Memahami Asal-Usul Firqoh Sesat Asy’ariyah

Alhamdulillah

Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

1. Mengenal Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Asy’ariyyah

2. Biografi Imam Abul Hasan al-Asy’ari

3.Sikap Ulama Kita Terhadap Dua Orang Hafidz; Ibnu Hajar dan An Nawawi

4. SIKAP AHLUSSUNNAH TERHADAP KESALAHAN ULAMA

5. Al Asy’ariyyah Bukan Termasuk Ahlu Sunnah Mereka Adalah Kelompok SESAT

6. Penyimpangan-penyimpangan Sesat Asy’ariyah

7. Sufi adalah Pengikut Firqah Asy’ariyah

8.Pengaruh Aqidah Sesat Asy’ariyah terhadap Umat

9.Ulama yang Menyatakan Asy’ariyah Bukan Termasuk AhluSunnah Mereka Firqoh Sesat

10.Asy’ariyah , bukan Pengikut abul Hasan Al-asyari.Mereka Adalah Pemuja Akal

11. Asy’ariyah = Ahlus Sunnah? Bukan Mereka Firqoh Sesat

12. Kullabiyah, Pendahulu Asy’ariyah

13. Abul-Hasan Al-Asy’ariy Bertaubat ke‘Aqidah Asy’ariyyah atau Salafiyyah ?

14. Paham Asy’ariyyah adalah Cucu Paham Jahmiyyah ?

15. Al-Imam Abul-Hasan Al-Asy’ariy,Asyaa’irah (Asy’ariyyah), dan Bahasan Pemalsuan Kitab Al-Ibaanah ‘an Ushuulid-Diyaana

Firqah-Firqah Sesat (Abdul Hakim bin Amir Abdat)

HIJRAHNYA PENDIRI PAHAM.ASY’ARY – Ustadz Mizan Qudsiyah, Lc

Mengenal Lebih Dekat Aqidah AsyAriyah-Ust. Firanda Andirja 27Mb

Ust Zainal Abidin Syamsudin · Mengenal Abul Hasan Al-Asy’ari dan Asy’ariyah 14Mb

Biografi Singkat Imam Ibnu Hajar Al Asqalani-Ust. Abdullah Zaen

Kenalilah Aqidah yang Sesat (Ust. Mahfudz Umri)

Biografi Imam.Abul Hasan Al-Asy’ari”.Ust. Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A.

Kumpulan Kajian Kitab Al Inabah-Ust Muhammad Nur Ihsan, M.A.

HIJRAHNYA PENDIRI PAHAM.ASY’ARY – Ustadz Mizan Qudsiyah, Lc

Ebook al-Ibanah an Ushul Diyanah

Alhamdulillah, Imam al-Asy’ari telah berlepas diri dari keyakinan tersebut kepada keyakinan yang diyakini oleh para imam Ahlus Sunnah sebelum beliau semisal Imam Ahmad bin Hambal sebagaimana Imam Asy’ari berkata: “Apabila seseorang bertanya: “kamu mengingkari perkataan Mu’tazilah, Qodariyyah, Jahmiyyah, Harruriyyah, Rodidhoh dan Murji’ah, maka terangkan kepada kami pendapatmu dan keyakinanmu yang mengaku beribadah kepada Allah dengannya! Jawablah: “Pendapat dan keyakinan kami yang kami pegangi adalah perpegang teguh dengan kitab rabb kita azza wajalla, sunnah Nabi kita dan apa yang diriwayatkan dari para sahabat, Tabi’in dan para ahlul hadits. Kami berpegang teguh dengannya.Dan berpendapat dengan apa yang dikatakan oleh Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal– semoga Allah mencerahkan wajahnya,…”

====

MEMAHAMI ASAL-USUL ASY’ARIYAH (BAGIAN PERTAMA)

Oleh : Al Ustadz Ja’far Umar Thalib

PENDAHULUAN

Orang mengatakan bahwa aqidah Ummat Islam Indonesia itu ialah Asy’ariyah – Maturidiyah. Oleh karena itu jangan menganggap sesat aqidah ini.

Jawabannya ialah. Bukankah Ummat Islam Indonesia hampir seluruhnya penyembah kuburan keramat dengan berdoa’a kepadanya minta berbagai keperluan. Apakah yang demikian tidak boleh dianggap sesat. Bahkan kebanyakan Ummat Islam Indonesia tidak sholat, apakah yang demikian ini tidak boleh kita katakan.munkar. Logika yang demikian itu telah terbantah dengan ayat Al Qur’an sebagai berikut :

“Dan kalau kalian MENGIKUTI kebanyakan orang dimuka bumi, mereka KEBANYAKAN ORANG itu akan MENYESATKAN kamu dari jalan Allah. Karena mereka itu tidaklah.mengikuti kecuali sangkaan belaka dan mereka itu tidak.lain kecuali menduga-duga saja”. (QS. Al An’am 116.)

Maka dari itu kita diperintah oleh Allah Ta’ala untuk merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah ketika terjadi perbedaan pendapat :

ﻓﺈﻥ ﺗﻨﺎﺯﻋﺘﻢ ﻓﻲ ﺷﻲﺀ ﻓﺮﺩﻭﻩ ﺇﻟﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺇﻥ ﻛﻨﺘﻢﺗﺆﻣﻨﻮﻥ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻴﻮﻡ ﺍﻷﺧﺮ ﺫﻟﻚ ﺧﻴﺮ ﻭ ﺃﺣﺴﻦ ﺗﺄﻭﻳﻼ – ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ …59.

“Maka kalau kalian bertikai dalam satu masalah, maka rujukkanlah pertikaian itu kepada Allah dan RasulNya kalau kalian memang beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu baik dan lebih baik akibatnya”. (An Nisa’ 59.)

Merujuk kepada Allah ialah merujuk kepada Al Qur’an dan merujuk kepada RasulNya ialah merujuk kepada As sunnah As Shahihah sepeninggal beliau. Disamping itu agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah, kita disuruh untuk merujuk kepada pemahaman para Salafus Shaleh.

✅ Allah Ta’ala berfirman :

ﻭﺍﻟﺴﺎﺑﻘﻮﻥ ﺍﻷﻭﻟﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻬﺎﺟﺮﻳﻦ ﻭ ﺍﻷﻧﺼﺎﺭ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺍﺗﺒﻌﻮﻫﻢﺑﺈﺣﺴﺎﻥ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﻭﺭﺿﻮﺍ ﻋﻨﻪ ﻭﺃﻋﺪ ﻟﻬﻢ ﺟﻨﺎﺕ ﺗﺠﺮﻱﺗﺤﺘﻬﺎ ﺍﻷﻧﻬﺎﺭ ﺧﺎﻟﺪﻳﻦ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺑﺪﺍ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻔﻮﺯ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ – ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ 100 .

“Dan orang-orang yang terdahulu masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang MENGIKUTI JEJAK HIDUP MEREKA dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka akan ridho kepada balasan Allah dan Dia akan menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dan mereka kekal padanya. Yang demikian itu adalah kesuksesan yang besar”. (QS.At Taubah: 100.)

Allah Ta’ala menegaskan keridho’anNya hanya bagi mereka yang mengikuti dengan baik jejak hidup para Muhajirin dan Anshar. Maka yang benar dan diridhoi oleh Allah dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah itu ialah dengan mengikuti pemahaman para Muhajirin dan Anshar.

Demikianlah sesungguhnya Thariqatul Istidlal (cara berdalil) yang diajarkan oleh Allah Ta’ala dalam AlQur’an. Dan demikian pula yang diajarkan dalam AsSunnah, dimana Rasulullah sallallahu alaihi wa alihi wasallam bersabda :

ﺃﻭﺻﻴﻜﻢ ﺑﺘﻘﻮﻯ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﺴﻤﻊ ﻭﺍﻟﻄﺎﻋﺔ ﻭﺇﻥ ﻋﺒﺪﺍ ﺣﺒﺸﻴﺎ، ﻓﺈﻧﻪﻣﻦ ﻳﻌﺶ ﻣﻨﻜﻢ ﺑﻌﺪﻱ ﻓﺴﻴﺮﻯ ﺍﺧﺘﻼﻓﺎ ﻛﺜﻴﺮﺍ، ﻓﻌﻴﻜﻢ ﺑﺴﻨﺘﻲﻭﺳﻨﺔ ﺍﻟﺨﻠﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﻳﻦ ﺍﻟﻤﻬﺪﻳﻴﻦ ﺗﻤﺴﻜﻮﺍ ﺑﻬﺎ، ﻭﻋﻀﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﺎﺑﺎﻟﻨﻮﺍﺟﺬ، ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ ﻭﻣﺤﺪﺛﺎﺕ ﺍﻷﻣﻮﺭ، ﻓﺈﻥ ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ، ﻭﻛﻞﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ – ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻓﻲ ﺳﻨﻨﻪ ﻋﻦ ﻋﺮﺑﺎﺽ ﺑﻦ ﺳﺎﺭﻳﺔ‏(ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺭﻗﻢ 4607 ‏) ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻓﻲ ﺳﻨﻨﻪ ﻋﻨﻪ ‏( ﺍﻟﺤﺪﻳﺚﺭﻗﻢ 43 ‏) ﻭﺭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻓﻲ ﺳﻨﻨﻪ ﻋﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ‏(ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺭﻗﻢ 2676 ).

“Aku berwasiat kepada kalian untuk kalian bertaqwa kepada Allah dan aku berwasiat juga kepada kalian untuk kalian mendengar dan taat kepada pimpinan kalian , walaupun pimpinan kalian itu budak belian dari negeri Habasyah. Karena sesungguhnya siapa dari kalian yang masih hidup sepeninggalku , maka sungguh dia akan melihat PERSELISIHAN yang banyak , di saat itu WAJIB atas kalian untuk BERPEGANG TEGUH dengan Sunnahku (yakni ajaranku) dan Sunnah para Khulafa’ Rasyidin (khalifah-khalifah yang terbimbing kepada kebenaran, dan Sunnah mereka ialah pemahaman mereka yang telah disepakati oleh para Shahabat Nabi yang masih hidup waktu itu). Berpegang teguhlah kalian dengan sunnah-sunnah itu dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu, dan hati-hati kalian dari perkara-perkara yang baru dalam agama. Karena SEGALA YANG BARU dalam agama itu adalah BID’AH dan SEGALA YANG BID’AH itu adalah SESAT“. (HR. Abu Dawud dalam Sunannya dari Irbadl bin Sariyah (hadis nomer 4607), juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Irbadl (hadits nomer 43) dan juga diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam Sunannya dari Jarir bin Abdillah (hadits 2676).)

ASY’ARIYAH ITU APA ?

Asy’ariyah itu ialah aliran pemahaman yang digagas oleh Abul Hasan Al Asy’ari, anak keturunan Abu Musa Al Asy’ari Shahabat Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa alihi wasallam,yang nama dan nasabnya adalah Ali bin Ismail bin Ishaq Abi Basyar bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al Asy’ari. Beliau lahir di Basrah pada th. 260 H dan hidup kemudian wafat di Baghdad pada th. 324 H.

Beliau adalah seorang Ulama’ yang cerdas sehingga ketika beliau wafat, karya tulis beliau mencapai 55 judul dalam berbagai bidang ilmu, terutama dalam perkara pemahaman (demikian diriwayatkan dalam Tarikh Baghdad , Al Hafidl Abu Bakar Ahmad bin Ali Al Khatib Al Baghdadi, jilid 11 hal. 346 – 347).

Abul Hasan Al Asy’ari dalam perjalanan ilmiyahnya mengalami perubahan pemahaman beberapa kali :

✅ PERTAMA , beliau adalah kader Mu’tazilah, karena berguru kepada ayah tirinya yang bernama Abu Ali Al Juba’ie, salah seorang Ulama’ Mu’tazilah. Sedangkan pemahaman Mu’tazilah ini menyatakan bahwa akal itu adalah sumber kebenaran. Jadi segala keterangan dalam Al Qur’an dan As Sunnah harus dikoreksi oleh akal. Yang mencocokinya diterima dan yang menyelisihinya ditolak. Sehingga Mu’tazilah menolak untuk beriman kepada taqdir Allah Ta’ala yang.menaqdirkan segala kejadian di alam raya ini. Mereka menolak beriman kepada adanya sifat-sifat kemuliaan bagi Allah Ta’ala. Kata mereka bahwa nama-nama Allah yang serba baik tidaklah menunjukkan kepada makna sifat-sifatNya, tetapi hanyalah menunjukkan makna “ADANYA ALLAH”. Mereka meyakini bahwa siapa saja yang masuk neraka maka dia kekal padanya dantidak mungkin keluar darinya. Mereka menolak beriman kepada adanya syafaat. Mereka tidak beriman kepada adanya kehidupan di alam kubur. Dan masih banyak lagi kesesatan aqidah Mu’tazilah ini. Dan dikatakan sesat, karena menyimpang dari tuntunan dalil-dalil Al Qur’andan As Sunnah dan menyimpang dari pemahaman As Sabiqunal Awwalun Minal Muhajirin wal Anshar atau dengan istilah lain, menyimpang dari Salafus Shaleh.

Abul Hasan Al Asy’ari ini dicanangkan oleh Abu Ali Al Juba’ie untuk menjadi kader sepeninggal beliau sebagai Imam kalangan Mu’tazilah. Namun Abul Hasan AlnAsy’arie mulai meragukan Mu’tazilah setelah beberapa pertanyaannya tidak mampu dijawab oleh Abu Ali Al Juba’ie, sehingga beliau mulai menulis beberapa bantahan terhadap keyakinan Mu’tazilah, seperti kitab Al Luma’ Fir Raddi Ala Ahliz Zaighi Wal Bida’.

KEDUA, Abul Hasan Al Asy’ari mulai meyakini adanya sifat bagi Allah Ta’ala sehingga beliau merujuk kepada pemahaman Kullabiyah. Yaitu aliran yang digagas oleh Abu Muhammad Abdullah bin Sa’id bin Kullab Al Qattan. Beliau lahir di Basrah di zaman pemerintahan Al Ma’mun bin Harun Ar Rasyid. Beliau meninggal dunia pada sekitar tahun 240 H. Kullabiyah meyakini adanya sifat-sifat Dzatiyyah bagi Allah, yaitu sifat-sifat yang berkenaan dengan DzatNya dan menolak beriman kepada sifat-sifat Fi’liyah bagi Allah. Yaitu sifat-sifat Allah pada PerbuatanNya yang berkaitan dengan “KehendakNya”. Dan sifat-sifat Dzatiyah yang diyakini oleh Kullabiyah ini ialah : Al Hayah (Allah Maha hidup), Al Iradah (Allah Maha berkehendak), Al Qudrah (Allah Maha berkuasa), Al Ilmu (Allah Maha berilmu), Al Kalamu (Allah Maha berbicara), As Sama’ (Allah Maha mendengar), Al Bashar (Allah Maha Melihat).

KETIGA, Abul Hasan Al Asy’ri akhirnya mengoreksi keyakinannya dan dia membantah pemahaman Kullabiyah dan kemudian beliau rujuk kepada pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang diambil dari para Salafus Shaleh. Untuk menyatakan taubatnya dari pemahaman Kullabiyah itu dan menyatakan rujuknya kepada pemahaman Salafus Shaleh, beliau menulis kitab Al Ibanah. Kitab ini dinukil oleh Al Hafidl Abul Qasim Ibnu Asakir. Dan kemudian murid beliau yang bernama Al Qadli Abu Bakar Muhammad bin At Thayyib bin Muhammad Al Baqalani , mensyarah kitab ini dan pada akhirnya beliau cenderung kepada pemahaman akhir Abul Hasan Al Asy’ari tersebut.

Demikian pula Imamul Haramain dan para Ulama’ Asya’irah angkatan terdahulu, pada akhirnya cenderung kepadanya. Demikian Al Hafidl Ibnu Katsir Ad Dimasqi menerangkan dalam Thabaqaatul Fuqaha’is Syafi’iyyin jilid 1 hal. 210.

Namun tampaknya pemahaman Kullabiyah yang pernah dianut oleh Abul Hasan Al Asy’ari itu yang tersebar luas di kalangan para pengikutnya. Dan tampak sekali adanya pergeseran pada pemahaman “Asy’ariyah” tersebut di masa munculnya Al Fakhrur Razi Abu Abdillah Muhammad bin Amer bin Al Hasan bin Al Husain At Tamimi Al Bakri Ar Razi (lahir th. 544 H dan wafat th. 606 H). Yaitu kecenderungan kepada pemahaman Mu’tazilah yang menjadikan akal sebagai sumber utama untuk mengukur kebenaran. Dalil-dalil Al Qur’an dan Al Hadits harus ditundukkan kepada pandangan akal. Sehingga jadilah Asy’ariyah berlomba- lomba dengan Mu’tazilah dalam melecehkan dalil Al Qur’an dan Al Hadits.

Demikian Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan dalam Dar’ut Ta’rudzil Aqli wan Naqli jilid 1 hal 71 dan seterusnya. Itulah sebabnya kaum Asya’irah menentang adanya sifat ULUW (Allah di atas seluruh makhluqNya), mereka juga menolak untuk beriman kepada Taqdir Allah atas segenap kejadian dan perbuatan makhluqNya. Mereka meyakini bahwa yang ditakdirkan oleh Allah hanyalah lahir, mati, dan jodoh.

Adapun perkara lainnya, taqdirnya mengikuti kehendak dan perbuatan makhluqNya. Itu pula yang menyebabkan mereka menolak bahwa Allah mempunyai wajah, Allah mempunyai dua tangan, dan bahkan mereka menolak untuk beriman bahwa Allah akan memperlihatkan WajahNya Yang Maha Mulia sebagai Puncak kenikmatan bagi kaum Mu’minin di surga Allah.

Demikian inilah yang sedang dikampanyekan di Indonesia khususnya oleh da’i – da’i Syubhat atau politik semacam Habib Rizieq Syihab, Ustadz Abdus Shamad, Ustadz Adi Hidayat, Buya Yahya dan lain-lainnya.

Saya melihat, bahwa mereka akhir-akhir ini begitu gigihnya mengkampanyekan aqidah Asy’ariyah itu sambil rame-rame menghantam pemahaman Salafus Shaleh yang mereka istilahkan Wahabi atau Salafi Wahabi. Jangan- jangan ini adalah kelanjutan dari program deradikalisasi ummat Islam Indonesia sebagaimana yang diperintahkan oleh FBI (polisi federal Amerika serikat).

Karena menurut FBI, Salafi itu adalah idiologi teroris. Maka dalam rangka memerangi terorisme, harus memerangi Salafi Wahhabi. Dengan demikian berarti banyak da’i tidak terasa sedang menjalankan program penjajah kafir Yahudi – Nasrani.

Allahul Musta’an wa alaihi tuklan.

Oleh Jafar Umar Thalib

==

Pemahaman Sesat Asy’ariyyah dan Maturidyyah

✅ Asya’iroh dan maaturidiyyah

Asya’iroh adalah kelompok yang dinisbahkan kepada Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullah yang mana dahulunya beliau adalah seorang mu’tazilah, kemudian terpengaruh dengan pemahaman Abdullah bin Sa’id bin Kullaab, kemudian diakhir kehidupannya beliau rujuk/kembali kepada madzhab Ahlussunnah dan mendakwahkannya menurut sebagian ulama, akan tetapi mayoritas pengikutnya (Asyaa’iroh/Asy’ariyyah) tidak berpegang kepada madzhab beliau yang baru yaitu madzhabnya Ahlussunnah wal Jama’ah , bahkan menyelisihinya dan mencampurnya dengan madzhab jahmiyyah, mu’tazilah dan kaum falsafat.

Sedangkan Maaturidiyyah , mereka adalah pengikutnya Abu Manshur Al-Maaturidiy

Diantara perbedaan madzhab Ahlussunnah dengan Asyaa’iroh dan Maaturidiyyah adalah:

✅ 1. Sumber dalil utama

Ahlusunnah menjadikan dalil naql (Al-Qur’an dan Hadits) sebagai sumber utama dalam berdalil, sedangkan Asya’iroh dan Maaturidiyyah menjadikan akal sebagai sumber utamanya, sedangkan dalil naql sebagai penguat.

✅ 2. Makna tauhid

Menurut Ahlussunah, tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal rububiyyahNya, uluhiyyahNya dan asma’ wa shifat Nya. Sedangkan menurut mereka, tauhid adalah hanya menetapkan bahwasannya Allah tunggal tidak ada yang semisal denganNya.

✅ 3. Masalah iman

Menurut Ahlussunah, iman adalah keyakinan dan pembenaran dalam hati, perkataan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Sedangkan menurut mereka, iman hanyalah keyakinan/pembenaran dalam hati, sebagian mereka memasukkan perkataan lisan juga bagian dari iman, tidak bertambah dan juga tidak berkurang.

✅ 4. Masalah Al-Qur’an

Menurut Ahlussunah, Al-Qur’an adalah kalamullah / perkataan Allah yang diturunkan dan bukan makhluq. Sedangkan menurut mereka, Al- Qur’an adalah ibarat/ungkapan tentang perkataan Allah. Dan Allah menurut mereka tidak berbicara dengan huruf maupun suara.

✅ 5. Masalah shifat

Ahlussunnah menetapkan semua shifat-shifat Allah yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits tanpa mengingkarinya, tanpa mentakwilnya, tanpa menyerupaknnya dengan makhluqnya, menetapkan maknanya dan menyerahkan kaifiyahnya kepada Allah. Sedangkan asya’iroh dan maaturidiyyah mengingkari mayoritas shifat-shifat Allah. Asya’iroh.hanya menetapkan tujuh shifat, yaitu: hayat (hidup), qudroh (mampu), ilmu, irodah (kehendak), sama’ (mendengar), bashor (melihat), kalam (bicara).

Sedangkan Maaturidiyyah menetapkan delapan shifat, tujuh shifat seperti yang ditetapkan oleh Asya’iroh ditambah satu shifat yaitu: takwin (mengadakan) Adapun selain sifat-sifat tersebut walaupun Al- Qur’an dan Hadits menyebutnya, namun mereka mengingkarinya dan memandangnya tidak masuk akal.

Dan masih banyak lagi perbedaan antara Ahlusunnah dengan Asya’iroh dan Maaturidiyyah dalam masalah aqidah yang mana hal ini merupakan pokok agama..

➡ Kesimpulan

Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang mendasar yang telah disebutkan diatas maka dapat disimpulkan bahwasannya Asyairoh dan Maaturidiyyah memiliki aqidah dan pemahaman sesat yang menyimpang dari aqidah Ahlusunnah wal Jama’ah. Mereka adalah Kelompok Sesat. Wallahu a’lam.

Sumber:

1. Multaqo Ahlil hadits:

http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=26549

2. Islamqa: https://islamqa.info/ar/205836

Dijawab dengan ringkas oleh :

Ustadz Al-Iskandar Bahri

==

Asy’ariyah bukanlah Ahlus Sunnah

Dalam pembahasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa Asy’ariyah bukanlah Ahlus Sunnah dan telah kita ketahui beberapa penyimpangan mereka dari as-Sunnah, maka dalam tulisan ini kami ingin menunjukkan bahwa paham mereka pun berbeda dengan akidah Abul Hasan al-Asy’ari.

Jika kita bandingkan akidah mereka dengan akidah al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari, akan kita dapatkan bahwa nisbah (penyandaran) mereka kepada Abul Hasan al-Asy’ari hanyalah pengakuan semata. Nyatanya, mereka banyak menyelisihi akidah al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari.

Sebelum kita membuktikan penyimpangan Asy’ariyah dari Ahlus Sunnah wal Jamaah, kami akan menyebutkan beberapa ucapan al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari yang menjelaskan prinsip akidah beliau.

✅ Dalam Kitab al-Ibanah

Beliau berkata, “Pendapat yang kami yakini dan agama yang kami beragama dengannya, ‘Berpegang teguh dengan kitab Rabb kita dan sunnah nabi kita Muhammad n dan yang diriwayatkan dari para sahabat, tabiin, dan aimatul (para imam) hadits. Kami berpegang teguh dengannya dan dengan pendapat yang diucapkan oleh Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal—mudah-mudahan Allah menyinari wajahnya dan mengangkat derajatnya serta memberinya pahala yang banyak—, dan kami menjauhkan diri dari pendapat-pendapat yang menyelisihi prinsip al-Imam Ahmad bin Hanbal, karena beliau adalah imam yang memiliki keutamaan, seorang tokoh yang dengannya Allah menjelaskan al-haq, menolak kebatilan, menjelaskan manhaj serta menghancurkan kebid’ahan ahlul bid’ah, penyimpangan orang-orang yang menyimpang dan menghilangkan keraguan orang-orang yang ragu….”

✅ Kemudian beliau berkata:

Allah Ta’ala memiliki wajah, namun tidak boleh menanyakan bagaimananya, sebagaimana dalam firman-Nya:

Dan tetap kekal wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.’ (ar-Rahman: 27)

Allah Ta’ala memiliki dua tangan, namun tidak boleh ditanyakan bagaimananya, sebagaimana dalam firman-Nya:

Allah berfirman, ‘Hai iblis, apakah yang menghalangimu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku….’ (Shad: 75)

‘(Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka.’ (al-Maidah: 64)

Allah memiliki dua mata, namun tidak boleh ditanyakan bagaimananya, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

‘Yang berlayar dengan penglihatan dua mata kami.’ (al-Qamar: 14).”

Dalam Kitab Maqalat al-Islamiyin

Beliau menjelaskan secara global akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Ahlul Hadits, dan beliau menegaskan bahwa beliau meyakininya dan beragama dengannya, “Inilah nukilan pendapat Ahlul Hadits dan Ahlus Sunnah, sejumlah (prinsip) yang diyakini oleh Ahlul Hadits dan Ahlus Sunnah secara global:

Beriman kepada Allah Ta’ala , malaikat-Nya, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya, serta mengimani semua yang datang dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya melalui jalan orang-orang tepercaya, tidak menolaknya sedikit pun.

Allah Ta’ala adalah satu, tempat bergantung makhluk-Nya, tidak ada sesembahan yang benar selain Dia, tidak memiliki istri atau anak, Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya;

Beriman bahwa surga dan neraka adalah haq, kiamat pasti akan datang.

• Beriman bahwa Allah Ta’ala akan membangkitkan penghuni kubur.

• Mengimani bahwa Allah Ta’ala di atas Arsy-nya, sebagaimana firman-Nya:

“(Yaitu) Rabb Yang Maha Pengasih, Yang breistiwa di atas ‘Arsy.” (Thaha: 5)

Mengimani bahwa Allah Ta’ala memiliki dua tangan, namun jangan ditanya bagaimananya, sebagaimana dalam firman-Nya:

“Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.” (Shad: 75)

Allah Ta’ala memiliki dua mata, namun jangan ditanya bagaimananya, sebagaimana dalam firman-Nya:

Yang berlayar dengan penglihatan dua mata kami.’

Allah Ta’ala memiliki wajah, namun jangan ditanya bagaimananya, sebagaimana dalam firman-Nya:

Dan tetap kekal wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.’ (ar-Rahman: 27
Beliau Ta’ala juga mengatakan bahwa:

Iman adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.

• Membenarkan hadits-hadits yang menyebutkan bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia lalu berfirman, ‘Apakah ada yang meminta ampun sehingga Aku memberinya ampunan?’ sebagaimana dalam hadits yang sahih.

• Berpegang dengan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagaimana dalam firman-Nya:

ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ ﰇ

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya).” (an-Nisa: 59)

Berpendapat untuk mengikuti salaf umat ini dan tidak berbuat bid’ah dalam agama yang tidak diizinkan oleh Allah Ta’ala .”

Kemudian beliau berkata, “Kami berpendapat dan bermazhab dengan semua pendapat mereka yang telah kami sebutkan di atas, tidaklah datang taufik kepada kita melainkan dari Allah Ta’ala . Dialah pencukup kami dan Dia adalah sebaik-baik tempat bertawakal. Kepada-Nya kita meminta tolong dan bertawakal, serta kepada-Nya kita kembali.” (Maqalat al-Islamiyin)

Dalam Suratnya kepada Penduduk Perbatasan

Beliau berkata, “Mereka telah ijma’ menetapkan sifat hidup bagi Allah Ta’ala , terus-menerus hidup, Allah Ta’ala memiliki sifat ilmu dan terus-menerus berilmu, memiliki sifat kuasa dan terus-menerus berkuasa, memiliki sifat kalam, dan tetap memilikinya, memiliki kehendak dan terus-menerus berkehendak, memiliki sifat mendengar dan melihat, serta Dia terus-menerus Maha Mendengar dan Melihat.”

Beliau berkata, “Mereka ijma’ bahwasanya Allah Ta’ala mendengar dan melihat, memiliki dua tangan yang terbentang, bumi digenggam-Nya pada hari kiamat dan matahari terlipat di tangan kanan-Nya, namun tidak seperti anggota tubuh manusia dan dua tangan-Nya bukanlah nikmat, dan ini menunjukkan kemuliaan yang Dia berikan kepada Adam yang diciptakan dengan tangan-Nya, dan cercaan-Nya kepada Iblis karena sombong tidak mau sujud kepada Adam, yang telah diberi kemuliaan oleh Allah Ta’ala dengan firman-Nya:

Allah berfirman, ‘Hai iblis, apakah yang menghalangimu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku….’ (Shad: 75)

Mereka ijma’ bahwa Allah Ta’ala datang di hari kiamat dalam keadaan malaikat bershaf-shaf, ketika ditampakkan umat-umat untuk dihisab…. Allah Ta’ala mengampuni orang yang berdosa bagi yang dikehendaki-Nya dan menyiksa orang yang dikehendaki-Nya.

Beliau berkata, “Allah Ta’ala ada di atas Arsy-nya, tidak di bumi. Ini telah ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala :

Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang berada di atas langit bahwa dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” (al-Mulk: 16)

Firman Allah Ta’ala :

Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya, kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya, dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.” (Fathir: 10)

Firman Allah Ta’ala :

“(Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (Thaha: 5) [Dinukil dari Ta’kidat Musalamat Salafiyat]

(Lanjut di hal … 2)