Dosa Besar Ke-13 : Pemimpin Yang Berkhianat, Zhalim & Bengis Kepada Rakyatnya
.
Ebook
Syarah Kitab Al-Kaba’ir : (Dosa Besar Ke-13 : Pemimpin Yang Berkhianat, Zhalim & Bengis Kepada Rakyatnya)
https://drive.google.com/file/d/1Nn7lszarLxvocwpB5bYJ3t-f64SDQ2g6/view?usp=drivesdk
Wajibnya Mentaati Pemerintah
https://drive.google.com/file/d/1QM5mLwf4PLiz8sZD5Q-HLV_SoCwI_h6r/view?usp=drivesdk
Batasan Ta’at Pada Penguasa (Kajian Hadits dan Siyasah Syar’iyyah)
https://drive.google.com/file/d/1AbhMaWmLTozGmo2Hae7Dp6Vjt8sPXavJ/view?usp=drivesdk
Menaati Penguasa dalam Hal yang Makruf & Mari Mendoakan Kebaikan bagi Para Pemimpin Kita
https://drive.google.com/file/d/1d-1mZA-UenOjszHnbqxu7y6ZDJC2GJwX/view?usp=drivesdk
Siapakah Ulil Amri atau Penguasa yang Wajib Ditaati?
https://drive.google.com/file/d/1ceToLtgCfzKmXtJZx-jEoQdRDq1A8sQM/view?usp=drivesdk
Tak boleh memberontak pada pemimpin yang sah, Tetap taat pada pemimpin yang zalim
https://drive.google.com/file/d/1daZmMqM4uTQipPgTMqo-6DmgD4L-2j6u/view?usp=drivesdk
Bai’at antara Sunnah dan Bid’ah
https://drive.google.com/file/d/1HZv_b6wpVcUMNH-WY2Im02vutX7AtMrV/view?usp=drivesdk
Petunjuk Nabi dalam Menyikapi Penguasa Muslim yang Dzalim
https://drive.google.com/file/d/1cYqHGpDel6IAlJi-qb-4cEOO2BVt5OUi/view?usp=drivesdk
Hak dan Kewajiban Pemimpin dan Rakyat yang Dipimpin
https://drive.google.com/file/d/1cSQsG-RaSE9oFHCLmnoHWJNgpyf784Px/view?usp=drivesdk
Meraih Kekuasaan dan Kepemimpinan Bukanlah Tujuan Utama Dakwah (Risalah untuk Mengokohkan Ukhuwah dan Ishlah)
https://drive.google.com/file/d/1bDhZAMYSigZMXi_aUcv8zSUzJ6_rl5of/view?usp=drivesdk
ANTARA RAKYAT DAN PEMIMPIN-Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
https://drive.google.com/file/d/1N36yADQx6CH5g0hYH5CyrRthO3VGQ1jY/view?usp=drivesdk
Prinsip Ahlus sunnah terhadap Penguasa(43Hlm)
https://app.box.com/s/4zkr6vuc72ngdzm9x5abf44k8akthrdt
Fatwa Ulama Seputar Penguasa Di Era Kontemporer-Abul Fatih Ristiyan
(147Hlm)
https://drive.google.com/file/d/1eAqU2j9ZD5Yg_qkQjvoq3LNGZnYJotoh/view?usp=drivesdk
Menyikapi Kejahatan Penguasa
https://drive.google.com/file/d/1djdGw9UpWaADz1xxXLRTmB0dXonbkeqp/view?usp=drivesdk
https://www.box.com/s/996c8e007363590f8a56
Muamalah-kepada-Penguasa-di-Era-Modern(78hlm)
https://drive.google.com/file/d/1CUXPp3887rBo4uMykfKtIxEe0D1SqEqb/view
METODE AHLISSUNNAH DALAM BERMUAMALAH DENGAN
PENGUASA
https://app.box.com/s/qqa6dexhvikjttx7g4rm2r4obsv8khzp
https://drive.google.com/file/d/19REe15YbzCq61JLvHrCu7zN49nbst57-/view
https://drive.google.com/file/d/1kPrXfE8OVtCTN_fnMstvIi0LScMH1Si0/view
Mengapa Rakyat Harus Taat
https://drive.google.com/file/d/1dpuCzjPlcqYra9RknHuDo6MqMrkTcUe-/view?usp=drivesdk
https://app.box.com/s/itupkcfz6c7egiod4eau
106 Hadits larangan keluar dari-ketaatan dalam hal yang ma’ruf dan-menghasung pemberontakan kepada pemerintahan Muslim yang dzolim-36hlm
https://drive.google.com/file/d/1e4T-phnJoQu8P5qzh0Q-Pi8tLeLIfUNi/view?usp=drivesdk
https://app.box.com/s/0syd78gkramdkgjc2c9spno64oeoepg9
Meninggalkan Syubhat dan Kembali-Kepada Ilmu yang Jelas dan
TegasTentang Mengenai Pemerintahan Yang Dipimpin Muslim Saat Ini-Yang Mana Pemerintahan dan Sistemnya Dipenuhi
Ketidakadilan,Kekufuran dan Kedzaliman dan Demokrasi-535Hlm
https://drive.google.com/file/d/1dkArnjhz9z_sQXvh0ZBUlpf5TIMXQEEG/view?usp=drivesdk
Link1: https://app.box.com/s/0dw1un9ufoaf7a4xyth1ndexiphf8x61
Demonstrasi, Solusi atau Polusi?-Abu Ubaidah As Sidawy (117hlm)
https://drive.google.com/file/d/11VbNG0HooCMWP1IvPRudVJyRaCzBDY1Y/view?usp=sharing
.
MENZHALIMI RAKYAT TERMASUK DOSA BESAR
Oleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
.
Mentaati pemerintah Muslim dalam perkara yang bukan maksiat merupakan kewajiban agama yang telah disepakati oleh Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah. Bahkan ini merupakan salah satu prinsip Ahlus Sunnah yang menyelisihi para ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu.
.
Sebaliknya pemerintah yang menjadi pemimpin harus menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya, karena di akhirat pasti akan dituntut tanggungg jawab. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا، وَالخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
.
Setiap kamu adalah pemimpin (pengatur) dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang imam (pemimpin negara) adalah pemimpin (pengatur) dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. 
Seorang laki-laki (kepala rumah tangga) adalah pemimpin (pengatur) terhadap keluaganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. 
Seorang wanita (ibu rumah tangga) adalah pemimpin (pengatur) di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. 
Seorang pelayan adalah pemimpin (pengatur) pada harta tuannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.[1]
.
DI ANTARA KEWAJIBAN PENGUASA
.
Di antara kewajiban pemerintah adalah memutuskan hukum terhadap rakyat  dengan hukum yang Allâh Azza wa Jalla turunkan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
.
وَاَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ
.
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allâh, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.[Al-Mâidah/5:49]
.
Pemimpin juga harus bersikap tulus kepada rakyatnya, baik dalam masalah agama maupun dalam urusan dunia. Yaitu dengan cara menyebarkan akidah yang benar dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lewat ta’lîm (pengajaran), hukum dan dakwah menuju agama Allâh berdasarkan ilmu. Termasuk kewajiban pemimpin adalah melarang bid’ah-bid’ah, seperti membangun masjid-masjid di dekat pekuburan yang disembah, tempat-tempat (yang dianggap keramat atau membawa berkah),  masyâhid (situs-situs yang dianggap peninggalan orang-orang shalih, dan semacamnya), dan tempat-tempat yang diziarahi.
.
Rakyat juga memiliki hak-hak lain yang menjadi kewajiban penguasa untuk memenuhinya, yaitu hak-hak untuk mendapatkan perlakuan baik dan perhatian. Penguasa juga tidak boleh memberikan beban yang tidak mampu mereka lakukan. Penguasa memenuhi pelayanan-pelayanan yang berkaitan dengan kebutuhan kehidupan sesuai dengan kemampuannya.
.
Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Shahabat Nabi yang bernama Abu Maryam al-Azdi Radhiyallahu anhu, dia berkata:
.
دَخَلْتُ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَقَالَ: مَا أَنْعَمَنَا بِكَ أَبَا فُلَانٍ – وَهِيَ كَلِمَةٌ تَقُولُهَا الْعَرَبُ – فَقُلْتُ: حَدِيثًا سَمِعْتُهُ أُخْبِرُكَ بِهِ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ، وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ، احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ، وَفَقْرِهِ قَالَ: فَجَعَلَ رَجُلًا عَلَى حَوَائِجِ النَّاسِ
.
Aku menemui (penguasa) Mu’awiyah, lalu dia berkata, ‘Kami senang bertemu denganmu, apa yang menyebabkan kamu menemuiku hai Abu Fulan?’ –itu adalah ungkapan yang biasa diucapkan oleh bangsa Arab- Aku menjawab, ‘Sebuah hadits yang pernah aku dengar, aku akan memberitakan kepadamu. Aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dijadikan oleh Allâh sebagai pemimpin yang mengurusi sesuatu dari urusan kaum Muslimin, lalu dia menutupi diri dari keperluan, kebutuhan, dan kefakiran mereka, niscaya Allâh menutupi diri dari keperluan, kebutuhan, dan kefakirannya”. Dia berkata, ‘Kemudian Mu’awiah menetapkan seseorang untuk mengurusi kebutuhan-kebutuhan rakyat’.[2]
.
Makna hadits ini, pemimpin yang tidak mau menemui dan mengurusi rakyatnya yang memiliki kebutuhan-kebutuhan, maka Allâh Azza wa Jalla juga tidak akan menemui dan mengurusi kebutuhan-kebutuhannya.
.
Lihatlah alangkah bijaknya Shahabat Mu’âwiyah Radhiyallahu anhu, dan alangkah taatnya terhadap agama yang dianutnya. Begitu mendengar hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia langsung mengamalkannya.
.
Karena sangat kasih sayang kepada umatnya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kebaikan untuk penguasa yang berbuat baik kepada rakyatnya, dan mendoakan keburukan buat penguasa yang berbuat buruk kepada rakyatnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa:
.
اللهُمَّ، مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ
.
Wahai Allâh, barangsiapa mengurusi sesuatu dari urusan umatku, lalu dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia, dan barangsiapa mengurusi sesuatu dari urusan umatku, lalu dia bersikap lembut kepada mereka, maka bersikaplah lembut kepadanya”. [HR. Muslim, no.1828]
.
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan hadits ini dengan menyatakan, “Sabda Beliau ini termasuk larangan yang sempurna agar penguasa tidak menyusahkan manusia (rakyat-pen), dan anjuran paling agung untuk bersikap lembut kepada mereka. Banyak hadits-hadits yang semakna dengan ini”[3].
.
Pemimpin jangan sampai berlaku curang dan menipu rakyat, karena akibatnya sangat berat. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
.
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
.
Tidak ada seorang hamba yang Allâh memberikan kekuasaan kepadanya mengurusi rakyat, pada hari dia mati itu dia menipu rakyatnya, kecuali Allâh haramkan surga atasnya. [HR. Muslim, no. 142]
.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
.
مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلَاحَ فَلَيْسَ مِنَّا، وَمَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
.
Barangsiapa menyerang kami dengan senjata maka dia bukan dari kami, dan barangsiapa berbuat curang kami maka dia bukan dari kami. [HR. Muslim, no. 101]
.
Ancaman ‘diharamkan surga’ dan ‘bukan dari kami’ menunjukkan bahwa perbuatan curang tersebut merupakan kezhaliman dan dosa besar. Wallâhul Musta’ân.
.
Ya Allâh! Jadikanlah para pemimpin kami, pemimpin yang diberkahi, pemimpin yang akan membawa kebaikan dunia dan kebaikan akhirat yang kekal abadi.
.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVIII/1436H/2014M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_____
Footnote
[1] HR. Al-Bukhâri, no. 2558, dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma
[2] HR. Abu Dâwud, no. 2948; dishahihkan oleh syaikh al-Albani
[3] Syarah Nawawi, 12/213