Kita Butuh Allah, Konsentrasi & Pantang Menyerah Dalam Berdo’a. Harus Yakin & Taubat Sebelum Berdo’a

Alhamdulillah

Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

1. Berdo’a itu Wajib? 

Berdoa itu Wajib?

2. Hukum Berdo’a Dalam Hati

Hukum Berdoa Dalam Hati

3. Berdoa dengan Selain Bahasa Arab Ketika Shalat

Berdoa dengan Selain Bahasa Arab Ketika Shalat

4. Mari Memasyarakatkan Doa-doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

15. Meminta Syafaat Nabi Kepada Allah, Bukan Meminta kepada Nabi Karena Ini Syirik. Kekal di Neraka Jahannam dan Mari Memasyarakatkan Doa-doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

5. Adab Berdo’a

04. Adab Berdo’a yang Benar

Ustadz Abdullah Zaen- Berdo’a Harus Yakin

Ustadz Abdullah Zaen-Taubat Sebelum Berdo’a

Ustadz Abdullah Zaen- Pantang Menyerah Dalam Berdoa

Ustadz Abdullah Zaen- Kita Butuh Allah

Abdullah Zaen · Fiqih Doa dan Dzikir Menghayati Doa


Kita Butuh Allah – Ustadz Abdullah Zaen, MA

Pantang Menyerah Dalam Berdoa– Ustadz Abdullah Zaen, MA

Taubat Sebelum Berdoa Ustadz Abdullah Zaen MA

Berdoa Harus Yakin – Ustadz Abdullah Zaen, MA 

Konsentrasi Dalam Berdoa – Ustadz Abdullah Zaen, MA

 

➡ Berdo’a Harus Yakin

Salah satu kunci sukses dalam berdoa adalah adanya keyakinan dalam hati, bahwa apa yang diminta akan dikabulkan oleh Allah ta’ala. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,

“ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ“

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa sungguh Allah biasanya tidak mengabulkan doa yang keluar dari hati yang tidak konsentrasi dan lalai”. HR. Tirmidzy dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albany.

Keyakinan untuk dikabulkan itu muncul sebagai bentuk prasangka baik hamba kepada Allah ta’ala.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: “أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي”

✅ Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, Allah ta’ala berfirman, “Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku”. HR. Bukhari dan Muslim.

Manusia wajib berbaik sangka kepada Allah apa pun keadaannya. Karena Allah akan menyikapi hamba-Nya sesuai prasangka tersebut. Bila hamba berburuk sangka kepada Allah, berarti ia sendiri yang menghendaki takdir buruk untuknya. Sebaliknya jika hamba itu berprasangka baik, maka Allah akan menakdirkan hal yang baik untuknya. Sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan harapan para hamba yang senantiasa berbaik sangka kepada-Nya.

Maka berprasangka baiklah saat berdoa, bahwa akan dikabulkan Allah. Berprasangka baiklah saat bertaubat, bahwa akan diterima oleh-Nya. Berprasangka baiklah saat beristighfar, bahwa Allah berkenan untuk mengampuni. Berprasangka baiklah ketika beribadah dengan benar, bahwa Allah berkenan untuk memberikan ganjaran-Nya. Semua itu dalam rangka memegang janji Allah ta’ala. Demikian keterangan dalam kitab al-Mufhim karya Imam al-Qurthubiy rahimahullah.

Tidak sekedar keyakinan dalam hati, bahkan dalam pemilihan redaksi doa pun, kita harus menghindari ungkapan di lisan yang mengesankan ketidakyakinan kita pada Allah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: ” إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلَا يَقُلْ: اللهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، وَلَكِنْ لِيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ وَلْيُعَظِّمِ الرَّغْبَةَ، فَإِنَّ اللهَ لَا يَتَعَاظَمُهُ شَيْءٌ أَعْطَاهُ “

✅ Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bila salah seorang dari kalian berdoa, janganlah ia mengucapkan, “Ya Allah, ampunilah aku, jika Engkau berkenan”. Namun hendaklah ia serius dalam meminta serta mempertebal harapan. Sesungguhnya Allah tidak pernah merasa keberatan untuk memberikan sesuatu”. HR. Muslim.

Pemakaian ungkapan “Ampunilah aku, jika Engkau berkehendak” dilarang. Karena memberi kesan ketidakseriusan sang pemohon atas keinginannya untuk mendapatkan ampunan Allah.

Mulai sekarang tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah dalam setiap berdoa kepada Allah kita yakin doa kita akan terkabul? Ataukah selalu ada perasaan mungkin atau tidak mungkin? Jangan berprasangka Allah tidak mengabulkan doa. Tetapi introspeksi dan perbaikilah diri!

Bagaimana kita tidak yakin pada Allah, sedangkan Dia telah berjanji untuk mengabulkan permintaan kita, dan Dia tidak pernah ingkar janji?!

Bagaimana kita tidak yakin pada Allah, sedangkan segala sesuatu yang ada di alam semesta adalah milik-Nya?!

Bagaimana kita tidak yakin pada Allah, sedangkan Dia Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pemurah kepada para hamba-Nya?!

Kita Butuh Allah

Salah satu hal mulia yang perlu kita hadirkan dalam hati saat berdoa, adalah perasaan butuh terhadap Allah ta’ala. Sebab seluruh makhluk tidak mungkin terlepas dari kebutuhan kepada-Nya, walaupun hanya sekejap mata sekalipun. Dialah yang menciptakan mereka. Dialah yang mengatur mereka. Dialah yang memberi rizki pada mereka. Dialah yang menyembuhkan mereka. Dialah yang menghidupkan dan mematikan mereka.

Apa yang dikehendaki Allah, pasti terjadi. Sebaliknya, apapun yang tidak dikehendaki-Nya, pasti tidak terjadi. Tidak ada yang bisa menolak ketetapan dan takdir-Nya.

“مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ“.

Artinya: “Apapun rahmat Allah yang Dia anugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang bisa menahannya. Dan apapun yang ditahan-Nya, maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana”. QS. Fâthir (35): 2.

Seluruh makhluk membutuhkan Allah. Makhluk masih bisa terus hidup, itu karena karunia Allah. Anggota badan mereka begitu kuat untuk menjalani aktivitas, itu  karena pemberian Allah. Mereka bisa mendapatkan makanan, rizki, nikmat lahir dan batin, itu karena kebaikan yang Allah beri. Bahkan mereka bisa selamat dari berbagai musibah, kesulitan dan kesengsaraan, itupun juga karena Allah yang menghilangkannya. Allah-lah yang memberikan mereka petunjuk mengenai berbagai hal sehingga mereka bisa selamat.

“يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ، وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ“.

Artinya: “Wahai para manusia, kalianlah yang memerlukan Allah, sedangkan Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dan Maha Terpuji”. QS. Fâthir (35): 15.

✅ Dalam Tafsir Ibn Katsir dijelaskan, “Seluruh makhluk amat butuh pada Allah dalam setiap aktivitasnya, bahkan dalam diam mereka sekalipun. Allah asli tidak butuh pada mereka. Oleh karena itu, Allah sampaikan bahwa Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Maksudnya Allah-lah satu-satu-Nya Yang Maha Kaya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah sungguh Maha Terpuji dalam apapun yang Dia perbuat dan katakan, juga dalam apa yang Dia takdirkan dan syariatkan”.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah ta’ala berfirman,

“يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ. يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ، إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ، فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ. يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ، إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ، فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ. يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا، فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ“

Wahai para hamba-Ku, kalian semua tersesat, kecuali yang Kuberi hidayah. Maka mintalah hidayah pada-Ku, niscaya kalian akan Kuberi hidayah. Wahai para hamba-Ku, kalian semua akan kelaparan, kecuali bila Kuberi makan. Maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya kalian Kuberi makan. Wahai para hamba-Ku, kalian semua akan telanjang, kecuali bila Kuberi pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya kalian Kuberi pakaian. Wahai para hamba-Ku, sungguh kalian berbuat dosa malam dan siang. Sedangkan Aku akan mengampuni seluruh dosa. Maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya kalian akan Kuberi ampunan”. HR. Muslim dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu.

Konsetrasi Dalam Berdoa

Isi doanya sendiri yang bermasalah. Misalkan doa tersebut berisi permintaan sesuatu yang tidak disukai Allah.

Hati orang yang berdoa itu bermasalah. Seperti orang yang tidak berkonsentrasi saat berdoa. Hatinya melanglang buana kemana-mana.

Adanya faktor yang menghalangi terkabulnya doa. Contohnya: mengkonsumsi makanan atau minuman yang haram, banyak maksiat, dan yang semisal itu.

Banyak orang mengeluh, “Mengapa doaku tidak kunjung dikabulkan?!”. Bahkan terkadang hal itu menyeret kepada sikap berprasangka buruk kepada Allah ‘azza wa jalla. Na’udzu billah min dzalik…

Padahal seharusnya dalam kondisi demikian, kita berusaha berintrospeksi diri dan memperbaiki apa yang perlu diperbaiki.

Ketahuilah bahwa doa itu manakala tidak dikabulkan, pemicunya bisa beragam. Antara lain:

1. Isi doanya sendiri yang bermasalah. Misalkan doa tersebut berisi permintaan sesuatu yang tidak disukai Allah.

2. Hati orang yang berdoa itu bermasalah. Seperti orang yang tidak berkonsentrasi saat berdoa. Hatinya melanglang buana kemana-mana.

3. Adanya faktor yang menghalangi terkabulnya doa. Contohnya: mengkonsumsi makanan atau minuman yang haram, banyak maksiat, dan yang semisal itu.

Maka salah satu syarat utama dikabulkannya doa adalah: menghadirkan hati, konsentrasi, khusyu’ dan tidak membiarkan pikiran kesana-kemari saat berdoa. Sebab bila seorang hamba ketika berdoa hatinya tidak konsentrasi, kekuatan doanya akan melemah. Sehingga efeknya pun akan melemah juga. Ibarat sebuah busur panah yang talinya kendor. Saat digunakan, maka anak panahnya tidak bisa melesat kencang.

(Lanjut ke hal…2)