalam salah satu video ceramahnya. Kemudian, kita akan uraikan beberapa sanggahan terhadap pernyataan beliau itu. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq dan pertolongan.
.
Audio pernyataan Buya Syakur itu terdapat di sini:
.
Kutipan Pernyataan Buya Syakur
“Bahkan ketika Nabi meninggal dunia sendiri, setelah khilafah di pegang oleh Abu Bakar Ash Shiddiq, orang-orang islam yang hapal Al qur’an banyak mati terbunuh dalam pertempuran, kemudian catatan-catatan qur’an masih berserakan dimana-mana, di pelepah korma, di batu, di kulit-kulit kambing dan sebagainya, yang pada rusak di makan rayap dan sebagainya, ide sayyidina Umar ini kan Al qur’an bisa hilang kalau begini, jadi gimana maksudnya? Kita kumpulkan saja dibukukan, ditolak oleh Abu Bakar, tidak disuruh oleh Rasulullah, tetapi karena Umar itu berulang-ulang meyakinkan akhirnya dia setuju juga, tapi sambil ngosom, ngosom tuh ya silakan sambil marah gitu tuh, setuju sambil jengkel juga, tapi biaya sendiri ya jangan pakai uang kas negara, untung ada sayyidina Umar yang dermawan di biayai oleh beliau.
.
Nah, sudah di kumpulkan yang aslinya itu di musnahkan semuanya dan ini menjadi masalah, sehingga kita ketika mencari aslinya yang mana, manuskrip yang asli yang ditulis para sahabat awal pertama mana ga ada, kita ga temukan, nah itu masalahnya…itu.
.
Kemudian ketika dakwah berkembang kemana-mana, kan bangsa-bangsa lain yang tidak bahasa arab kan tidak paham, disitulah mulai ada gerakan penafsiran-penafsiran.
.
Tetapi ketika mereka menafsirkan Al Qur’an berbeda-beda, sampai ketika mengkodifikasikan hukum islam berdasarkan Al qur’an juga hasilnya berbeda-beda, bahkan di ibadah-ibadah murni seperti wudhu juga ada yang nyebut disini bilang batal, ada yang bilang tidak batal, ada bilang tergantung padahal ayatnya sama
.
أو لمستم النساء
.
Imam syafi’i bilang batal, imam maliki bilang tidak batal, imam hambali tergantung, kalau ada syahwatnya batal kalau tidak ada tidak batal
.
Nah ketika berbeda pendapat, itu kan pikiran manusia, nah jadi akhirnya timbulllah pertanyaan oleh mu’tazilah, kaum rasional disitu, eh bung begini ini Al qur’an ini makhluk atau bukan makhluk? disinilah mulai perpecahan pemahaman budaya dan agama, itu sudah 1200 tahun yang lalu, dan ketika itu korbannya sampai 10 ribu kaum intelektual dibantai padahal sama-sama islam kaum mu’tazilah itu, jadi kalau seandainya kaum mu’tazilah waktu itu tidak di bantai mungkin islam sekarang akan menguasai dunia kok dengan pengetahuan-pengetahuan tapi bagaimana sejarahnya seperti itu.
.
Nah sampai para imam imam sendiri juga ditindas oleh raja-raja yang sunni itu, abu hanifah di penjara, di racun dalam penjara sampai mati, kemudian imam ibnu hambal disiksa sampai lumpuh dia, imam syafi’i yang cerdik, ketika diinteogasi, ditanya “imam syafi’i menurut kamu Al qur’an itu makhluk atau bukan makhluk?”
.
Kalau bilang makhluk dia mungkin tidak disiksa oleh raja, tapi kan disiksa di akhirat nanti, kalau bilang bukan makhluk ya mungkin ga disiksa sekarang ini, jadi dia dengan mengacungkan tangannya sambil menunjuk jari-jarinya
.
إن القرآن
.
Sambil memegang jari kelingking
.
والتورات
.
Jari manis
.
والزبور
.
Jari tengah
.
والإنجيل
.
Jari telunjuk
.
Ini semuanya adalah makhluk, hehehe
.
Selamatlah dia, itulah salah satu cerita tentang kecerdasan imam syafi’i. Jadi fitnahnya luar biasa.
.
Nah, jadi artinya dengan sampai kepada penulisannya juga berbeda-beda penulisan, makanya ada qiro’at saba’ itu beda-beda.Ada waddhuha, ada waddhuhe, ada maaliki ada maliki
.
(selesai penukilan ucapan Buya Syakur).
.
Bantahan Global terhadap Pernyataan Buya Syakur
.
Dalam pernyatan di atas, ada beberapa catatan kritikan dan sanggahan terhadap Buya Syakur, di antaranya:
.
Mengesankan Abu Bakr tidak mendukung pernyataan Umar dan membiarkan Umar menggunakan biaya sendiri dalam penyusunan mushaf.
.
Mengesankan naskah mushaf yang ada saat ini berbeda dengan transkrip aslinya.
.
Menyesalkan terbunuhnya kaum intelektual Mu’tazilah
.
Kesalahan kisah al-Imam asy-Syafii ketika menghindar dari hukuman raja dengan bertauriyah.
.
Masalah perbedaan qiraat dalam alQuran.
.
Berikut ini akan dirinci per bagian sanggahan terhadap pernyataan mendiang Buya Syakur tersebut.
.
Mengesankan Abu Bakr Tidak Mendukung Pernyataan Umar Dan Membiarkan Umar Menggunakan Biaya Sendiri Dalam Penyusunan Mushaf
.
Buya Syakur menyatakan: “….ide sayyidina Umar ini kan Al qur’an bisa hilang kalau begini, jadi gimana maksudnya? Kita kumpulkan saja dibukukan, ditolak oleh Abu Bakar, tidak disuruh oleh Rasulullah, tetapi karena Umar itu berulang-ulang meyakinkan akhirnya dia setuju juga, tapi sambil ngosom, ngosom tuh ya silakan sambil marah gitu tuh, setuju sambil jengkel juga, tapi biaya sendiri ya jangan pakai uang kas negara, untung ada sayyidina Umar yang dermawan di biayai oleh beliau”.
.
Sanggahan terhadap pernyataan Buya Syakur tersebut:.
.
Memang sebelumnya Abu Bakr tidak langsung menerima usulan Umar. Dengan pertimbangan bahwa hal itu tidak pernah dilakukan Nabi shollallahu alaihi wasallam. Tapi setelah itu Abu Bakr mendukung sepenuhnya
.
Bahkan Abu Bakr lah yang berusaha meyakinkan Zaid bin Tsabit untuk mengerjakan penyusunan mushaf itu. Sehingga, penyusunan mushaf itu kemudian dinilai oleh Ali bin Abi Tholib sebagai salah satu kebaikan Abu Bakr as-Shiddiq.
.
Pernyataan Buya Syakur itu mendiskreditkan Sahabat Abu Bakr. Terkesan bahwa pengerjaan itu murni atas biaya Umar dan Abu Bakr sama sekali tidak mendukung. Bahkan dinyatakan bahwa Abu Bakr sangat berat hati menerima usulan Umar itu dengan perasaan kesal atau sambil marah. Jelas itu suatu hal yang salah.
.
Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan:
.
فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّ عُمَرَ أَتَانِي، فَقَالَ: إِنَّ القَتْلَ قَدْ اسْتَحَرَّ يَوْمَ اليَمَامَةِ بِالنَّاسِ، وَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَسْتَحِرَّ القَتْلُ بِالقُرَّاءِ فِي المَوَاطِنِ، فَيَذْهَبَ كَثِيرٌ مِنَ القُرْآنِ إِلَّا أَنْ تَجْمَعُوهُ، وَإِنِّي لَأَرَى أَنْ تَجْمَعَ القُرْآنَ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ: قُلْتُ لِعُمَرَ: كَيْفَ أَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ عُمَرُ: هُوَ وَاللَّهِ خَيْرٌ، فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِي فِيهِ حَتَّى شَرَحَ اللَّهُ لِذَلِكَ صَدْرِي، وَرَأَيْتُ الَّذِي رَأَى عُمَرُ، قَالَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ: وَعُمَرُ عِنْدَهُ جَالِسٌ لاَ يَتَكَلَّمُ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنَّكَ رَجُلٌ شَابٌّ عَاقِلٌ، وَلاَ نَتَّهِمُكَ، كُنْتَ تَكْتُبُ الوَحْيَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَتَبَّعِ القُرْآنَ فَاجْمَعْهُ، فَوَاللَّهِ لَوْ كَلَّفَنِي نَقْلَ جَبَلٍ مِنَ الجِبَالِ مَا كَانَ أَثْقَلَ عَلَيَّ مِمَّا أَمَرَنِي بِهِ مِنْ جَمْعِ القُرْآنِ، قُلْتُ: «كَيْفَ تَفْعَلاَنِ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: هُوَ وَاللَّهِ خَيْرٌ، فَلَمْ أَزَلْ أُرَاجِعُهُ حَتَّى شَرَحَ اللَّهُ صَدْرِي لِلَّذِي شَرَحَ اللَّهُ لَهُ صَدْرَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَر
.
Abu Bakr berkata: Sesungguhnya Umar mendatangi aku dan berkata: Sesungguhnya banyak terjadi korban terbunuh dalam perang Yamamah. Aku khawatir akan banyak terbunuh para pembaca (penghafal) alQuran di berbagai tempat. Sehingga akan banyak bagian alQuran yang hilang kecuali jika dikumpulkan. Aku berpendapat sebaiknya dilakukan pengumpulan alQuran (digabungkan menjadi mushaf, pen). Abu Bakr berkata: Aku berkata kepada Umar: Bagaimana aku bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam? Umar berkata: Itu, demi Allah adalah kebaikan. Terus menerus Umar berdialog denganku hingga Allah membukakan dadaku. (Hingga) aku pun berpendapat seperti pendapat Umar. Zaid bin Tsabit berkata: Umar pada saat itu (beliau berdua bertemu denganku) duduk di sisi Abu Bakr tidak berbicara. Abu Bakr berkata: Sesungguhnya engkau adalah seorang pemuda yang cerdas. Kami tidak menuduhmu (dengan keburukan). Engkau dulu sebagai penulis wahyu Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Telusurilah alQuran dan gabungkanlah. Demi Allah (kata Zaid) kalau seandainya beliau membebankan kepadaku untuk memindahkan gunung itu tidak lebih berat bagiku dibandingkan perintah beliau untuk mengumpulkan alQuran. Aku (Zaid bin Tsabit) berkata: Bagaimana anda berdua akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam? Abu Bakr berkata: Itu, demi Allah adalah kebaikan. Aku terus menerus berdialog dengan beliau hingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana Dia melapangkan dada Abu Bakr dan Umar (H.R al-Bukhari)
.
Dalam riwayat hadits tersebut menunjukkan bahwa yang meyakinkan Zaid bin Tsabit adalah Abu Bakr. Sedangkan Umar hanya diam saja. Meskipun beliau yang mencetuskan awalnya. Namun, yang memfasilitasi dan memperjuangkannya, mengatur dengan kekuasaannya agar penyusunan mushaf itu berhasil adalah Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu anhu.
.
Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu menyatakan:
.
أَعْظَمُ النَّاسِ فِي الْمَصَاحِفِ أَجْرًا أَبُو بَكْرٍ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَى أَبِي بَكْرٍ هُوَ أَوَّلُ مَنْ جَمَعَ كِتَابَ اللّهِ
.
Manusia yang paling besar pahalanya terkait (penyusunan) mushaf adalah Abu Bakr. Semoga rahmat Allah tercurah kepada Abu Bakr, karena dia adalah orang pertama yang mengumpulkan Kitab Allah (riwayat Ibnu Abi Dawud dalam al-Mashohif dinilai sanadnya hasan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari)
.
Dengan demikian, salahlah pernyataan Buya Syakur yang menilai bahwa dalam pengerjaan penyusunan mushaf alQuran, Umar yang mendukung dengan dananya sendiri, terkesan tanpa didukung oleh Abu Bakr as-Shiddiq.
.
MELURUSKAN KESALAHAN MENDIANG BUYA SYAKUR DALAM MENJELASKAN KRONOLOGI PENYUSUNAN MUSHAF ALQURAN (BAGIAN KE-2)
.
Mengesankan Naskah Mushaf Yang Ada Saat Ini Berbeda Dengan Transkrip Aslinya
.
Buya Syakur menyatakan: “Nah, sudah di kumpulkan yang aslinya itu di musnahkan semuanya dan ini menjadi masalah, sehingga kita ketika mencari aslinya yang mana, manuskrip yang asli yang ditulis para sahabat awal pertama mana ga ada, kita ga temukan, nah itu masalahnya…itu”.
.
Sanggahan terhadap Pernyataan Buya Syakur:
.
Meskipun sebagian catatan alQuran ada yang terserak di sebagian media seperti kulit, tulang, dan semisalnya, tapi masih terdapat para penghafal alQuran pada waktu itu. Artinya, media itu bukanlah referensi utama. Karena secara asal, lebih banyak Sahabat Nabi yang menerima pengajaran alQuran dengan menghafal dibandingkan dengan mencatatnya.
.
Selain itu, proses pengumpulan alQuran yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu juga memberlakukan persaksian dari 2 orang yang adil saat akan menuliskannya. Sebagaimana dinyatakan oleh al-Laits bin Saad rahimahullah:
.
أَوَّلُ مَنْ جَمَعَ الْقُرْآنَ أَبُو بَكْرٍ وَكَتَبَهُ زَيْدٌ وَكَانَ النَّاسُ يَأْتُونَ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَكَانَ لَا يَكْتُبُ آيَةً إِلَّا بِشَاهِدَيْ عَدْلٍ
.
Pertama kali yang mengumpulkan alQuran adalah Abu Bakr, dan Zaid yang menuliskannya. Manusia mendatangi Zaid bin Tsabit dan beliau tidaklah menuliskan suatu ayat melainkan dengan persaksian dari 2 saksi yang adil (al-Itqon fi Ulumil Quran karya as-Suyuthiy 1/206)
.
Jadi, seandainya pun tanpa manuskrip asli, hal itu tidak masalah. Karena Zaid bin Tsabit sendiri hafal alQuran. Namun beliau tidak mendasarkan pada hafalan alQuran beliau sendiri. Beliau selain menelusuri catatan di tulisan yang terserak, juga mengambil persaksian dari 2 orang yang adil setiap kali menuliskan 1 ayat dalam mushaf.
.
Saat penyusunan mushaf itu masih ada banyak penghafal alQuran. Karena tujuan penyusunan mushaf itu adalah mengantisipasi agar jangan sampai para penghafal alQuran banyak terbunuh di medan pertempuran hingga tidak tersisa lagi.
.
Karena masih banyaknya penghafal alQuran itu termasuk Abu Bakr dan Umar yang menginisiasi penyusunan mushaf tersebut, proses controlling setelah mushaf selesai disusun juga berjalan. Tidak ada komplain dari para penghafal alQuran itu.
.
Selain itu, tahapan penyusunan mushaf alQuran untuk menyeragamkan dengan dialek Quraisy berlanjut di masa Utsman bin Affan. Bahkan salinannya dikirim ke berbagai penjuru yang saat itu masih hidup sebagian Sahabat Nabi dan para Ulama Tabiin yang senior. Mereka juga memanfaatkan mushaf itu. Tidak ada teguran atau kritikan terkait hal itu. Bahkan Utsman sendiri yang hafal alQuran dan sering mengkhatamkan alQuran dalam satu rakaat shalat malam, sering membaca mushaf dengan melihatnya. Tapi beliau tidak melihat sebagai susunan yang salah atau ada ayat yang kurang atau ada ayat yang diada-adakan di dalamnya.
.
Jadi, pernyataan Buya Syakur yang menganggap sebagai masalah karena manuskrip aslinya dimusnahkan adalah hal yang salah dan tidak benar. Ucapan beliau itu justru dikhawatirkan akan menimbulkan keraguan pada sebagian muslim akan keaslian alQuran. Padahal Allah Ta’ala telah menjamin kemurnian alQuran.
.
Menyesalkan Terbunuhnya Kaum Intelektual Mu’tazilah
.
Buya Syakur menyatakan: “Nah ketika berbeda pendapat, itu kan pikiran manusia, nah jadi akhirnya timbullah pertanyaan oleh mu’tazilah, kaum rasional disitu, eh bung begini ini Al qur’an ini makhluk atau bukan makhluk? disinilah mulai perpecahan pemahaman budaya dan agama, itu sudah 1200 tahun yang lalu, dan ketika itu korbannya sampai 10 ribu kaum intelektual dibantai padahal sama-sama islam kaum mu’tazilah itu, jadi kalau seandainya kaum mu’tazilah waktu itu tidak di bantai mungkin islam sekarang akan menguasai dunia kok dengan pengetahuan-pengetahuan tapi bagaimana sejarahnya seperti itu”.
.
Sanggahan terhadap Pernyataan Buya Syakur tersebut:
.
Pertama: Seharusnya Buya Syakur memperhatikan kesepakatan Ulama kaum muslimin bahwa alQuran adalah Kalam Allah, bukan makhluk. Abu Zur’ah dan Abu Hatim ar-Raziy menyatakan:
.
أَدْرَكْنَا الْعُلَمَاءَ فِي جَمِيعِ الْأَمْصَارِ حِجَازًا وَعِرَاقًا وَشَامًا وَيَمَنًا فَكَانَ مِنْ مَذْهَبِهِمُ: الْإِيمَانُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ، يَزِيدُ وَيَنْقُصُ، وَالْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ بِجَمِيعِ جِهَاتِه
.
Kami mendapati Ulama di berbagai penjuru baik Hijaz, Iraq, Syam, dan Yaman, di antara pendapat (keyakinan) mereka adalah iman berupa ucapan dan amalan bisa bertambah dan berkurang, alQuran adalah Kalam Allah bukan makhluk pada seluruh sisinya (riwayat al-Laalikaaiy dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah).
.
Bahkan, Al-Imam asy-Syafii rahimahullah juga menegaskan bahwa yang berkeyakinan bahwa alQuran makhluk, maka ia kafir.
.
الرَّبِيع بْن سُلَيْمَانَ يَقُولُ: سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ يَقُولُ: مَنْ قَالَ: الْقُرْآنُ مَخْلُوقٌ فَهُوَ كَافِرٌ
.
arRobi’ bin Sulaiman berkata: Aku mendengar asy-Syafii berkata: Barang siapa yang mengatakan alQuran adalah makhluk, maka ia kafir (riwayat al-Laalikaaiy dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah)
.
Jika memahami hal ini, maka seseorang tidak akan menganggap ringan perbedaan pendapat bahwa alQuran adalah makhluk atau bukan. Bukan dianggap sebagai perbedaan pendapat yang bisa ditoleransi.
.
Kedua: Tentu kita tidak setuju jika ada pembantaian kaum muslimin bukan melalui cara yang dibenarkan syariat. Nyawa seorang muslim saja sangat tinggi nilainya. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
.
لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ
.
Sungguh musnahnya dunia masih lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang laki-laki muslim (H.R atTirmidzi)
.
Ketiga: Kejayaan Islam bukanlah diraih dengan penyimpangan dalam akidah. Sedangkan Mu’tazilah adalah salah satu kelompok yang menyimpang dari sisi akidah. Justru kejayaan Islam akan diraih dengan ketakwaan dan sikap meneladani Nabi dan para Sahabat beliau.
.
Al-Imam Malik rahimahullah menyatakan:
.
لاَ يَصْلُحُ آخِرُ هَذِهِ الْأُمَّة إِلَّا بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا
.
Tidaklah akan menjadi baik akhir dari umat ini melainkan dengan yang telah membuat baik generasi awalnya (Ushulul Imam fi Dhou-il Kitaabi was Sunnah)
.
Artinya, sebagaimana generasi awal umat Islam menjadi baik dan jaya dengan berpegang teguh dengan alQuran dan sunnah, demikian juga generasi akhir hanya akan menjadi baik dengan hal itu juga.
.
MELURUSKAN KESALAHAN MENDIANG BUYA SYAKUR DALAM MENJELASKAN KRONOLOGI PENYUSUNAN MUSHAF ALQURAN BAGIAN (KE-3)
.
Kesalahan Kisah Al-Imam Asy-Syafii Ketika Menghindar Dari Hukuman Raja Dengan Bertauriyah
Buya Syakur menyatakan:
.
imam syafi’i yang cerdik, ketika diinterogasi, ditanya “imam syafi’i menurut kamu Al qur’an itu makhluk atau bukan makhluk?”
.
Kalau bilang makhluk dia mungkin tidak disiksa oleh raja, tapi kan disiksa di akhirat nanti, kalau bilang bukan makhluk ya mungkin ga disiksa sekarang ini, jadi dia dengan mengacungkan tangannya sambil menunjuk jari-jarinya
.
إن القرآن
.
Sambil memegang jari kelingking
.
والتوراة
.
Jari manis
.
والزبور
.
Jari tengah
.
والإنجيل
.
Jari telunjuk
.
Ini semuanya adalah makhluk, hehehe
.
Selamatlah dia, itulah salah satu cerita tentang kecerdasan imam syafi’i
.
Sanggahan terhadap Pernyataan Buya Syakur tersebut:
.
Kisah yang disebutkan oleh Buya Syakur itu tidaklah benar terjadi pada al-Imam asy-Syafii. Alasannya adalah sebagai berikut:
.
Pertama: al-Imam asy-Syafii tidak mendapati masa fitnah dari para penguasa yang memaksa Ulama untuk menyatakan bahwa alQuran adalah makhluk. Karena al-Imam asy-Syafii meninggal di tahun 204 Hijriyah. Sedangkan masa awal munculnya fitnah itu baru pada tahun 218 Hijriyah.
.
As-Suyuthiy rahimahullah menyatakan tentang khalifah al-Ma’mun:
.
وفي سنة ثماني عشرة امتحن الناس بالقول بخلق القرآن
.
Pada tahun ke-18 (hijriyah, setelah 200), ia (al-Ma’mun, pen) menguji manusia dengan ucapan bahwa alQuran adalah makhluk (Tarikh Khulafaa’ karya as-Suyuthiy 1/227)
.
Kedua: Justru yang ternukil dan diriwayatkan dalam kitab-kitab para Ulama adalah pernyataan tegas dari al-Imam asy-Syafii bahwa menurut beliau keyakinan bahwa alQuran adalah makhluk merupakan keyakinan kafir. Artinya, al-Imam asy-Syafii tidak perlu untuk bertauriyah menutupi keyakinan beliau. Beliau menegaskan secara terang-terangan
.
Selain pernyataan dari murid al-Imam asy-Syafii yaitu arRobi’ bin Sulaiman yang telah dinukil di tulisan bagian ke-2 sebelumnya, al-Baihaqiy meriwayatkan kisah diskusi dengan Hafsh al-Fard:
.
لَمَّا كَلَّمَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَفْصًا الْفَرْدَ ,lفَقَالَ حَفْصٌ: الْقُرْآنُ مَخْلُوقٌ فَقَالَ لَهُ الشَّافِعِيُّ: كَفَرْتَ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ
.
Ketika asy-Syafii –semoga Allah meridhainya- berbicara kepada Hafsh al-Fard, Hafsh berkata: alQuran adalah makhluk. Maka asy-Syafii berkata kepadanya: Engkau telah kafir terhadap Allah Yang Maha Agung (riwayat al-Baihaqiy dalam al-Asma’ was Shifaat)
.
Ketiga: Kisah yang dimaksud oleh Buya Syakur itu bukanlah terjadi pada al-Imam asy-Syafii. Tapi Ulama yang lain, di antaranya adalah al-Harits bin Miskin. Sebagaimananya dikisahkan oleh Abu Umar Ibnu Abdi Robbih dalam kitab al-Aqdul Fariid:
.
ولما ولي الواثق وأقعد للناس أحمد بن أبي داود للمحنة في القرآن ودعا إليه الفقهاء، أتي فيهم بالحارث بن مسكين، فقيل له: اشهد أن القرآن مخلوق! قال: أشهد أن التوراة والإنجيل والزبور والقرآن، هذه الأربعة مخلوقة. ومدّ أصابعه الأربع؛ فعرّض بها وكنّى عن خلق القرآن وخلّص مهجته من القتل
.
Ketika al-Watsiq menjadi pemimpin dan menunjuk Ahmad bin Abi Du-aad untuk menguji manusia tentang pendapat mereka terhadap alQuran, serta memanggil para fuqohaa’, didatangkanlah al-Harits bin Miskin. Dikatakan kepadanya: Apakah engkau bersaksi bahwasanya alQuran adalah makhluk? Ia (al-Harits bin Miskin) berkata: Aku bersaksi bahwasanya Taurat, Injil, az-Zabur, dan alQuran, 4 ini adalah makhluk, sambil membentangkan keempat jarinya. Beliau bersiasat menyamarkan (penunjukan terhadap jari-jari itu) dari (menghindar untuk menyatakan bahwa) alQuran adalah makhluk sehingga beliau terhindar dari hukuman mati (al-Aqdul Fariid 2/297)
.
Dalam referensi lain, yang berbuat demikian adalah Muhammad bin Muqotil. Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Abdirrahman as-Sulamiy mengisahkan:
.
دعا الخليفة أيام المحنة محمد بن مقاتل الرازي وأبا الصلت عبد السلام بن صالح الفهندري فقال لمحمد بن مقاتل: ما تقول في القرآن؟ قال أقول: التوراة والانجيل والزبور والفرقان فإن هذه الأربعة مخلوقة وأشار إلى أصابعه الأربع، فنجا
.
Khalifah di hari-hari fitnah memanggil Muhammad bin Muqotil ar-Raziy dan Abus Sholt Abdus Salaam bin Sholih al-Fahandariy. Khalifah bertanya kepada Muhammad bin Muqotil: Apa pendapatmu tentang alQuran? Ia (Muhammad bin Muqotil) berkata: Taurat, Injil, Zabur, dan al-Furqaan (alQuran), sesungguhnya 4 ini adalah makhluk. Ia mengisyaratkan pada keempat jari jemarinya sehingga ia selamat (riwayat Ibnu Habiib anNaisaburiy dalam kitab Uqolaa-ul Majaaniin 1/39).
.
Sehingga pernyataan Buya Syakur bahwa hal itu dilakukan oleh al-Imam asy-Syafii adalah tidak benar.
..
MELURUSKAN KESALAHAN MENDIANG BUYA SYAKUR DALAM MENJELASKAN KRONOLOGI PENYUSUNAN MUSHAF ALQURAN (BAGIAN KE-4 – SELESAI)
.
Masalah Perbedaan Qiraat Dalam AlQuran
.
Buya Syakur menyatakan: “Nah, jadi artinya dengan sampai kepada penulisannya juga berbeda-beda penulisan, makanya ada qiro’at saba’ itu beda-beda. Ada waddhuha, ada waddhuhe, ada maaliki ada maliki”.
.
Tanggapan terhadap Pernyataan Buya Syakur:
.
Jangan sampai perbedaan qiraat alQuran membuat kita meragukan keotentikan alQuran. Karena beragamnya qiraat itu justru memberi kemudahan bagi umat – yang beragam asal bangsa dan bahasa kesehariannya- untuk melafadzkannya. Selain juga memperkaya makna alQuran dengan ragam qiraat yang menguatkan dan membenarkan satu sama lain, tidak bertolak belakang. Memperbesar keutamaan pada umat ini dengan perjuangannya mengumpulkan beragam qiraat itu, memilah mana yang berdasar riwayat yang shahih, mana yang tidak. Menguatkan mukjizat dan penjagaan alQuran, karena begitu detail bisa ditelusuri dengan perangkat keilmuan sanad periwayatan masing-masing qiraat, tetap terjaga huruf per hurufnya, meski berganti zaman dan masa.
.
Ibnul Jazariy rahimahullah menjelaskan manfaat-manfaat beragamnya qiraat:
.
“Adapun faidah perbedaan qiraah dan ragamnya, sesungguhnya hal itu memiliki manfaat-manfaat selain yang telah kami sebutkan berupa sebab kemudahan dan keringanan bagi umat. Di antara manfaatnya (yang lain) adalah kesempurnaan balaghah (keindahan sastra Arab), kesempurnaan mukjizat, peringkasan, dan keindahan ungkapan yang lugas. Karena masing-masing qiraat kedudukannya seperti ayat (yang berbeda). Masing-masing lafadz yang beragam menduduki posisi seperti ayat. Jika petunjuk setiap lafadz pada ayat itu disendirikan, tidaklah dikhawatirkan pembacaannya menjadi lebih panjang (bertele-tele).
.
Di antara manfaat lain (beragamnya qiraat) adalah agungnya bukti dan jelasnya petunjuk. Karena meskipun qiraatnya berbeda-beda tidaklah bertolak belakang dan menunjukkan perselisihan. Justru semuanya saling membenarkan, saling memperjelas, saling membuktikan (kebenarannya) dalam satu cara dan metode yang sama. Tidaklah hal itu melainkan ayat yang sempurna (pengungkapannya) dan bukti yang tegas akan benarnya ajaran yang dibawa oleh beliau (Nabi Muhammad) shollallahu alaihi wasallam.
.
Selain itu juga memudahkan untuk dihafal dan dinukil pada umat ini, karena sifat balaghah (keindahan sastra Arab) dan kelugasan yang ada padanya. Karena seseorang yang menghafal sebuah kata yang memiliki beberapa ragam, akan lebih mudah baginya untuk memahami, lebih mudah diterima dalam hafalannya karena masing-masing qiraat memiliki makna yang beragam. Terutama jika huruf-huruf penyusunnya sama (meski harakat berbeda, pen). Sesungguhnya hal itu lebih mudah dihafal dan lebih ringan untuk dilafadzka
.
Di antara manfaat beragamnya qiraat adalah memperbesar pahala bagi umat ini, karena mereka berjuang untuk mengumpulkan makna-makna qiraat yang beragam itu dan mengambil kesimpulan hukum dari petunjuk tiap lafadz, mengungkap rahasia yang tersembunyi dan isyarat-isyarat yang sebelumnya tidak nampak. Membuat mereka sering menelaah dan mengkaji arah, penyebab, dan penguatan sebagian makna, merinci sesuai kadar keilmuan mereka, berupaya maksimal hingga puncak pemahaman mereka. Maka Rabb mereka pun menjawab (upaya itu):
.
أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى
.
Sesungguhnya Aku (Allah) tidaklah menyia-nyiakan (pahala) bagi setiap orang yang beramal di antara kalian, baik laki maupun wanita (Q.S Ali Imran ayat 195)
.
Sedangkan pahala akan didapat sesuai kadar kesulitan (perjuangan.).
.
Di antara manfaat beragamnya qiraat adalah menunjukkan keutamaan dan kemuliaan umat ini dibandingkan umat-umat yang lain. Dari sisi bagaimana mereka mengambil (ilmu) kitab Rabb mereka ini dalam kondisi demikian. Bagaimana mereka menerima dengan penerimaan seperti itu. Mereka mengkaji lafadz per lafadz. Mengungkap berbagai bentuk, menjelaskan mana qiraah yang benar dengan yang tidak, memastikan kebenaran tajwidnya, hingga mereka bisa melindunginya dari celah penyelewengan, menjaga dari sikap melampaui batas dan kecurangan. Mereka tidak mengabaikan mana lafadz yang berharakat maupun yang mengalami sukun, mana yang dibaca secara tafkhim (tebal) dengan tarqiq (tipis). Hingga mereka memastikan berapa kadar mad-nya, perbedaan imalah, mereka pisahkan antara huruf dan sifatnya. Yang tidak pernah terfikirkan (ketelitian seperti itu) oleh umat-umat sebelumnya. Tidaklah bisa sampai pada kondisi demikian melainkan melalui ilham dari Sang Pencipta makhluk yang bernafas.
.
Di antara manfaat beragamnya qiraat itu adalah Allah sediakan untuk umat ini keutamaan yang besar, nikmat yang mulia lagi banyak. Berupa penyandaran sanad dari Kitab Rabbnya sehingga menyampaikan sebab Ilahiy ini hingga umat Nabi Muhammad memperoleh keistimewaannya. Memperbesar kedudukan penganut agama yang Hanif ini. Masing-masing pembaca akan menyampaikan hurufnya dengan penukilan (yang benar) dari asalnya. Terangkatlah keraguan dari orang-orang yang mulhid dengan menyambungkan pada asalnya secara pasti. Kalaulah tidak didapatkan faidah melainkan hanya faidah ini, niscaya hal itu sudah cukup. Apabila tidak ada kekhususan lain melainkan ini, niscaya sudah terpenuhi.
.
Di antara manfaat beragamnya qiraat itu adalah nampaknya rahasia Allah dalam menjaga Kitab-Nya yang mulia dan melindungi Kalam-Nya yang diturunkan dengan penjelasan dan pembedaan yang sempurna. Karena Allah Ta’ala tidaklah membuat kosong suatu zaman maupun tempat dari hujjah yang tegak dalam menukil Kitab Allah Ta’ala, begitu detail kepastian huruf dan riwayatnya, dikoreksi secara rinci sisi dan qiraatnya, sehingga aktivitas itu menjadi sebab tetap terjaganya keberadaan alQuran ini meskipun masa silih berganti. Tetapnya aktivitas demikian menunjukkan tetap kekalnya alQuran (terjaga) di mushaf-mushaf maupun dada-dada (para penghafalnya).
.
(an-Nasyr fi Qirooaatil ‘Asyr karya Syamsuddin Abul Khoyr Ibnul Jazariy 1/54)
.
Penulis: Abu Utsman Kharisman