Antara Ustadz Adi Hidayat, Kitab Muruj Dzahab, Sya’ir Arab, Musik, Ahlul Bid’ah, Kritikan & Nasehat
.
Antara Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Muflih Safitra, Musik Itu Bukan Sya’ir, Sombong, si Joni dan si Cepi
.
https://assunahsalafushshalih.wordpress.com/2024/05/07/antara-ustadz-adi-hidayat-ustadz-muflih-safitra-musik-itu-bukan-syair-sombong-si-joni-dan-si-cepi/
.
Antara Ustadz Adi Hidayat, Hukum Musik, Sebab Penamaan & Tafsir Ayat Tentang Syair di Surat Asy-Syu’ara’
.
https://assunahsalafushshalih.wordpress.com/2024/05/06/antara-ustadz-adi-hidayat-hukum-musik-sebab-penamaan-tafsir-ayat-tentang-syair-di-surat-asy-syuara/
.
Antara Ustadz Adi Hidayat,Cara Mereka Berdalil dan Memperingatkan Kaum Muslimin dari Pemahaman Menyimpang
.
https://assunahsalafushshalih.wordpress.com/2024/05/04/antara-ustadz-adi-hidayat-cara-mereka-berdalil-dan-memperingatkan-kaum-muslimin-dari-pemahaman-menyimpang/
.
KUPAS TUNTAS VIDEO KESESATAN USTADZ ADI HIDAYAT
.
https://assunahsalafushshalih.wordpress.com/2024/04/30/kupas-tuntas-video-kesesatan-ustadz-adi-hidayat/
Antara Ustadz Adi Hidayat, Perbedaan Syair dan Musik, & Teori Cocoklogi
.
https://assunahsalafushshalih.wordpress.com/2024/04/28/antara-ustadz-adi-hidayat-perbedaan-syair-dan-musik-teori-cocoklogi/
.
Antara Ustadz Adi Hidayat, Surat Pemusik & doremifasolasido Berasal dari Islam asal Persia
https://assunahsalafushshalih.wordpress.com/2024/04/26/antara-ustadz-adi-hidayat-surat-pemusik-doremifasolasido-berasal-dari-islam-asal-persia/
.
Antara Ustadz Adi Hidayat, Surah asy-Syu’ara adalah Surat Musik, Musik Halal & Sahabat Nabi Hassan bin Tsabit adalah Pemusik disamping Nabi.
https://assunahsalafushshalih.wordpress.com/2024/04/25/antara-ustadz-adi-hidayat-surah-asy-syuara-adalah-surat-musik-musik-halal-sahabat-nabi-hassan-bin-tsabit-adalah-pemusik-disamping-nabi/
.
Antara Ustadz Adi Hidayat, Surat Musik, dan Hukum Syair Dalam Islam
https://assunahsalafushshalih.wordpress.com/2024/04/22/antara-ustadz-adi-hidayat-surat-musik-dan-hukum-syair-dalam-islam/
.
Mp3
Ustadz Bisri Tunjung – Tanggapan Atas Ustadz Adi Hidayat. Mp3
https://drive.google.com/file/d/1yCKVkEAG6v7Il7xHgOlfz1EqdPXKm2CN/view?usp=drivesdk
Ustadz Yulian Purnama – Sya’ir, Nyanyian & Musik
https://drive.google.com/file/d/1yRjRU0s4r72PSbN7xt5BgkOQir8AfLY5/view?usp=drivesdk
.
Ebook 
KADO Spesial Untuk Pencinta Musik
https://drive.google.com/file/d/1kHHaYdpwWR8BQysBmfF8f5HkOew_bpAK/view?usp=drivesdk
Hukum Syair dalam Islam
https://drive.google.com/file/d/1PCIHOcBG_EU8XFbwu7UP_-bSa6QT58fT/view?usp=drivesdk
Fitnah Syubhat Dan Sebab-Sebabnya
https://drive.google.com/file/d/1D5SmBCsONlgJv9SjOkKU3Tpq9oSRh8Qn/view?usp=drivesdk
Bahaya Pujian Dan Popularitas
https://drive.google.com/file/d/1RUFmlPcAnPWiMm5BgE09knlwIzbIWvq2/view?usp=drivesdk
Hukum Musik dan Nyanyian
https://drive.google.com/file/d/1WAYy7_8mk7aVS9vIgJVIwOklal18tsGi/view?usp=drivesdk
Hukum Musik dan Lagu
https://drive.google.com/file/d/1bclQhGyHB-pvU1Yn1KSNae0wvjwiDIsP/view?usp=drivesdk
Musik Dalam Sorotan
https://drive.google.com/file/d/1bfjW9VmhR8PjJ83CtEHG9O7fu1mmMyiq/view?usp=drivesdk
Sekarang Saatnya Tinggalkan Musik
https://drive.google.com/file/d/1SXbFIV2zCiIYPHyBrMnhsIEsd1Y_8Ek1/view?usp=drivesdk
Hukum Musik Islami
https://drive.google.com/file/d/1bbiC7-WlAfobPgQFtHzzdml56dnASKF2/view?usp=drivesdk
.
Ebook
STOP BERDEBAT DENGAN AHLUL BID’AH
https://drive.google.com/file/d/15Ee7MssbcQTtLkAO-nh1WrkFQVFvvBRg/view?usp=drivesdk
Menelusuri Pemikiran Jamaah Tahdzir(Pentingnya Sikap Tawassuth-dan Moderat serta Menghindari Sikap-Ghuluw di dalam Menyikapi Ahlul Bid’ah
https://drive.google.com/file/d/1bq-E0l-TJP-bBwCIWq4Sj84v5bKnS-v_/view?usp=drivesdk
Tahdzir Syariat yang Dicibir
https://drive.google.com/file/d/1T0CczBiw5UNQCNX_jAyeP1p5DV_xJ-_2/view?usp=drivesdk
Tahdzir Terhadap Dai Menyimpang, Bukan Berarti Merasa Suci
https://drive.google.com/file/d/1G1yB6GdAPhMiX9T20f6TXK4xAKo-9KQ6/view?usp=drivesdk
Tahdzir Ulama Terhadap Sayyid Qutb
https://drive.google.com/file/d/1SvoZ3NR3RPHoK_SEOkN-_ySFhE20yeLG/view?usp=drivesdk
Upaya Menjaga Kemurnian Islam Tahdzir dan Normanya
https://drive.google.com/file/d/1KcdFPEirKNHx8Kz-sC_A15oGMzloftYS/view?usp=drivesdk
Urgensi Bantahan Dalam Islam
https://drive.google.com/file/d/1vw2FYieDjUhuBs7U5cEKMWt5-XvTz7Wt/view?usp=drivesdk
Ahli Bid’ah Dan Pengikut Hawa Nafsu
https://drive.google.com/file/d/1lQXRHdOfntEbxv54wk3uaN90oTnlxz2U/view?usp=drivesdk
MENGUPAS SUNNAH MEMBEDAH BID’AH
https://drive.google.com/file/d/1lSTBmTh6nx_QlP5o-jWrzGTTBTWu09V4/view?usp=drivesdk
Sedikit – Sedikit Bid’ah
https://drive.google.com/file/d/1eQHKNASusEZ4e5euT3AgGtkXDv_u1GI1/view?usp=drivesdk
Dahsyatnya Ghibah
https://drive.google.com/file/d/1tk0qmeDl5LU1oxDQNU5gXzBFoqvTHttp/view?usp=drivesdk
.
Awam terpukau, namun bagi yang tau rumusnya malah jadi bingung. Akhirnya hukum rajih jadi tidak jelas, pembahasan jadi malah melenceng jauh.
https://www.facebook.com/100000602945404/posts/pfbid02bhYmfM3XshWaEWASyQDon6FfrjDuPmDCQfv6q6wVnnV4xbqnwdnnG7ALtMJHBfq4l/?app=fbl
.
Menyebut surah asy-Syu’ara sebagai surah musik termasuk tahriful kalim ‘an mawadhi’ih (memalingkan atau merobah kata dari tempatnya). Tahrif adalah salah satu dosa yg akibatnya adalah hati menjadi keras, seperti yahudi.
.
Wajar kalau dia yg menyebut surah asy-Syu’ara sebagai surah musik itu sulit menerima nasehat. Bisa jadi hatinya sudah mengeras.
.
Al Bukhari Pernah Mengoreksi Gurunya di depan umum padahal Usia Beliau saat itu baru 10 Tahun dan gurunya pun menerima.
.
Imam Abu Hanifah Pernah “ditegur”/”diajari” Oleh Seorang Tukang Cukur Terkait Manasik Haji.
.
Orang yang tenggelam dan Hanyut akan meraih segala sesuatu yang ia sangka bisa menyelamatkannya walaupun sekedar rumput dipinggir sungai.
.
Ketenaran adalah Fitnah dan Ujian yang Sangat Besar. Sebab ia Bisa Jadi Penghalang Dalam Menerima Kebenaran.
.
Silahkan ambil pelajarannya
.
Belajar agama tidak ada hubungannya dgn kuliah ini dan itu atau kerja ini dan itu, krn menuntut ilmu agama itu wajib, mau dia kerja apapun atau kuliah di jurusan apapun tetap wajib belajar ilmu agama.
.
Bisa tidak orang kuliah tehnik nuklir mislalkan dari pagi sampai siang, kemudian dari sore sampai malam dia duduk di majlis para ulama?bisa sekali.
.
Bisa tidak penjual gorengan di saudi dari pagi sampai sore hari dia berjualan kemudian dari sore sampai malam dia duduk bermajlis bermulazamah dengan para ulama? Sangat bisa dan mumgkim sekali.
.
Maka untuk menjadi seorang alim itu tidak seperti pemahaman Ustadz ADI hidayat yang kalau orang kuliah tehnik perindustrian tidak bisa menjadi alim.
*Kitab “Muruj Dzahab” Karya Ali bin Husain Al Mas’udi*
.
Beberapa waktu ini, viral seorang ustadz menggunakan referensi kitab Muruj Dzahab (Bukan Mirwaj Dzahab) karya Al Mas’udi.
.
Saya mencoba ingin tahu tentang buku ini, sehingga saya membuka buku Kutub Hadzara Minha Ulama (Kitab-kitab yang diperingatkan ulama) karya Syeikhuna Masyhur bin Hasan Alu Salman, salah satu murid senior Syeikh Al Albani.
.
Ternyata kitab Muruj Dzahab ada dalam daftar kitab-kitab yang diperingatkan ulama, yaitu pada jilid 2 hal. 53-54 pada pembahasan “Kitab-kitab yang berisi hawa nafsu serta celaan kepada sahabat dan orang-orang shalih”.
.
Penulisnya yaitu Al Masudi condong kepada Syiah sebagaimana nampak dalam bukunya ini. Hal ini disingkap oleh Dr. Sulaiman As Suwaikit dalam kitabnya ” Manhaj Al Masudi fi Kitabihi Tarikh”.
.
Adz Dzahabi berkata tentangnya: “Sejarawan, memiliki keanehan dan keajaiban, dan dia adalah seorang Mutazilah”.
.
Ibnu Hajar Al Asqalani juga berkata: ” Kitab-kitabnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang Mutazilah dan Syiah”. (Lisanul Mizan 4/225)
.
Jadi, kalau sumber referensinya saja begini maka akan menghasilkan kekacauan dalam ilmu.
.
Di antara kitab yang katanya menjadi referensi uraiannya UAH tentang musik, adalah kitab “Mirwajudz Dzahab” karya Al-Mas’uudiy.
.
Para ulama ada yang menyebutnya sebagai seorang tokoh yang ber’aqidah SYIAH, ada jg mu’tazilah, ada juga yang menyebutnya sebagai seorang tokoh ber’aqidah mu’tazilah sekaligus syi’ah, seperti yg dikatakan ibnu hajar alasqolani rahimahulloh.
.
Al Mas’udy penulis Murujudz Dzahab berakidah Syiah Imamiyah, Mu’tazilah
( Hafidz Ibnu Hajar dalam lisan mizan no: 5376)
.
Hal yang menarik adalah UAH menyebut kitab ini dengan judul “Mirwajudz Dzahab” / مِرْوَجُ الذَّهَب .
Yang kami kenal selama ini judul kitab karya Al-Mas’udi adalah “Muruujudz Dzahab” مُرُوْجُ الذَّهَب.
.
Mari kita kaji lagi perkataan ulama2 lainnya tentang Kitab dan Penulisnya dan Seorang Ulama Yang Juga Bernama Al-Mas’udiy :
.
– Kitabnya berjudul : مروج الذهب = Muruu-judz Dzahab, bukan Mirwajudz dzahab (seperti beberapa gambar dari cetakan kitab yang berbeda-beda).
.
– Adapun penulisnya : Abul Hasan Ali bin Al-Husain bin Ali Al-Mas’udiy :
.
1- Dia beraqidah Syi’ah
.
~ Karena para ulama Syi’ah menyebutkan biografinya dalam buku-buku mereka dan menganggap bahwa dia adalah seorang ulama, sebagaimana akan kita sebutkan.
.
2- Dia beraqidah Syi’ah dan Mu’tazilah :
.
~ Syaikh DR. Abdullah Al-Faqih berkata :
.
ودلائل تشيع المسعودي كثيرة في كتابه المذكور، ولذا قال الحافظ ابن حجر رحمه الله في لسان الميزان: ‌وكتبه ‌طافحة ‌بأنه ‌كان ‌شيعياً ‌معتزلياً. وجزم الذهبي في السير بأنه كان معتزليا
.
“Dan diantara bukti-bukti Al-Mas’udiy terpengaruh dengan Aqidah Syi’ah sangatlah banyak dalam buku-bukunya, olehnya itu Al-Hafizh Ibnu Hajar رحمه الله berkata dalam kitab “Lisanul Mizan” : Dan kitab-kitabnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang Syi’ah dan Mu’tazilah, bahkan Adz-Dzahabi berkata dalam kitab “As-Siyar (yaitu Siyar A’lam An-Nubala’ -pent) bahwa dia adalah seorang Mu’tazilah”
.
(Fatawa Asy-Syabakah Al-Islamiyah no. 112119 : كتابا المسعودي وابن الأثير في الميزان).
.
3- Dia adalah seorang Mu’tazilah :
.
~ Al-Imam Adz-Dzahabi berkata ketika menjelaskan siapa Al-Mas’udiy* :
.
وكان أخباريا، صاحب ملح وغرائب وعجائب وفنون، وكان معتزليا
.
“Dia adalah seorang sejarawan,…dan dia adalah seorang Mu’tazilah”.
.
(Siyar A’lam An-Nubala’ : 15/569).
.
4- Dia seorang Syi’ah dan Mu’tazilah :
.
~ Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani berkata ketika menjelaskan siapa Al-Mas’udiy* :
.
وكتبه ‌طافحة ‌بأنه ‌كان ‌شيعياً معتزليّاً
.
“Dan kitab-kitab (karangan) nya menunjukkan bahwa dia adalah seorang Syi’ah dan Mu’tazilah”.
.
(Lisanul Mizan : 4/225).
.
5- Apa madzhab Al-Mas’udiy (Abul Hasan Ali bin Al-Husain bin Ali Al-Mas’udiy) ?
.
وقع الخلاف في مذهب المسعودي، فذهب البعض إلى أنه كان شافعي المذهب، ومن هؤلاء الأميني الشيعي صاحب موسوعة “الغدير”، ومنهم من ذهب إلى أنه كان معتزلياً كما مر عن الذهبي وغيره، ومنهم من ذهب إلى أنه كان شيعياً، وهو الأرجح. وعلى ذلك دلائل، منها :
ومن ذلك ترجمة علماء الشيعة له في كتبهم وعده من علمائهم، ومن هؤلاء
.
“Terjadi perbedaan pendapat tentang apa madzhab Al-Mas’udiy, sebagian orang berpendapat dia bermadzhab Syafi’i, diantara yang berpendapat seperti ini Al-Amini seorang Syi’ah pengarang Mausu’ah “Al-Ghadir”.
.
Ada juga yang berpendapat bahwa dia adalah seorang Mu’tazilah sebagaimana penjelasan Al-Imam Adz-Dzahabi yang lalu dan yang lainnya.
.
Ada pula yang berpendapat bahwa dia adalah seorang Syi’ah dan inilah pendapat yang lebih kuat.
.
Diantara bukti-bukti akan hal tersebut (bahwa dia adalah seorang Syi’ah) :
.
Para ulama Syi’ah menyebutkan biografinya dalam buku-buku mereka dan menganggap bahwa dia adalah seorang ulama, diantaranya : … (Silahkan dibaca)”.
.
(Silahkan lihat : https://www.fnoor.com/main/articles.aspx?article_no=5718
.
*6- Al-Mas’udiy lain, beliau adalah :
.
‌مُحَمَّد بن عبد الله بن ‌مَسْعُود بن أَحْمد المَسْعُودِيّ الْفَقِيه الشَّافِعِي
.
(Muhammad bin Abdillah bin Mas’ud bin Ahmad AL-MAS’UDIY, seorang ahli fiqih bermadzhab Syafi’i).
.
(Al-Wafiy Bil Wafayat : 3/260).
.
Jadi kalau ulama kita betul beda berarti wajar hukum yang muncul juga beda. Jadi ini tentang bukunya yaaa bukan tentang ustadznya.
.
Oleh: ustad burhani hafizahulloh
.
Dalam video klarifikasi tersebut —semoga Allah senantiasa menunjuki kita semua—, menurut beliau bahwa jika dipelajari ilmunya secara mendalam sebenarnya sah-sah saja kata ASY-SYU’ARA diartikan dengan “para pemusik”. Hanya saja, menurut beliau (video 1:04:19 s.d 1:04:34) problemnya justru ada pada al-Quran Terjemahan yang menerjemahkan kata ASY-SYU’ARA dengan “para penyair”, dan orang-orang ngajinya hanya pakai terjemahan tanpa belajar ilmunya, dan lebih repot lagi yang sekedar baca terjemahan malah berfatwa. Menurut beliau semua itulah sumber problemnya.
.
Lalu beliau berusaha menguatkan argumentasi beliau tersebut dengan menyamakan atau memperumpamakan kasus terjemahan ASY-SYU’ARA ini dengan terjemahan ayat kedua dari surah al-Baqarah (video 1:06:50 sampai 1:08:10), yaitu firman Allah:
.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ
.
Kata beliau, dalam al-Quran Terjemahan kata DZALIKA dalam ayat di atas diterjemahkan dengan terjemahan “ini”, padahal secara ilmu DZALIKA artinya “itu”. Maka begitu pula dengan ASY-SYU’ARA, secara terjemahan artinya “para penyair”, padahal secara ilmu jika dipelajari lebih dalam bisa saja diartikan “para pemusik”.
.
Itu yang bisa disimpulkan dari sebagian argumentasi beliau dalam video klarifikasi tersebut.
.
******
.
Sebenarnya menyamakan kasus terjemahan surah ASY-SYU’ARA yang harusnya “para penyair” menjadi “para pemusik” dengan kasus terjemahan kata DZALIKA yang harusnya “itu” menjadi “ini” adalah bentuk pemaksaan untuk menyamakan dua hal yang jelas-jelas berbeda.
.
Kata DZALIKA dalam ayat kedua surah al-Baqarah di atas diterjemahkan dengan terjemahan “ini” yang padahal arti DZALIKA adalah “itu” maka disebabkan—minimal—karena dua alasan:
.
ALASAN PERTAMA:
.
Karena DZALIKA dalam ayat tersebut memang ditafsirkan dengan tafsiran HADZA (ini) oleh para Ahli Tafsir dari kalangan Salaf, seperti Abdullah bin Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, as-Suddi, Muqatil bin Hayyan, Zaid bin Aslam, Ibnu Juraij, dan Ahli Tafsir lainnya. Hal ini sebagaimana dimuat dalam kitab-kitab Tafsir seperti Tafsir ath-Thabari, Tafsir Ibnul Jauzi yang berjudul Zadul Masir, Tafsir al-Qurthubi, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir asy-Syaukani yang berjudul Fathul Qadir, dan kitab-kitab Tafsir lainnya.
.
ALASAN KEDUA:
.
Penggunakan kata DZALIKA “itu” sebagai makna HADZA “ini”, atau sebaliknya penggunaan kata HADZA “ini” sebagai makna DZALIKA “itu”, sudah lumrah di kalangan orang-orang Arab, lumrah di dalam bahasa mereka.
.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
.
وَالْعَرَبُ تُقَارِضُ بَيْنَ هَذَيْنِ الِاسْمَيْنِ مِنْ أَسْمَاءِ الْإِشَارَةِ فَيَسْتَعْمِلُونَ كُلًّا مِنْهُمَا مَكَانَ الْآخَرِ، وَهَذَا مَعْرُوفٌ فِي كَلَامِهِمْ.
.
“Orang-orang Arab biasa meminjamkan antara kedua kata tunjuk tersebut. Mereka biasa menggunakan salah satunya untuk ditempatkan di posisi yang satunya lagi. Dan hal ini makruf (lumrah) di dalam bahasa mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1 halaman 162, tahqiq Syaikh Sami Muhammad as-Salamah, cetakan Dar Thaibah)
.
Imam asy-Syaukani rahimahullah juga berkata:
.
وَالْعَرَبُ قَدْ تَسْتَعْمِلُ الْإِشَارَةَ إِلَى الْبَعِيدِ الْغَائِبِ مَكَانَ الْإِشَارَةِ إِلَى الْقَرِيبِ الْحَاضِرِ.
.
“Orang-orang Arab kadang menggunakan kata tunjuk jauh (DZALIKA) untuk ditempatkan di posisi kata tunjuk dekat (HADZA).” (Fathul Qadir, jilid 1 halaman 108, tahqiq Syaikh Abdurrahman Umairah, cetakan Dar Ibni Hazm)
.
Sedangkan kasus beliau terkait surah ASY-SYU’ARA maka,
.
PERTANYAAN PERTAMA:
.
Adakah Ahli Tafsir yang menafsirkan ASY-SYU’ARA yang harusnya “para penyair” ditafsirkan menjadi “para pemusik”, sebagaimana mereka telah menafsirkan DZALIKA yang bermakna “itu” ditafsirkan menjadi HADZA yang bermakna “ini”?
.
PERTANYAAN KEDUA:
.
Adakah lumrah di kalangan orang-orang Arab dan di dalam bahasa Arab kata ASY-SYU’ARA “para penyair” digunakan sebagai makna “para pemusik”, sebagaimana kata DZALIKA “itu” lumrah mereka gunakan sebagai makna HADZA “ini” atau HADZA “ini” lumrah mereka gunakan sebagai makna DZALIKA “itu”?
.
Wallahu a’lam.
.
Ketika seseorang gak pernah merendahkan orang lain, maka tatkala ia berbuat salah Allâh tidak akan permalukan dia, karena manusia itu memang tempat melakukan kesalahan, banyak, dan selalu berbuat salah, namun ketika seseorang takabbur dan merendahkan orang lain, maka sunnatullâh akan terjadi biasanya Allâh permalukan ia sampai benar-benar serasa runtuh bumi ini menimpanya.
.
Ia akan dipermalukan dari berbagai penjuru.
.
Berjalanlah biasa saja di bumi ini dan bersikaplah dengan sikap memposisikan diri sebagai orang yang tidaklah lebih banyak tahu dari orang lain selama di dunia ini,
.
Dan bila harus bicara maka cukup perbanyak nukilan saja daripada mengemukakan pendapat pribadi, dengan idzin Allâh akan Dia selamatkan wibawanya,
.
Bila banyak bicara maka akan banyak salahnya sebagaimana Umar bin Al-Khatthâb berkata:
.
ومن كثر كلامه كثر سقطه ، ومن كثر سقطه قل حياؤه ، ومن قل حياؤه قل ورعه ، ومن قل ورعه مات قلبه . رواه الطبراني في الأوسط
.
“Dan siapa saja yang banyak bicaranya maka banyaklah terjatuhnya, siapa saja banyak terjatuhnya sedikitlah rasa malunya, dan siapa saja yang sedikit rasa malunya maka sedikitlah sifat wara’nya, dan siapa saja yang sedikit sifat wara’nya maka mati hatinya.”
[HR. At-Thabrâniy di dalam Al-Awsath]
.
Mengamati fenomena fitnah tentang ‘surat musik’ ini menarik.
.
Kenapa?
.
Dari sini Allah tampakkan mana yang tunduk pada syariat dan mana yang membela nafsu.
.
Langsung jelas itu kedua kubu dan masing masing ada dimana.
.
Terlepas cara mensikapi yang berbeda beda…. maka sebagai pengingat…. hati kita itu lemah. Baru fitnah tentang musik, yang ulama berijma… itu kita masih enggan rujuk…. kok mau selamat terhadap fitnah dajjal?
.
Maka banyak banyak berdoa dan minta pertolongan Allah.
.
Kesalahannya mengatakan “Surat Para Pemusik” dan “Sahabat Pemusiknya Nabi” adalah fenomena gunung es .. yg tampak baru sedikit.
.
*Apakah Sama Antara Sya’ir Arab dan Musik? *
.
Oleh : Al Ustadz Irfandi Makku, Lc Hafidzahullah
.
Dalam ceramah yang disampaikan oleh ustadz Adi Hidayat, Lc. MA dengan judul “Musik dalam Timbangan Al-Qur’an dan Sunnah” pada tanggal 4 Mei 2024, terlihat bahwa beliau menyamakan antara syair dan musik. Beliau memaparkan bahwa syair yang dimaksudkan berbeda dengan syair dalam bahasa Indonesia. Dan memang berbeda antara syair di dalam Bahasa Arab dan syair di dalam bahasa Indonesia.
.
Di antara perbedaan mendasar dari keduanya, syair di dalam bahasa Arab memiliki aturan timbangan dari sisi panjang pendek, sukun dan harakat, dan ini tidak ada di dalam bahasa Indonesia.
.
Namun, beliau terjatuh dalam kekeliruan karena menganggap bahwa syair harus memiliki iqo’ atau irama. Padahal syair itu bukan iqo’, tapi timbangan atau wazan.
.
Mulai sekitar menit ke 28 sampai 30-an beliau membahas tentang ilmu syair atau ilmu ‘arudh, tapi beliau terjatuh dalam beberapa kesalahan dan berbeda dengan aturan baku yang ada dalam ilmu ‘arudh atau ilmu tentang syair.
.
Perlu diketahui bahwa syair dalam bahasa Arab jika didefinisikan secara bebas, yaitu susunan kata yang diucapkan oleh orang Arab dengan tujuan tertentu dan secara tabiat atau spontanitas, orang Arab berucap dengannya sesuai dengan timbangan atau wazannya. Jika salah ucap atau mensukun yang berharokat, atau sebaliknya, pasti akan ketahuan, karena tidak sesuai dengan timbangannya.
.
Lalu timbangan syair-syair tersebut diteliti oleh Al-Kholil Al-Farohidi, dan beliau menyimpulkan bahwa timbangan syair-syair dalam bahasa Arab tidak keluar dari 15 wazan yang dikenal dengan Bahar Syi’ir. Kemudian diteliti lagi oleh murid beliau, yaitu Al-Akhfasy Al-Ausath lalu mendapati bahwa masih ada satu wazan yang belum ditemukan oleh guru beliau, sehingga jumlahnya semuanya ada 16 wazan.
.
Ini sama dengan ilmu nahwu, dimana orang Arab dahulu ketika mengucapkan kalimat, maka pasti sesuai dengan kaidah, misalnya fail pasti marfu’, tapi mereka tidak memahami bahwa itu namanya fail. Artinya secara tabiat orang Arab pasti berucap seperti itu dan tidak salah harakat. Ketika mereka berkata:
قال محمد،
Pasti kata “Muhammadun” didhommah.
.
Lalu setelahnya disimpulkan kaidah tersebut oleh Abul Aswad Ad-Duali (menurut salah satu pendapat), sehingga dikenal lah ilmu yang disebut dengan ilmu Nahwu.
.
Kesalahan lain dari beliau, ketika menyebutkan Bahar Madid, beliau salah dalam menyebutkan timbangannya, padahal tidak ada timbangan yang seperti itu, yang benar bahwa timbangan madid  adalah:
فاعلات فعولن فاعلات
.
Kesalahan beliau yang lain adalah ketika mencontohkan bahar Madid dengan:
.
“Thola’al Badru alaina…”
.
padahal itu bukan Madid, tapi Bahar Romal majzu’.
.
Kesalahan beliau yang lain adalah ketika menyebutkan Rojaz, yang dicontohkan adalah rojaz majzu’, padahal seharusnya disebutkan secara jelas karena perbedaan antara keduanya.
.
Kesalahan beliau yang lain adalah ketika mencontohkan Rojaz, beliau keliru dalam menyebutkan awal bait,
.
“souttussafiril bulbuli”
ditasydid pada shoutusshofiri, padahal tidak di tasydid. Mungkin kita akan menganggap bahwa hal itu wajar, tapi dalam ilmu Arudh dianggap tidak wajar dan itu mempengaruhi wazan, karena orang yang paham ilmu Arudh ketika mendengarnya akan mengetahui bahwa ternyata ada yang keliru.
.
Kesalahan lain ketika menyebutkan bait syair tersebut (bait shoutu sofiril bulbuli), ada sebagian bait yang dilangkahi, walaupun itu bersifat manusiawi kalau salah dari sisi hafalan.
.
Masih banyak kekeliruan lain yang bisa dikritik secara ilmiah, tapi saya hanya fokus pada substansi permasalahan yaitu ilmu tentang syair Arab yang menyebabkan beliau menyamakan antara syair dan musik.
.
Jika ada kekeliruan dalam tulisan ini, silakan dikritik secara ilmiah, dan saya sangat bersyukur jika ada yang mengingatkan kekeliruan tersebut.
.
Semoga Allah memberikan Taufik-Nya kepada kita semua. Amin.
Wallahu A’lam
Al Ustadz Irfandi Makku, LC Hafidzahullah
..
A : Musik itu tidak haram karena semua hadits tentang itu lemah.
B : Kata siapa ?
.
A : Kata Seorang Ulama Besar Imam Ibnu Hazm.
B : Beliau itu Ahli Fiqih bukan Pakar Hadits.
.
A : Sembarangan,  beliau itu ahli hadits, hapal banyak hadits.
B : Oh gitu, Tapi Beliau bukan Aswaja loh.
.
A : Ngarang ya, beliau itu ulama besar Aswaja.
B : Apa Tanda Aswaja
.
A : Kata BY atau MIR (lupa lupa ingat) Aswaja itu yang beraqidah Asy’ariyyah, Berfiqih Imam 4 dan Bertarikat Tasawwuf.
.
B : Lah Ibnu Hazm Bukan Asy’ari dan Beliau Tidak Ikut Satu Madzhab dari 4 Imam, Beliau Punya Madzhab Sendiri namanya Zhahiriyyah dan juga bukan seorang Sufi.
.
A : Jangan Ngawur, pokoknya Ibnu Hazm itu Ulama Aswaja dan Ahli dan pakar Hadits.
B : Ya Udah, Klo gitu gimana kalau kita bakar saja Kitab Sunan at Tirmidzi.
.
A : Jangan Gila ye ente, masak Kitab Hadits mau dibakar.
B : kan kata ente tadi Ibnu Hazm itu Ahli dan Pakar hadits dan ikut beliau dalam melemahkan Hadits tentang musik. Nah menurut Ibnu Hazm, Al imam at Tirmidzi itu Majhul Hal yang artinya semua periwayatannya  lemah.
.
A : Hah.
#sekedar_ilustrasi
.
Saudara ku, orang yang mengkritik mu, itu berarti dia ingin kamu benar, ingin kamu tidak jatuh didalam kesalahan, yang mana kesalahan mu bisa jadi di ikuti oleh orang lain, jika kamu seorang tokoh atau ditokohkan.
.
Lalu kenapa engkau mencela orang yang mengkritik mu,… Padahal dia ingin engkau baik, engkau benar…
.
Dengan banyaknya dalil dari Al Quran, Hadits, dan nukilan Ijma’ tentang haramnya musik, saya merasa aneh aja kalau sampai ada aktivis dakwah yang masih pada kesimpulan bahwa musik itu mubah. Disampaikan pula pendapat pribadinya ini di publik.
.
Mbok ya minimal punya rasa wara’ atau berhati-hati. Paling tidak ya makruh lah, hargai dalil2 dan nukilan2 ijma-nya. Kalau kesimpulannya mubah, seperti sia-sia saja semua dalil di atas. Wujuduhu ka ‘adamihi, alias ada atau tidaknya sama saja.
.
Alhamdulillah dahulu cukup satu ayat, satu hadits, dan satu perkataan sahabat Nabi yang membuat saya berhenti dari musik dan band. Semoga Allah membalas kebaikan dan usaha Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah yang melalui buku beliau kami mendapatkan hidayah.
.
Buku tersebut telah diterjemahkan dengan judul “Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat”, dan menjadi salah satu buku yang dibagikan kepada jamaah haji ketika itu, sekitar tahun 2001. Saya yakin salah satu faktor berpengaruhnya buku beliau yang simpel itu adalah karena keikhlasan beliau untuk menasehati umat. Rahimahullah rahmatan wasi’ah.
.
Bismillaah..
teruntuk Ustadz Adi Hidayat ادي هدايت .
semoga Allah menjaga antum..
.
Dalam pandangan saya, Kedewasaan dalam menerima kritik itu adalah dengan berusaha memahami argumen lawan, lalu mengcounter attacknya jika memang didapati ada yang dirasa layak diluruskan, dengan hujjah dan bashirah, tidak dengan malah membawa basic sekolahan, sebab kaitan ilmu dunia dengan akhirat apa? apakah seseorang yang basic pendidikannya misalnya adalah teknik membuat jahe lantas dia g boleh faham agama?
.
apakah selalu mereka yang lulusan basic agama sekolahnya hasilnya selalu faqih, benar, terbaik dalam urusan agamanya? padahal ada murid² ulama terkenal seperti hasan al bashri rahimahullah, ada yang malah nyeleneh..
.
trus mengcounter membawa bawa skripsi sambungannya apa ustadz? apakah memang legal hal itu dilakukan?
.
afwan, saya cuma bertanya² dan menyampaikan uneg² saja ustadz..
semoga Allah memberkahi ilmu kita semua..
.
Anda anggap mustahil kah orang yang bisa hafal Qur’an, halaman dan nomor ayatnya tidak mungkin sesat dalam beragama..!!?
.
Saya menyaksikan sendiri orang yang hafal 30 juz Al-Qur’an masuk sekte menyimpang, dan bahkan berakhir murtad dari agama islam..!!
.
Apakah lantas Al-Quran salah karena tidak mendidik dia agar menjadi baik..? jawabannya adalah karena dia membaca Al-Qur’an tapi tidak pernah mentadabburi ayat Allah dan tidak pernah membuka penafsiran ulama salaf tentang ayat tersebut, hafal Qur’an hanya untuk bergaya dihadapan manusia, hafal Qur’an hanya untuk memperoleh sesuatu dari dunia, sehingga luput daripada memahami isinya.
. .
Standar ganda?
Beberapa hari ini sering muncul komen dan status yang menyebut-nyebut standar ganda, misalnya masalah halal haram. Terburu-terburu menyebut standar ganda biasanya karena ketidaktahuan mendalam tentang duduk permasalahan atau argumen pendapat kontranya, bisa jadi dianggap standar ganda padahal perkecualian terhadap suatu kaidah atau standar, misal hukum asalnya haram kecuali …, seperti haramnya emas dan perak, haramnya sutera, dan sejenisnya, bahkan haramnya babi. Berikutnya yang diharamkan adalah amalan atau muamalah dengannya, misal emas, haram untuk dipakai kecuali oleh wanita misalnya, seperti musik diharamkan mendengarkannya (bagi yang menghukumi haram), bukan sekedar mendengar, sutera untuk dipakai, kecuali oleh wanita, babi untuk dimakan kecuali tidak ada makanan lain, adik kandung haram dinikahi, dan contoh lainnya banyak, silakan Anda bisa sebutkan. Nah kadang untuk menyederhanakan cuma disebut emas haram, sutera haram, babi haram, adik kandung haram, dan seterusnya, nah bagi yang tidak punya latar belakang ilmu syar’i ini bisa jadi sumber kesalahpahaman dan bisa menjadi keributan.
.
Untuk membantu memahami masalah ketika ada sesuatu dihukumi haram hendaknya kita bertanya: perbuatan apa yang dihukumi haram terkait sesuatu itu, siapa pelaku yang haram melakukan perbuatan tersebut, adakah perkecualiannya?
.
Solusi yang paling bagus bagi orang awam ya ngaji, bukan debat di media sosial.
.
Undangan konferensi ahli Quran sedunia bukan ukuran seseorang pasti benar dan tidak menyimpang. Mengatakan bahwa yang diundang tidak mungkin menyimpang adalah bukti mensucikan diri sendiri dan ketidak ilmiahan. Apalagi yang mengundang saja banyak penyimpangannya. Karpet merah juga bukan sebuah kemuliaan. Mana ilmiahnya?!
.
Sayyiduna Umar Ibnul khottob radliyallahu ta’ala ‘anhu pernah berkata kepada Abu musa al asy’ari:
.
ولا يمنعك قضاء قضيت فيه اليوم فراجعت فيه رأيك فهديت فيه لرشدك أن تراجع فيه الحق، فإن الحق قديم لا يبطله شيء، ومراجعة الحق خير من التمادي في الباطل
.
Janganlah keputusanmu yang telah engkau putuskan, kemudian setelah itu engkau meninjau kembali keputusan itu dan engkau mendapat petunjuk kepada kebenaran, menghalangimu dari kembali kepada kebenaran tersebut. Karena kebenaran itu yang terdahulu (yang asal) dan tidak ada sesuatupun yang membatalkannya. Rujuk kepada kebenaran lebih baik daripada tenggelam di dalam kebatilan.
.
Ya ikhwani fillah, Kata para ulama, rujuknya seseorang dari kesalahan kembali kepada kebenaran itu menunjukkan bagaimana agama seseorang tersebut. Kita, manusia tempat salah dan lupa, maka bertaubat dan rujuk kepada al haq itu sudah memang seharusnya. Tidak ada yang namanya rujuk kepada al haq itu akan menjadikan seseorang hina…namun tenggelamnya seseorang dalam kebatilan itulah yang justru akan membuatnya jatuh dalam kehinaan.
.
Allahua’lam bis showab.
.
Tanggapan atas pernyataan Al Ustadz Adi Hidayat hadanallahu wa iyyahu..
.
ingat ini bukan dalam rangka merendahkan beliau tapi karena ingin kebaikan beliau dan ummat muslim yang terlanjur cinta dengan beliau..
https://www.facebook.com/100059468735667/posts/pfbid0Bk4vqZAuynsD7ULabGFCvb8mcjDu4312DoUtHizBvAXA9QXdB6ZLf8efoSsLDzFEl/?app=fbl
Ustadz Bisri Tunjung – Tanggapan Atas Ustadz Adi Hidayat. Mp3
https://drive.google.com/file/d/1yCKVkEAG6v7Il7xHgOlfz1EqdPXKm2CN/view?usp=drivesdk
Ustadz Yulian Purnama – Sya’ir, Nyanyian & Musik
https://drive.google.com/file/d/1yRjRU0s4r72PSbN7xt5BgkOQir8AfLY5/view?usp=drivesdk
.
Dia berkata, dalam video yg beredar luas, tentang tidak ada ulama yg berkata surat pemusik, dengan perkataan :
.
“ya memang gak akan pernah (ada), Joni, karena ulama dulu tuh sudah paham syuaro ya syuaro, penyair ya pemusik. untuk apa lagi dijelaskan, karena mereka paham. yang belum paham itu kita, makanya saya pahamkan begitu cepi”
.
Ini salah dari berapa sisi,
.
1. Yg belum paham itu dia.
.
2. bahwa yg dimaksud tidak ada ulama yg menyebut dengan surat pemusik, bukan letterlock, tapi tidak ada ulama yg menggunakan metode pengambilan hukum seperti dia. yg membawa kepada kesimpulan bahwa asy-syuaraa bisa dimaknai dengan pemusik. Itu yg dimaksud..
.
Siapa ulama yg bermetode seperti itu? Atau dia merasa tidak perlu kepada para ulama? Alhamdulillah manhaj salaf selalu mengajarkan bahwa dalam memahami teks-teks wahyu, dibutuhkan pertolongan dan bantuan pemahaman dari para ulama.
.
3. Hatta sebagian ulama yg Allah ta’ala takdirkan jatuh dalam kekeliruan, dengan membolehkan alat musik, tidak ada yang bermetode seperti dia. Dengan memaknai asy-syuaraa dengan pemusik. Mereka membolehkan alat musik karena disisi mereka hadits larangan alat musik tidak sah. Hanya itu. Mereka tidak otak-atik Al-Qur’an seperti dia.
.
4. Pembahasan tentang alat musik, bukan baru muncul kemarin pagi, tapi sudah berjalan lama. hatta abu Hanifa, Malik, asy-syafii, Ahmad, al-bukhary mengharamkan alat musik. Sehingga tidak benar berpegangan dengan alasan konteks kekinian. Kecuali dia tidak menganggap para ulama tersebut, sehingga berani melangkahi mereka dalam bermetode.
.
5. Apa yang dilakukan oleh dia ini berbahaya sekali, karena akan membuka pintu kerusakan yang besar. Nanti dengan alasan konteks kekinian, akan datang manusia-manusia yang menamai surat Al-Qur’an semau-maunya.
.
6. Kemudian ketika berbicara dia masuk kedalam berbicara hadits , “dari siapa? Dari siapa? Dari siapa?” maka dia telah menelanjangi dirinya sendiri dihadapan manusia, khususnya ahli ilmu dan para pelajar ilmiyyah yang memberikan perhatian dalam ilmu hadits.
.
Kaum muslimin..
.
Kita selalu memohon kepada Allah ta’ala agar tetap menjadi hamba-hambaNya yang taat dan sami’naa wa atha’naa. Tidak mencari-cari celah kekiri dan kekanan. Juga kita memohon agar dianugrahkan hati yang cepat inshaf kembali kepada Al-Haq.
.
Serta semoga Allah ta’ala jauhkan kita dari akhlak rendahan seperti meremehkan manusia, mengerdilkan manusia dengan perkara yang hakikatnya bukan suatu aib.
.
Syekh Utsman Khamis pada masa mudanya adalah kiper tim sepak bola di klub Kuwait Khaitan.
.
Syaikh Albani sambil meniliti hadits beliau juga tukang reparasi jam
.
Syaikh Yasser al Dosary (Imam masjidil haram) basicnya sekolah di perguruan tinggi militer Arab Saudi
.
Ust. Firanda asalnya sekolah di fakultas teknik kimia UGM yogjakarta
.
Dan banyak lagi para ulama yang basicnya bukan dari sekolah agama. Bahkan para ulama terdahulu kebanyakan juga bukan dari sekolahan tapi dari mulazamah dengan guru-gurunya
.
Lebih jauh lagi para sahabat banyak yang dari kafir masuk islam ketika sudah dewasa kemudian belajar dengan Rosul kemudian jadi rujukan umat islam generasi setelahnya sampai sekarang dalam mengambil ilmu.
.
Jadi ketika seorang ustadz yang basicnya kuliah di teknik industri yang kemudian belajar agama dengan serius bahkan bermulazamah dengan kibarul ulama seperti syaikh Shalih Fauzan, syaikh Saad Asy Syitsri dll di Saudi kemudian mengkritik kesalahan seorang ustadz lulusan sastra arab Libya, masalahnya dimana joni?
.
Ustadz Adi Hidayat ادي هدايت
.
JAWABAN UNTUK AH “KAN NGGA MUNGKIN AQIDAH MENYIMPANG DAN MANHAJ RUSAK DIPILIH DAN DIUNDANG KE KONFERENSI AHLU QURAN”
..
PERTAMA, Bisa juga dipilih dan diundang orang yang Aqidahnya menyimpang dan Manhaj (metode beragama) nya rusak ke “konfersensi” Ahlu Quran JIKA yang memilih dan mengundang JUGA memiliki Aqidah yang menyimpang dan Manhaj yang rusak karena seseorang akan berkumpul dengan sesamanya. Masa lupa sih!
.
KEDUA, Apakah Ahlu Quran merupakan jaminan seseorang itu lurus aqidahnya, benar Aqidahnya dan Manhajnya tidak rusak?
.
Jawabnya belum tentu karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
.
“SESUNGGUHNYA GOLONGAN MUNAFIK DARI UMATKU PALING BANYAK TERDAPAT DARI PARA PEMBACANYA (AHLI QUR’AN).”
.
Yah masa sih Munafik dibilang Aqidahnya tidak menyimpang dan Manhajnya tidak rusak ?
.
Jadi dengan hadits inilah secara tegas mengatakan bahwa AHLU QURAN belum tentu lurus aqidahnya, benar Aqidahnya dan Manhajnya tidak rusak.
.
Jadi jangan berkhayal, banyak orasi, narasi, dan retorika Pak Adi Hidayat.
.
SYARAH HADITS
.
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq : telah menceritakan kepada kami Abdullah yaitu Ibnul Mubarak : telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Syuraih Al Ma’arifi : telah menceritakan kepada kami Syurahbil bin Yazid dari Muhammad bin Huddayyah dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
.
“Sesungguhnya golongan munafik dari umatku paling banyak terdapat dari para pembacanya (Ahli Qur’an).”
.
– HR. Ahmad no. 6344, 6345, dan 6348. Lafazh dan sanad no. 6348. Ash Shahihah no. 750
.
Telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id : telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah : telah menceritakan kepada kami Misyrah dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
.
“Kebanyakan orang munafik dari umatku adalah orang-orang yang pandai dalam membaca Al-Qur’an.”
.
– HR. Ahmad no. 16727 dan 16769. Lafazh dan sanad di atas no. 16727. Lihat Shahihul Jami, III/62 dan Ash Shahihah no. 750
.
Yang salah satu syarah (penjelasan) nya dari hadits tersebut adalah
.
Para Qura (pembaca dan penghafal Al Qur’an) itu hanya sekedar mengejar memperbagus suara bacaannya dan sekedar menghafalnya saja AKAN TETAPI ia MENAKWILKAN, MENYELEWENGKAN SERTA MERUBAH AYAT-AYAT yang dibacanya kepada makna yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksud demi mengikuti hawa nafsunya dan mereka meletakkan ayat-ayat Allah bukan pada tempatnya jika tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Ini juga merupakan sifat kemunafikan yang menuhankan hawa nafsunya.
.
Al Munawi rahimahullah (wafat 1031 H) berkata,
.
“Maksudnya para Qura (pembaca Al Qur’an) itu mentawil ayat yang dibacanya kepada maksud yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksud. Mereka meletakkan ayat bukan pada tempatnya, atau mereka membaca atau menghafal Al Qur’an hanya sekedar pura-pura, yaitu untuk menyelamatkan diri padahal batinnya bertentangan.”
.
– Faidh Al Qadir, II/80-81
.
Dan Masih banyak syarah-syarah lainnya yang kalau dinukil ngga akan cukup.
.
Sudah! Jangan terus menerus mempertontonkan kebodohan.
.
Atha bin Yussuf
.
Ada yang bilang Musik itu Perkara Khilafiyah, Karena ada Ulama Yang menghalalkannya, Yaitu Ibnu Hazm,
Oke, Berarti Zina pun termasuk khilafiyah ya? Karena Ada dosen di salah Satu perguruan tinggi di Indonesia yang menghalalkannya? Namanya Abdul *ziz …
.
قال الإمام الشافعي – رحمه الله – : ( أجمعت الأُمَّة على أنَّ من استبانت له سُنَّة رسول الله – صلى الله عليه وسلم – لم يَكُن ليدعها لقولِ أَحد . وذلك لقول الله تعالى : فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً )
.
Al-Imam Asy-Syafii – rohimahullah – berkata, “Para Ulama telah bersepakat, bila telah jelas gamblang sunnah Rosulillah shollallahu ‘alaihi wasallam maka tidak boleh bagi siapapun meninggalkannya lantaran mengikuti pendapat seseorang. Karena Allah ta’ala berfirman, “Jika kalian berselisih pendapat tentang suatu perkara maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rosul-Nya, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik lagi akibatnya.”
.
Sebagian Ulama berkata:
.
وليس كُلُّ خِلاف جاء معتبرًا … إلاَّ خِلاف له حَظٌّ مِن النظر
.
“Tidaklah setiap khilaf itu mu’tabar (diakui), kecuali khilaf yang mempunyai sudut pandang (hujjah).”
.
INGAT HADITS INI !
.
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
.
“Sungguh akan ada sekelompok umatku yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat-alat musik.”
.
Akun Kautsar Amru itu banyak syubhat, banyak analisa perkara besar dengan analisis kantong pribadi. comot sana dan sini bumbui kesan ilmiyyah muncul hukum sendiri.
.
Terkait perkara musik ajaib cara beristidlâlnya.
.
Sebelumnya tak pernah berteman, di kasih link sama ikhwah, baca statusnya sejenak, terindikasi akut pemikiran ahlul kalâmnya, segera masuk list blokiran tanpa menunggu harus konflik dulu, dah gitu saja. selesai.
..
Kesimpulan yang kami baca dari status KA (Kautsar Amru) yang sangat panjang (sepertinya ia sengaja ngajak muter-muter pembahasan biar bisa dibelokkan pemahaman orang awam yang lurus sesuai fithrahnya akan jadi berbelok).
.
hadîts terkait musik itu nyeleneh dalam logikanya dimana ia berkeyakinan karena Al-Bukhâriy memasukkan hadîts itu di Bab Al-Asyribah (minuman), maka penekanan pembahasannya ada pada khamr bukan pada musik, sehingga musik itu baru menjadi haram ketika mendukung minuman keras. Selama tidak mendukung minuman keras maka ia tidak mengapa.
.
Tetot… forbidn pendapat ini ngawur karena aneh bin ‘ajâib… Tidak ada ijtihâdnya para mujtahid yang pernah kami tahu bersitidlâl dengan pemaparan seperti itu…
.
Dengan menggunakan logika rusak ini nanti hukum perintah shalat dan berkurban dalam surat Al-Kautsar itu akan dianulir karena pembahasannya tidak di surat khusus al-udhhiyyah..
. .
TENTANG MAS’UDI DAN BUKUNYA MURUJ ADZ- DZAHAB
.
Belakangan ini ramai ada seseorang yang berusaha membenarkan pendapatnya tentang musik lalu menukilkan kutipan dari Mirwajuz Zahab, demikian disebutkan akun Facebook atas nama Sutan Sulaiman. Lalu Sutan Sulaiman meluruskan bahwa penyebutan nama buku yang benar adalah Muruj adz-Dzahab, dan itu benar.
.
Berikut ini akan kami sarikan beberapa nukilan tentang buku Muruj adz-Dzahab dan penulisnya, yaitu Mas’udi. Tujuannya, agar khalayak semakin sadar akan posisi buku ini sebenarnya, agar umat Islam lebih hati-hati dalam mengambil referensi dan nukilan, sebagaimana agar umat paham untuk menghindari orang-orang yang tidak hati-hati mengambil nukilan dari buku ini.
————————————————–
Ibnu Taimiyah dalam Minhaj Sunnah (4/84) mengatakan tentang Mas’udi:
.
وَفِي تَارِيخِ الْمَسْعُودِيِّ مِنَ الْأَكَاذِيبِ مَا لَا يُحْصِيهِ إِلَّا اللَّهُ تَعَالَى، فَكَيْفَ يُوثَقُ بِحِكَايَةٍ مُنْقَطِعَةِ الْإِسْنَادِ] فِي كِتَابٍ قَدْ عُرِفَ بِكَثْرَةِ الْكَذِبِ؟
.
Dalam buku sejarah karya Mas’udi terdapat banyak kedustaaan, hanya Allah yang tahu seberapa banyak kedustaan tersebut, bagaimana mungkin percaya dengan kisah yang sanadnya munqathi’ (terputus) dalam satu buku yang dikenal banyak memuat kedustaan?.
.
Muhaqqiq Minhaj Sunnah, Dr. Muhammad Rusyad Salim memberikan komentar di footnote tentang Mas’udi:
.
أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيٍّ الْمَسْعُودِيُّ، الْمُؤَرِّخُ صَاحِبُ ” مُرُوجِ الذَّهَبِ “، ” أَخْبَارِ الزَّمَانِ وَمِنْ إِبَادَةِ الْحَدَثَانِ ” تَارِيخٍ فِي نَحْوِ ثَلَاثِينَ مُجَلَّدًا، مِنْ أَهْلِ بَغْدَادَ، أَقَامَ بِمِصْرَ وَتُوُفِّيَ بِهَا سَنَةَ 346 وَقِيلَ: 345
.
Mas’udi ini adalah Abu Hasan (kunyahnya),  Ali bin Husan bin Ali al-Mas’udi. Seorang sejarawan yang menjadi penulis buku Muruj adz-Dzahab, Akhbar az-Zaman wa Min Ibadati al-Khadatsan, buku yang terdiri dari 30 volume. Mas’udi tergolong penduduk Baghdad, lalu tinggal di Mesir dan wafat tahun 346 H, pendapat lain menyebut tahun 345 H.
————–
Ibrahim al-Mudaihisy dalam Sambusah mengutip Sulaiman as-Suwaikit, mengatakan:
.
نزعته الشيعية أثَّرَت على كتاباته في تاريخ الخلفاء الراشدين، والأمويين، والعباسيين، ودخله الهوى فيه، وكتابه الآخر: «التنبيه والإشراف» أحسن حالاً من «المروج» في هذا الباب، لذا ينبغي الحذر عند قراءته.
.
Kecenderungan Syiah pada dirinya mempengaruhi karya-karyanya tentang sejarah Khulafa ar-Rasyidin, Umawiyah, Abbasiyah dengan masuknya hawa nafsu pribadinya dalam penulisan tersebut. Adapun bukunya yang lain at-Tanbih wa al-Asyraf, KEADAANNYA LEBIH BAIK, dibanding Muruj adz-Dzahab, dalam bab ini (tentang kuburan Nabi Muhammad), karena itu perlu waspada ketika membaca buku ini
.
ويورد شيئاً من الخرافات والأساطير ولم يكن مؤمناً بها، وإذا لم يورد حكماً عليها، عزا القول إلى راويه.
لم يرض عنه عددٌ من العلماء الذين ترجموا له؛ بسبب المعلومات التاريخية التي حادَ فيها عن الصواب.
ما سبق منتقى يسير من خاتمة الكتاب التالي: «منهج المسعودي في كتابة التاريخ» د. سليمان بن عبدالله السويكت، وهي رسالته الدكتوراه من «جامعة الإمام محمد بن سعود الإسلامية»، طُبِعت عام … (1407 هـ).
.
Mas’udi menyebutkan sesuatu tentang khurafat dan mitos meski ia tidak percaya dengan hal tersebut, jika ia tidak menyebut hukum atas sesuatu, ia menisbatkan hukum tersebut kepada perawinya.
.
Info ini ringkasan dari penutup buku berjudul Metode Mas’udi dalam Penulisan Sejarah, karya Dr. Sulaiman bin Abdullah as-Suwaikit, dimana asalnya adalah disertasi di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyah dan dicetak tahun 1407 H (± 1987 M)
.
أقول: لأجل نزعته الشيعية، اهتم الرافضة بهذا الكتاب، واعتمدوا عليه كثيراً، وطبعوه مراراً.
قال ابن تيمية – رحمه الله – في «منهاج السنة» (4/ 84): (وفي تاريخ المسعودي من الأكاذيب مالا يحصيه … إلا الله). … = … =
= قال الذهبي – رحمه الله – في «سير أعلام النبلاء» (15/ 569): (كان أخبارياً، صاحب ملح وغرائب وعجائب وفنون، وكان معتزلياً).
قال ابن حجر – رحمه الله – في «لسان الميزان» (5/ 532): (‌وكتبه ‌طافحة بأنه كان شيعياً متعزلياً)
ونقده ابن العربي في كتابه «العواصم من القواصم »
وانظر أيضاً كتاب: «نزعة التشيع وأثرها في الكتابة التاريخية» للشيخ د. سليمان العودة (ص 48)
.
Ibrahim Mudaihisy kemudian mengatakan:
Karena kecenderungannya kepada Syiah, orang Rafidhah memiliki perhatian besar kepada buku ini, mereka banyak menukil dari buku ini mencetaknya berkali-kali.
.
Ibnu Taimiyah dalam Minhaj Sunnah mengatakan: “Dalam buku sejarah karya Mas’udi, banyak kedustaan dimana tidak ada yang bisa menghitungnya (tahu kadarnya), hanya Allah yang tahu (kadar persis kedustaan di dalamnya).”
.
Ibnu Hajar dalam Lisan al-Mizan, mengatakan: “Karya-karyanya (Mas’udi, termasuk diantaranya Muruj adz-Dzahab) penuh dengan luapan (bukti) bahwa penulisnya seorang Syiah dan Muktazilah.”
.
Ibnu al-Arabi al-Andalusi juga membantahnya dalam karyanya al-Awashim min al-Qawashim.
Bandingkan juga tentang Mas’udi ini dalam buku Kecenderungan Tasyayu’ dan Pengaruhnya dalam Penulisan Sejarah, karya Dr. Sulaiman al-Udah.
Selesai nukilan dari Ibrahim Mudaihisy.
—————
Adapun bantahan Ibnu al-Arabi al-Andalusi sebagaimana disebut Mudaihisy di atas, Ibnu al-Arabi mengatakan dalam al-Awashim min al-Qawashim:
.
وأما المبتدع المحتال فالمسعودي، فإنه بها يأتي منه متاخمة الإلحاد فيما روى من ذلك، وأما البدعة فلا شك فيه. فإذا صنتم أسماعكم وأبصاركم عن مطالعة الباطل، ولم تسمعوا في خليفة ممن نسب إليه ما لا يليق ويذكر عنه ما لا يجوز نقله، كنتم على منهج السلف سائرين، وعن سبيل الباطل ناكبين
.
Adapun mubtadi’ penipu adalah Mas’udi, karena ia membawakannya (celaan kepada shahabat) dengan menyisipkan ilhad (ketidakpercayaan kepada Allah) dalam riwayat tentang hal tersebut, adapun kebid’ahan dalam perkara tersebut, maka hal ini tidak diragukan lagi. Jika engkau menjaga pendengaran dan penglihatanmu dari menelaah kebatilan, dan engkau mendengar tentang khalifah dari tuduhan yang dialamatkan kepadanya, dimana hal itu tidak pantas disebutkan dan tidak boleh dinukilkan, dengan demikian (menyaring informasi sejarah) kalian mengikuti jalan salaf saleh dan menjauhi jalan kebatilan.
.
Adapun Muhibuddin al-Khatib yang menyunting buku al-Awashim min al-Qawashim memberikan komentar ucapan Ibnu al-Arabi dengan mengatakan:
.
على بن الحسين المسعودي يعده الشيعة من شيوخهم وكبارهم ويذكر له المعمقاني في تنقيح المقال 282: 2-283 مؤلفات في الوصاية وعصمة الإمام وغير ذلك مما يكشف عن عصبيته والتزامه غير سبيل أهل السنة المحمدية. ومن طبيعة التشيع والتحزب والتعصيب البعد بصاحبه عن الاعتدال والإنصاف
.
Ali bin Husain al-Mas’udi, maka orang Syiah MENGGOLONGKAN-nya dalam barisan masyayikh dan pembesar mereka, sebagaimana yang disebut Mamaqani (1351 H) dalam  karyanya. Tanqih al-Maqal (2/282-283), karya-karya (Mas’udi) yang menyebut bahwa Ali adalah seorang yang diwasiati (Rasulullah sebagai khalifah setelahnya) disamping keyakinan bahwa para imam Syiah itu maksum (terbebas dari dosa) dan hal lainnya yang menyingkap fanatismenya (kepada Syiah) dan konsistennya menyelisihi jalan Ahlu Sunnah mengikuti Nabi Muhammad. Dan termasuk tabiat “tasyayyu” (kesyiah-syiahan), tabiat hizbi dan tabiat fanatisme adalah jauhnya dirinya dari sikap adil dan pertengahan.
Selesai nukilan.
————-
Semoga kita lebih berhati-hati dalam menerima dan menyaring informasi.
Oh ya, kalau penasaran dengan SKRIPSI kami, jujur bahwa kami lulus kuliah S1 tanpa skripsi, karena memang tidak ada aturan itu di kampus kami.
Jadi jangan dicari ya…
Gambar hanya pemanis
.
KANG CEPI DIANTARA KEBODOHAN DAN KEKUFURAN
.
Banyaknya para da’i penyesat ummat yang mencoba untuk membodohi ummat dengan menghalalkan musik merupakan suatu hal yang tidak heran, karena memang hal ini telah lama dikabarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam:.
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Akan ada dari Ummatku sekelompok kaum yang menghalalkan zina, kain sutra, khamr dan alat musik”. ( Diriwayatkan oleh Bukhari no. 5590 secara Mu’allaq dengan shigoh jazm)
.
Hanya saja cara “kang Cepi” dalam mengelabuhi ummat ini, menurut hemat kami merupakan cara dan metode yang membuat bengong, bukan karena kepiawaiannya dalam beristinbath tapi karena keheranan kita, kok ada ya yang bisa sampai mengatakan dalam Al-Qur’an itu ada surat pemeyusyyik (mengambil gaya bicaranya “kang Cepi”) dan mengatakan bahwa Hasan bin Tsabit itu pemusik Nabi…
La Hau la wala Quwwata illa Billah.
.
Pernyataan ini pada hakikatnya menunjukan akan dangkal dan bodohnya “kang Cepi”, bahkan ini bisa dikatagorikan sebagai bentuk pelecehan terhadap Al-Qur’an itu sendiri.
.
Sementara Menistakan kalamullah  dengan cara menjatuhkan kehormatan dan keagungannya termasuk perbuatan kufur yang nyata. Ini dijelaskan dalam firman Allah:
.
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ
.
لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَآئِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَآئِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُواْ مُجْرِمِينَ
.
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah:”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman..” (QS: At-Tauba : 65-66).
.
Al-Qadhi Iyyadh, seorang ulama bermazhab Syafi’i menegaskan bahwa orang yang melecehkan Al-Qur’an atau mushhaf terhadap sebagian isinya, maka orang tersebut dimasukkan kafir menurut kesepakatan para ulama.( Lihat Alam Syarah Asy-Syifa II / 549).
.
Kalau sekiranya betul didalam Al-Qur’an itu ada surat pemeyusyik dan menamai surat Asy-syu’ara sebagai surat pemeyusyyik, lantas apakah boleh bagi seseorang itu membacakan Al-Qur’an dengan diiringi oleh alat musik?
.
Sementara ulama mengatakan bahwa membaca Al-Qur’an dengan diiringi alat meyusyik itu adalah Perbutan Kufur
.
Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Muhammad Al-Husaini dengan mengatakan:
وَأما الْكفْر بِالْفِعْلِ فكالسجود للصنم وَالشَّمْس وَالْقَمَر وإلقاء الْمُصحف فِي القاذورات وَالسحر الَّذِي فِيهِ عبَادَة الشَّمْس وَكَذَا الذّبْح للأصنام والسخرياء باسم من أَسمَاء الله تَعَالَى أَو بأَمْره أَو وعيده أَو قِرَاءَة الْقُرْآن على ضرب الدُّف
“Adapun bentuk kufur dengan perbuatan seperti sujud kepada patung, matahari, dan bulan. Dan membuang mushaf ketempat sampah, melakukan praktek sihir yang didalamnya ada unsur ibadah kedapa matahari, demikian juga menyembelih untuk patung, mengolok-olok salah satu nama dari nama-nama Allah atau perintahnya atau ancamannya, ATAU MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN DIIRINGI REBANA. (Kifayatul Akhyar Hal. 494).
.
Hanya saja “kang Cepi” dengan keangkuhan dan kesombongannya tersebut tidak merasa bahwa dirinya itu berada dalam lubang kebodohan dan lubang kekufuran, yang hendaknya “kang Cepi” bisa bertaubat dan kembali kepada Allah bukan malah cari skripsi punya orang.
.
Wallahu’alam…
.
Abdul Rozak
..
SEMUA PUNYA DALIL
.
Oleh :
Ustadz Syafiq R Basalamah Hafidzahullah
.
Tidak ada satu sekte sesat di muka bumi ini, yang menisbatkan dirinya kpd islam, kecuali mereka memiliki dalil
.
Tidak ada satu bid’ah dari bid’ah yang dilakukan melainkan pelakunya mempunyai dalil, dari dhahir-dhahir ayat Al Qur’an atau sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
.
Tatkala syi’ah mengajak kpd imamnya yg dua belas, mengkafirkan para shahabat Nabi & istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menghalalkan mut’ah, merekapun mempersembahkan dalil – dalil kpd ummat
.
Tatkala ahmadiyah menyatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi setelah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka merekapun mendatangkan dalil-dalilnya
.
Tatkala liberal, menyatakan Al Qur’an perlu direvisi, Al Qur’an yang ada sudah tidak sesuai dengan masa kini, homoseks diperbolehkan, pornoaksi & pornografi halal, maka merekapun tidak omong kosong, mereka mendatangkan dalil-dalilnya dari Al Qur’an & sunnah yang menguatkan pemahaman mereka
.
Tatkala sekelompok shufi, dengan berbagai bid’ah mrk, bahkan sampai ada yang menyatakan Allah dapat menyatu dengan mahluknya, mereka juga menuliskan dalil-dalilnya dlm lembaran-lembaran buku yang banyak
.
Terus apakah dengan mendatangkan dalil-dalil tersebut, mereka dapat melegalkan ajaran mereka, karena mereka bersandar kepada dalil-dalil dari Al Qur’an & sunnah ??
.
Kalau seperti itu, akan dibawa kemana umat ini, kalau ternyata semuanya memiliki dalil…
.
Bahkan orientalis yang mengatakan islam adalah agama bangsa arab, hadits bikinan para ulama’ dll, merekapun juga mendatangkan dalil dari Al Qur’an & sunnah
.
Imam Syatibi berkata,
.
”Oleh karena itu, tidaklah kamu mendapati salah satu sekte dari sekte-sekte sesat atau tidak satu orangpun yang menyelisihi pendapatmu dalam hukum-hukum, baik itu furu’iah atau yang prinsipil, yang tidak mampu untuk berdalil atas kebenaran mazhabnya dengan dhohir-dhohir dalil…
.
Bahkan kami mendapati orang-orang fasik yang berdalil dalam perkara-2 kefasikan dengan dalil-dalil yang ia sandarkan kepada syariat yg suci…
.
Bahkan orang-orang nashrani menguatkan ajaran mereka dengan Al Qur’an…
.
Oleh karena itu selazimnya bagi yang mengkaji suatu dalil syar’i untuk memperhatikan pemahaman orang-2 pertama (para sahabat) & pengamalan mereka dengan dalil itu, karena itu lebih layak untuk menepati kebenaran & lebih lurus dalam berilmu & beramal”.
(Al Muwafaqat 3/288-289).
.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah memberikan solusi tapi kadang berat hati ini utk mengikutinya, karena sebagian hidup di lingkungan yang sudah turun-temurun meyakini hal itu..
.
atau karena termakan tulisan2 yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, disamping ilmu agama yang minim.
.
Apa solusi itu…?
—————
.
ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣَﻦْ ﻳَﻌِﺶْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻓَﺴَﻴَﺮَﻯ ﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻓًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻲ ﻭَﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳْﻦَ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻳِّﻴْﻦَ ﺗَﻤَﺴَّﻜُﻮﺍ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﻋَﻀُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﺟِﺬِ
.
“Maka sungguh, siapa yang hidup di antara kalian akan menyaksikan perselisihan yang banyak, maka wajib hendaklah kalian mengikuti sunnahku & sunnah Al-Khulafa yg mendapat bimbingan & petunjuk, pegang eratlah sunnah itu & gigitlah dengan geraham-geraham kalian.”
(HR. Abu Dawud no. 4607 & At-Tirmidzi no. 2676)
.
Maka demi kejayaan islam
Demi persaudaraan islam
Saatnya kita kembali kepada sunnah
.
Dlm urusan agama, cukuplah kita mengamalkan apa yang mereka amalkan. Yang tidak, ya tidak perlu dibahas tidak perlu dibikin ruwet
.
Kita terus meniti jalan mereka, sampai kita berjumpa dengan Allah
.
Insya Allah kita akan dihimpun bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam & para sahabatnya
.
DA’I SEJUTA PENGGEMAR
.
(Kuantitas tanpa Kualitas)
.
Syaikh Abdul Aziz Ar-Rayyis hafidzahullahu berkata: Di dalam berdakwah kepada Allah tidak dibenarkan terperdaya dengan kuantitas (banyaknya fans)[1]. Karena kebanyakan yang merusak para da’i kepada Allah adalah ambisi untuk menarik massa sebanyak-banyaknya dan mengejar kuantitas fansnya. Sungguh hal ini telah menelan korban sebagian orang-orang yang mulia hingga mereka harus banting harga (aqidah dan manhaj) demi menarik massa sebanyak-banyaknya[2].
.
Ini adalah suatu kesalahan serta kekeliruan, karena Allah tidak memerintahkan kita untuk memberikan hidayah taufik[3] kepada manusia. Sebab hidayah taufik ada di Tangan Allah.  Kita hanya diperintahkan untuk berusaha menyeru manusia kepada petunjuk dengan metode yang disyariatkan[4]. Jika ada seseorang yang mau menerima dakwahnya maka alhamdulillah. Namun jika tidak ada yang menerima maka kita ada udzur dan kita telah melaksanakan kewajiban. Dan kita tidaklah lebih baik dari seorang nabi yang datang pada hari kiamat namun dia tidak memiliki pengikut sama sekali.
.
Telah shahih di dalam sunan Abu Dawud bahwa Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu suatu hari pernah berkata: “Sesungguhnya dibelakang kalian akan bermunculan berbagai fitnah[5]. Harta akan melimpah ruah, Al-Qur’an akan dibuka hingga dibawa oleh orang mukmin, munafik, laki, perempuan, kecil, tua, budak, dan orang merdeka. Maka ada orang yang berkata: Mengapa manusia tidak mau mengikutiku padahal aku membaca Al-Qur’an? Mereka tidak akan mengikutiku hingga aku mengarang metode baru (dalam dakwah)[6]. Jauhkanlah diri kalian dari hal-hal yang baru (dalam urusan agama) karena setiap yang baru dalam urusan agama adalah sesat.”
.
Bandingkan hal ini dengan apa yang dilakukan oleh kebanyakan da’i. Kita mohon kepada Allah keselamatan.[7]
————————————————————–
[1] Sebagaimana kelompok harakah hizbiyah atau partai yang berlebelkan Islam yang mengumpulkan suara terbanyak demi kursi di parlemen.
.
[2] Dan inilah yang menimpa sebagian da’i “salafi” di negeri kita ini yang ceramahnya “asal bapak suka” yang penting abang bergembira tanpa memperhatikan skala prioritas dalam berdakwah yaitu dakwah kepada tauhid uluhiyah dan memperingatkan umat dari kesyirikan dengan segala bentuknya.
.
[3] Hidayah ada dua:
.
1. Hidayah irsyad (seperti menasehati dan menjelaskan kebenaran). Ini yang bisa dilakukan oleh para da’i
.
2. Hidayah taufiq yaitu menjadikan orang bisa menerima kebenaran. Ini hanya di Tangan Allah. Allah berfirman:
.
لَّيۡسَ عَلَيۡكَ هُدَٮٰهُمۡ وَلَـٰڪِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ‌ۗ
.
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. Al-Baqarah : 272)
.
[4] Dakwah adalah ibadah yang harus ikhlas karena Allah dan harus mengikuti metode Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka tidak boleh kita mengarang metode sendiri dalam berdakwah seperti dengan nasyid, sandiwara, mengutamakan masalah rumah tangga daripada masalah aqidah dan manhaj, dakwah lewat jalur politik yang kotor dll. Lihat kitab Al-Hujaj Al-Qawiyah fii anna wasaail ad-dakwah tauqifiyah oleh Syaikh DR. Abdussalam Barjas rahimahullahu.
.
[5] Dan sungguh kita telah melihat fitnah yang dahsyat di akhir-akhir ini, bukan hanya fitnah dari luar dakwah salafiyah bahkan juga dari dalam. Fitnah yang menjadikan sebagian da’i berguguran di tengah jalan dalam segi manhaj dan aqidah.
.
[6] Orang arab mengatakan:
.
  خالف تعرف
.
Buatlah sensasi engkau akan terkenal.
.
Di zaman ini banyak orang yang membuat sensasi dalam dakwah bukan hanya yang diluar da’i salafi bahkan yang mengaku da’i salafi juga. Ada yang ceramah dengan menonjolkan hafalan nomor ayat atau hadits bahkan letaknya di sebelah kiri atau kanan, atas atau bawah. Ada sebagian lagi ceramah dengan membawa artis hingga menyulapnya menjadi ustadz jadi-jadian. Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita untuk istiqomah diatas dakwah salafiyah yang murni hingga akhir hayat nanti.
.
[7] Diterjemahkan dari qanah asy-syaikh Abdul Aziz Ar-Rayyis (t.me/AbdulazizAlRayes) tgl 7 september 2017.
..
MENGGHIBAH AHLUL BID’AH
.
Ketika ada seorang dai yang menyimpang, yang menyebarkan penyimpangannya, baik melalui mimbar-mimbar atau medsos, maka bukanlah termasuk ghibah untuk mengkritisi penyimpangannya.
.
Yang mengetahui penyimpangannya jangan diam saja. Justru yang diam saja, ini termasuk orang yang menyembunyikan ilmu.
.
Berkata Ismail bin Ulayyah rahimahullah tentang mengkritisi seseorang demi maslahat agama atau orang banyak.
.
إن هذا أمانة، ليس بغيبة
.
Ini adalah amanah, bukan ghibah!. (Al-Kifayah, al-Khatib: 61).  
.
Berkata Syekh Shaleh Bin Fauzan hafidzahullah:
.
الداعية الذي لا يحذر  من دعاة الضلال يعتبر من الكاتمين للعلم
.
Seorang da’i yang tidak memperingatkan dari da’i-da’i yang sesat dia termasuk orang-orang yang menyembunyikan ilmu. (Syarh Ighotsatul Lahfan 03/02/1437).
.
Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah ditanya :
.
ﻣﺎ ﻧﺼِﻴﺤﺘُﻚ – ﺣﻔﻈﻚ ﺍﻟﻠﻪ- ﻟﻤﻦ ﻳﻘﻮﻝ  ﺍﻟﺮﺩُّ ﻋﻠﻰ ﺍﻟْﻤُﺨﺎﻟِﻒ ﻳُﺴﺒِّﺐ ﺍﻟﻔُﺮْﻗَﺔ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤِﻴﻦَ؛ ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻮﺍﺟِﺐ ﺍﻟﺴُّﻜﻮﺕُ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻄﺄ؛ ﺣﺘَّﻰ ﺗﺠﺘﻤِﻊَ ﻛﻠﻤﺔُ المسلمين ؟
.
Apa nasihat anda -hafizhakallah- kepada seorang yang mengatakan: Bantahan kepada orang yang menyimpang itu akan menyebabkan perpecahan di antara kaum muslimin. Akan tetapi yang wajib adalah mendiamkannya kesalahan sehingga bersatulah kalimat  kaum muslimin?
.
Beliau menjawab :
.
ﻫﺬﺍ ﻏﻴﺮُ ﺻﺤﻴﺢ ! ﻫﺬﺍ ﺑﺎﻃﻞٌ ! ﺑﻞ ﺍﻟﺨﻄﺄ – ﻳﻌﻨﻲ- ﻳُﺒﻴَّﻦ ﻭﻳُﻮﺿَّﺢ، ﻭﻻ ﻳُﺘﺮَﻙ ﻭﺃﻣَّﺎ ﻗﻀﻴﺔ ﺍﻟﺘَّﺮﻙ ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﻳُﺴﺒِّﺐ ﻓُﺮﻗَﺔ؛ ﺑﻞ ﺍﻟﻔُﺮﻗَﺔ ﺣﺼﻠﺖ ﺑﺎﻟﻤﺨﺎﻟﻔﺎﺕ، ﻭﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﻋﻦ ﺍﻟﺠﺎﺩَّﺓِ؛ ﻓﺎﻟﻮﺍﺟﺐ ﻫﻮ ﺑﻴﺎﻥ ﺍﻟﺤﻖِّ، ﻭﺍﻟﺮﺩُّ ﻋﻠﻰ ﺍﻟْﻤُﺒﻄِﻞ
ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﺣﺼﻞ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺨﻄﺄ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ؛ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔ – ﻭﺣﺼﻞ ﺍﻟﺨﻄﺄ- ﻓﺈﻧَّﻪ ﻳُﻨﺎﺻَﺢ ﻭﻳُﺮﻓَﻖ ﺑِﻪ؛ ﻷﻥَّ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻫﻮ ﺍﻹﺻﻼﺡ
.
Ini tidak betul! ini (perkataan) batil! Bahkan kesalahan itu harus dijelaskan, diterangkan dan tidak boleh dibiarkan. Dan adapun kasus membiarkan (kesalahan) dengan alasan karena hal ini akan menyebabkan perpecahan, bahkan perpecahan itulah terjadi karena adanya  penyimpangan, keluar dari jalan yang benar. Maka yang wajib dilakukan adalah menjelaskan kebenaran dan membantah ahlul batil.
.
Dan jika orang yang melakukan kesalahan itu bukan dari ahli bidah, hanya saja dari ahlusunnah dan melakukan kesalahan, maka ia dinasihati dengan lembut, karena yang dicari adalah perbaikan. [Syarh Sunan Abi Dawud Syaikh Al-Abbad kaset 338 menit ke 12:24]
.
Apalagi yang dikritisi atau dibicarakan adalah orang fasik yang menampakkan kefasikkannya atau ahlul bid’ah yang mengajarkan dan menyebarkan kebid’ahannya, maka ini lebih boleh lagi, karena di dalamnya ada kemaslahatan agama. Menyelamatkan umat dari penyimpangannya. Agar umat tidak mengikuti kesesatannya.
.
Berkata Al Imam Ahmad rahimahullah
.
لا غيبـــة لأصحـــاب البـــدع .( طبقات الحنابلة (2/274).
.
“Tidak  disebut ghibah untuk (membicarakan) ahli bidah”. (Thabaqat al-Hanabilah: 2/274).
.
Berkata Ibrahim rahimahullah :
.
ليــس لصاحــب بدعــة غيبـــة  (الإبانـــة(2/449).
.
“Membicarakan ahli bidah bukanlah ghibah.”. (Al-Ibanah: 2/449).
.
Berkata Al-Hasan rahimahullah :
.
ليـس لصاحب بدعـة غيبـة، ولا لفاسق يعلن فسقـه غيبـة (شرح أصول السنة للألكائي (1/158)
.
“Membicarakan ahli bidah bukanlah ghibah. Dan menjelaskan kefasikan orang fasik secara terang-terangan bukanlah ghibah.”. (Syarh Ushulus Sunnah, karya al-Lalikai: 1/158).
.
Untuk mencari suami atau isteri saja, mesti bertanya-tanya tentang calonnya. Dan yang ditanya jangan menyembunyikan kejelekan seseorang yang ditanya. Agar si calon ini terhindar dari keburukannya. Apalagi untuk kemaslahatan agama yang lebih luas lagi.
.
عن فاطمة بنت قيس رضي الله عنها قالت‏:‏ أتيت النبي صلى الله عليه وسلم، فقلت‏:‏ إن أبا الجهم ومعاوية خطباني‏؟‏ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏:‏‏”‏أما معاوية، فصعلوك لا مال له ، وأما أبوالجهم، فلا يضع العصا عن عاتقه‏
.
“Dari Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha, ia berkata: ‘Aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, “Sesungguhnya Abul Jahm dan Mu’awiyah telah melamarku”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Adapun Mu’awiyah adalah orang fakir, ia tidak mempunyai harta. Adapun Abul Jahm, ia tidak pernah meletakkan tongkat dari pundaknya (suka memukul).” (HR. Bukhari-Muslim)
.
AFM
Copas dar berbagai sumber
Link
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1451579031848026&id=100009878282155&mibextid=UyTHkb
.
Contoh Paham Ekstrem Takfiri
Konteks: Barusan ada yang membagikan SS terlampir ke grup WA.
.
Sumber
https://www.facebook.com/1289158161/posts/pfbid0VJftFqartAVLZWRgLhK48ryJBdvpEVuCtBw6kcwpQZrTcozfXd3x8SUAvdEBwZWHl/?app=fbl
.
Saya tidak tahu apakah akun tersebut real atau fake. Tidak tertutup pula kemungkinan “false flag operation”. Bagaimanapun setahu saya, adanya kalangan yang terpapar paham ekstrem Takfiri (bermudah-mudahan dalam memvonis kafir) tapi mendaku berpaham Atsari (atau Salafi) itu memang nyata, meskipun bukan sebagai kalangan mainstream-nya.
.
Tentunya hal semacam itu dapat berdampak pada pemburukan citra Atsari, di samping juga adanya dampak serupa dari paham ekstrem Tabdi’i dan Tajrihi (bermudah-mudahan serta berlebihan dalam memvonis ahli bidah dan mempersekusi pihak yang berbeda pandangan).
.
Orang yang terpapar paham Takfiri itu kalau alur pikirnya konsisten, maka banyak tokoh dan ulama muslimin yang akan jadi korban pengafirannya.
.
Semoga kita semua mendapat karunia taufik dan hidayah-Nya. Amin.
* Note: Meskipun saya pada status sebelumnya termasuk yang mengkritik (secara implisit) tentang pendapat UAH yang mengartikan nama surah “asy-Syu’ara” dengan “pemusik”.
.
#ekstrem #takfiri #tajrih
.
Bismillah.
.
Ada ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, rahimahullah, ketika menyifati Ahlul Kalam wal Falasifah:
.
أوتوا ذكاءً ولم يؤتوا زكاءً وأوتوا فهومًا ولم يؤتوا علومًا
.
“Mereka dikaruniai kecerdasan tetapi tidak diberikan kesucian; dan mereka dikaruniai berbagai kepahaman tetapi tidak diberikan ilmu.”
.
Ahlul Kalam wa Falasifah banyak “mengendap” di kalangan Al-Mu’tazilah dan Al-Asya’irah; yang mana manhaj (metode) beragama mereka didominasi oleh akal yang tidak sehat, analogi bathil, otak atik gathuk, serta cocoklogi nash-nash syara’ untuk disesuaikan dengan konsep pemikiran mereka sendiri.
.
Apakah mereka orang-orang yang jahil, bodoh, tidak paham dalil? Tidak. Justru, mereka adalah kaum yang pintar, cerdas, terdidik, intelektual, dan memiliki background pendidikan yang luar biasa.
.
Akan tetapi, karena dzakaa’ (kecerdasan) mereka tidak ditopang oleh zakaa’ (kesucian jiwa dalam beragama), jadilah kecerdasan mereka itu tidak berfungsi untuk mendukung dan menguatkan nilai-nilai syariat, melainkan justru digunakan sebagai alat untuk mengotak atik, mengakal akali, serta men-cocoklogi-kan dalil-dalil syar’i yang sudah jelas – bahkan telah ijma’ ulama sekalipun – agar sejalan dengan kemauan dan kepentingan mereka. Ketika dalil syar’i menyatakan A, tapi mereka maunya B, maka entah bagaimana caranya, dalil tersebut akan diotak atik supaya terkesan mendukung B. Halal menjadi haram, haram  menjadi halal, syubhat menjadi mubah, sesuai dengan kemauan mereka.
.
Itulah mengapa, mereka mempunyai banyak kepahaman terkait detail-detail agama, tetapi banyaknya kepahaman tersebut tidak berbuah banyaknya ilmu pula. Banyak dari mereka yang hafal Al-Qur’an, hafal kitab-kitab hadits, bahkan hafal letaknya di halaman sekian, pojok kanan kiri atas bawah, paham berbagai khilaful aqwal (perbedaan pendapat) para ulama, mengerti berbagai argumentasi fiqih, mahir berbahasa Arab; namun apakah itu semua menjadi jaminan ilmu? Belum tentu.
.
Sekedar kepahaman belum tentu melahirkan ilmu. Sebab, ilmu yang haq harus secara sah merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah as-shahihah dengan pemahaman Salaful Ummah dalam bingkai penjelasan ulama rabbani yang secara turun-temurun Allah taqdirkan masih ada hingga hari ini. Ini adalah konsep beragama yang sah. Sehingga, mau seperti apapun hujjah (argumentasi) dengan segala keilmuan dan retorikanya, jika tidak dibangun di atas konsep beragama yang sah tersebut, tetap saja itu adalah pemikiran yang tidak sah. Siapapun orangnya.
.
Maka, tidak perlu heran, jika para tokoh Ahlul Kalam wal Falasifah sejak jaman dulu (bahkan sampai sekarang) merupakan sosok-sosok dengan nama besar, akan tetapi ke-fuhum-an mereka tidak melahirkan ke-‘ulum-an yang barakah dan manfaat, malah lebih banyak merusak sendi-sendi agama dikarenakan menerjang batasan-batasan yang sudah pakem dengan trik otak atik dan cocoklogi dalil ala mereka.
.
Keberkahan dan kebermanfaatan ilmu tidak selalu berbanding lurus dengan background pendidikan yang muluk-muluk; tidak pula selalu berkorelasi dengan berlimpahnya ke-fuhum-an atas seluk beluk agama; melainkan selaras dengan az-zakaa’ (kesucian jiwa) yang menjadikan pelakunya jujur kepada Rabb-nya dalam menjalani tata aturan beragama, zhahiran wa bathinan.
.
Tidak sedikit, seseorang yang hanya lulusan pesantren lokal, yang tidak ada sematan gelar akademis apapun, tidak populer di tengah umat, bahkan tidak banyak dikenal di-circle komunitasnya sendiri, jauh lebih terasa keberkahan ilmu dan kebermanfaatannya bagi umat disebabkan dia menjaga az-zakaa’ dalam beragama. Dia terjun ke medan dakwah semampunya, mendidik anak-anak kaum muslimin, serta berkontribusi terhadap bangsa dan masyarakat secara bersahaja.
.
Shobahul khoir.
.
Inilah akidah seluruh ulama Ahlussunnah di masa awal-awal Islam, Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah (wafat 463 H) mengatakan:
.
“Ahlussunnah telah ber-ijma’ (sepakat), dalam mengikrarkan dan mengimani semua sifat-sifat Allah yang datang dalam Alquran dan Assunnah.
.
Mereka memaknai sifat-sifat itu dengan makna hakiki, bukan dengan makna majazi, dan mereka tidak mem-bagaimana-kan satupun dari sifat-sifat itu. Mereka juga tidak membatasi Allah dengan sifat yang terbatas.
.
Adapun para ahli bid’ah, Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Khawarij: mereka semua mengingkari sifat-sifat itu, mereka tidak memaknainya dengan makna hakiki, bahkan beranggapan bahwa orang yang mengikrarkan sifat-sifat itu sebagai ‘musyabbih’ (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk). Sebaliknya, mereka di mata orang-orang yang menetapkan sifat-sifat itu adalah orang-orang yang meniadakan sesembahannya.
.
Dan kebenaran ada di pihak mereka yang mengatakan dengan apa yang dikatakan oleh Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, merekalah para imam (ahlussunnah wal) jama’ah, walhamdulillah”. [Lihat: Attamhid libni Abdil Barr 7/145].
.
Jadi, jika Anda merasa asing di zaman akhir ini, karena berpegang teguh dengan akidah ini, maka tidak perlu bersedih, karena sebenarnya Anda telah bersama seluruh ulama ahlussunnah wal jama’ah di zaman awal Islam.
..
Bismillah
.
Susahnya menasehati Ustadz level surga
.
By Siswo Kusyudhanto
.
Ada Ustadz terkenal yang kemarin bilang sebuah surat dalam Al-Qur’an adalah surat pemusik, hal tersebut tentu mengundang banyak Ustadz untuk membantahnya, bahkan tidak sedikit Ustadz yang ahli dalam bidang Al-Qur’an ikut angkat bicara untuk meluruskan.
.
Namun ketika sudah ramai anehnya Ustadz yang bersangkutan malah menyalahkan orang yang katanya telah memotong videonya, padahal kalau kita lihat sendiri di channel asli ustadz bersangkutan menang benar apa adanya seperti yang dia sampaikan bahwa ada Surat Quran tentang pemusik.
.
Sebelumnya sebenarnya si ustadz ini sudah membuat statment yang sering mengundang polemik seperti menyebutkan zakat beras bid’ah, mengambil baiknya buang buruknya dan seterusnya.
.
Dan anehnya sampai hari ini si ustadz terkenal ini tidak pernah meminta maaf ke publik dan berjanji akan tidak mengulangi kesalahan yang sama, sayangnya hal tersebut tidak terjadi sampai hari ini, padahal andai dia melakukannya InsyaAllah akan banyak orang akan memaklumi nya dan memberikan maaf , justru dengan merasa benar terus dan tidak pernah merasa melakukan hal yang salah akan menyulitkan dirinya kelak, akan makin banyak orang mengamati dan menunggu berbuat kesalahan lagi.
.
Jadi ingat beberapa tahun yang lalu di masa kampanye pilpres si ustadz bertemu dengan salah satu calon presiden, dan dalam sesi itu si ustadz mengatakan akan mengandeng/menuntun si capres masuk surga kelak, astaghfirullah, sedang hisab saja belum ditegakkan, dia saja belum mengetahui akan masuk surga atau neraka, tapi sudah berani menuntun seseorang masuk surga.
.
Dari sini kita mengetahui bahwa si ustadz terkenal ini sangat kepedean mungkin karena pujian orang sekitarnya atau karena banyaknya pengikut membuat lupa bahwa dia cuma manusia biasa, yang dapat saja melakukan kesalahan dan dosa, bukan Nabi atau Rasul yang ma’shum, bersih dari kesalahan dan dosa..
.
Kesimpulannya setinggi apapun ilmu kita, sebanyak apapun pengikut kita, atau sebesar apapun harta kita, pada dasarnya kita manusia biasa, dapat saja kita melakukan kesalahan dan dosa, kesadaran seperti itu yang menjaga kita dari sifat sombong.
.
Saya masih ingat ketika Ustadz Syafiq Riza Basalamah mengatakan sesuatu yang salah tentang dzikir yang di suarakan dengan keras dan menimbulkan kegaduhan beliau langsung minta maaf secara terbuka dan ngaku berbuat kesalahan, padahal secara ilmu beliau sangat tinggi, gelarnya di Universitas Islam Madinah semua diraih dengan status cumlaude, alias lebih cepat dari yang seharusnya, .
.
Demikian juga ketika Ustadz Syafiq Riza Basalamah  mengisi kajian di masjid kami Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru beberapa tahun yang lalu, saat sesi tanya jawab Ustadz di beri pesan oleh salah satu jamaah, “Ustadz jika kelak sudah didepan pintu surga jangan lupakan kami, ingat wajah wajah kami”, spontan beliau langsung menangis, dan berkata, ” Saya sama dengan antum semua, sama sama seseorang yang berusaha dan mengharap surga, saya duduk di depan ini bukan artinya ada jaminan surga bagi saya’,
.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman yang membacanya, Aamiin
——–
Rasulullah ṣallā al-lāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
.
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmiżi no. 2499, Ṣahih al-Targīb 3139)
.
Hadis ini menggambarkan bagaimana kesalahan (dosa) merupakan perkara yang tidak terlepas dari diri manusia. Akan tetapi, Allah Ta’ala memberikan solusi dan jalan keluar bagi hamba-Nya yang berbuat kesalahan, yaitu bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya.
.
Sumber referensi Muslim. Or id.
.
#islam #salafi #sunnah #kajian #sorotan
.
*Akhlak Mulia Itu Bernama Berani Kembali Kepada Kebenaran*
.
Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi
.
Salah satu akhlak mulia yang dimiliki ulama Rabbaniyun adalah menerima nasehat dan kembali kepada kebenaran dari siapapun yang menyampaikan kepadanya, baik yang selevel, lebih atas atau bahkan lebih bawah levelnya. Dahulu dikatakan:
.
الرجوع إلى الحق فضيلة والتمادي في الباطل رذيلة
.
Kembali kepada kebenaran adalah keutamaan dan terus bertahan dalam kebathilan adalah kehinaan.
.
Hal itu karena kebenaran adalah barang berharga yang tak bisa dinilai dengan dunia.
.
الحكمة ضالة المؤمن أينما وجدها أخذها
.
Hikmah itu adalah barang hilang seorang mukmin. Dimanapun dia mendapatinya dia akan mengambilnya.
.
Inilah yang dipraktekkan oleh para ulama salaf dahulu dan mereka nasehatkan kepada kita semua. Al Hafidz Ibnu Rajab berkata:”Para ulama salaf yang disepakati ilmu dan keutamaan mereka, mereka menerima kebenaran dari siapapun yang menyampaikan kepada mereka sekalipun anak kecil. Mereka juga menasehatkan para sahabat dan pengikut mereka untuk menerima kebenaran apabila nampak kebenaran pada selain pendapat mereka”. (Al Farqu Baina Nasihah wa Ta’yir hlm. 10)
.
Demikian juga Imam Al Ajurri, beliau berkata tatkala menyebutkan akhlak ulama: “Bila seorang alim telah berfatwa kemudian dia tahu bahwa fatwanya keliru maka dia tidak sombong untuk meralatnya.
.
Jika dia berpendapat suatu pendapat lalu dibantah oleh selainnya baik yang lebih tinggi, selevel atau lebih rendah darinya, dan ternyata memang dia salah, maka dia segera meralat ucapannya, memuji orang yang mengingatkannya dan mengucapkan terima kasih padanya”. (Akhlakul Ulama hlm. 27)
.
Berbeda dengan orang pada zaman sekarang, ketika dia salah lalu ada yang mengingatkannya maka dia sombong, marah dan justru merendahkan orang yang mengingatkannya. Benar kata Ibnu Qudamah tatkala mengatakan:
“Adalah para salaf, mereka cinta terhadap orang yang mengingatkan kesalahan mereka. Sedangkan kita sekarang,  orang yang paling kita benci adalah orang yang mengingatkan keesalahan kita”. (Mukhtashor Minhaj Qoshidin hlm.  196)
.
Jadi harusnya, kita gembira tatkala ada yang mengingatkan kesalahan kita. Syaikh Shalih Al Fauzān berkata:”Orang yang menginginkan kebenaran akan senang dengan nasihat dan teguran saat dia terjatuh dalam kesalahan.” (Syarh Kitābul ‘Ubūdiyyah, hal. 252)
.
Syeikh Abdur Rahman As Sa’di berkata saat menjelaskan adab seorang guru: “Hendaknya bagi seorang guru untuk kembali kepada kebenaran. Janganlah suatu ucapan yang pernah diucapkan dan ternyata dia tahu bahwa itu salah menjadi penghalang baginya untuk kembali kepada kebenaran, karena ini menunjukkan tanda inshaf dan tawadhu kepada kebenaran.
.
Ini adalah akhlak mulia yang akan menambah kepercayaan murid-muridmu kepadamu, serta bertambah cinta dan menirumu. Maka wajib mengikuti kebenaran walaupun itu datang dari anak kecil atau senior.
.
Termasuk kenikmatan Allah kepada seorang guru bila dia mendapati ada diantara muridnya yang mengingatkan kesalahannya dan mengarahkan ke jalan yang benar agar dia tidak terus dalam kesalahannya, maka ini perlu disyukuri kepada Allah serta berterima kasih kepada yang mengingatkan, baik muridnya atau selainnya”. (Al Fatawa As Sa’diyyah hlm. 627-628)
.
Pada zaman sekarang,  banyak orang yang berani memikul beban berat di luar kapasitasnya.  Banyak orang yang “setengah matang” berani mengeluarkan statemen dalam masalah-masalah besar,  yang seandainya diberikan kepada para ulama,  mereka tidak langsung menjawabnya dengan serta merta. 
.
Saudaraku,  urusan masalah agama,  terutama masalah-masalah besar yang menyangkut Allah, rasul, sahabat, Al Quran, nyawa,  negara dan sebagainya,  bukanlah masalah yg enteng,  tetapi masalah yang maha berat,  karena dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak, lebih-lebih di zaman sekarang yang serba media,  pasti langsung heboh dan viral
.
Jika engkau pernah khilaf dalam fatwa dan statemen,  maka segeralah meralatnya dan banyak istighfar kepada Allah. Jangan pernah malu untuk mengatakan saya tidak tahu,  dan jangan pernah malu untuk meralat kesalahanmu.
.
Suatu saat, Hasan bin Ziyad al-Lu’lui pernah ditanya tentang suatu masalah, ternyata dia salah memberikan fatwa, beliau ingin meralat tetapi tidak mengenal si penanya. Maka beliau menyewa seseorang untuk mengumumkan kepada manusia: “Hasan bin Ziyad pernah ditanya hari ini tentang masalah ini dan dia keliru dalam fatwanya. Barangsiapa yang bertanya demikian maka hendaknya dia kembali kepada beliau”. 
Dalam masa-masa menunggu itu, beliau tidak berfatwa sehingga ketemu si penanya. Akhirnya, ketemu juga si penanya tersebut dan Hasan bin Ziyad menyampaikan bahwa dia telah salah dan jawaban yang benar seharusnya demikian.
.
Ibnul Jauzi berkata: “Persis dengan ini adalah kisah sebagian guru kami bahwa dia pernah memberi fatwa kepada seseorang yang tinggal di sebuah desa yang jarak atara keduanya empat farsakh. Tatkala orang tersebut pergi, dia berfikir ulang, ternyata dia menyadari bahwa jawabannya keliru. Diapun berjalan kepada si penanya dan menyampaikan bahwa dia keliru.
.
Akhirnya, setelah kejadian tersebut, setiap kali dia ditanya suatu masalah, maka dia akan berfikir lama seraya mengatakan: “Saya tidak kuat lagi untuk berjalan empat farsakh?!!”. (Ta’dzimul Futya halm. 91-92 oleh Ibnul Jauzi, tahqiq Masyhur bin Hasan Salman).
.
Demikianlah adab ulama salaf, mereka tidak sombong untuk meralat kesalahan fatwanya dan statemennya sekalipun harus menanggung resiko yang cukup berat. Maka bandingkanlah dengan sikap kebanyakan kita pada zaman ini yang begitu mudah berfatwa dan memberikan statemen agama dan sangat sulit kembali kepada kebenaran bila jelas salah!!
.
Bukankah ini kesombongan yang dikatakan oleh Nabi:
.
الكبر بطر الحق وغمط الناس
.
Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.
.
Hati-hatilah wahai saudaraku dari kesombongan, karena kesombongan akan menghancurkan ilmumu.
.
العلــم حــربٌ للفتى المتعالى
كالسيل حربٌ للمكــان العــالي
.
Ilmu akan menyerang pemuda yang sombong
Sebagaimana banjir akan menyerang bangunan tinggi.
.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita akhlak mulia berupa tawadhu dan menerima kebenaran. Dan semoga Allah menjauhkan kita dari kesombongan dan menolak kebenaran.