Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur’an
.
Ebook
Tafsir An-Najah Seri 1: Orang-Orang Munafik dalam Al-Qur’an
https://drive.google.com/file/d/1065y0AyN6ydrnBrXgwgGOy-nehTq7qsa/view?usp=drivesdk
Sifat Orang Munafik Dalam Urusan Akidah
https://drive.google.com/file/d/1QC80SV0-b4YhPOWnhDj5eGabjXBUcryH/view?usp=drivesdk
Mengenal Dua Jenis Nifaq dan Perbuatan Orang Munafik
https://drive.google.com/file/d/1QG93wg2olx7C-as4N1b_hNRV8rvSDMNc/view?usp=drivesdk
.
(Qs. Al-Baqarah: 6) Bab 7 – Bentuk-bentuk Kekafiran
..
(Qs. Al-Baqarah: 8-9)
Bab 9 – Bahaya Nifaq
.
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ ۞ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ ۞
.
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
.
(Qs. Al-Baqarah: 8-9)
.
Firman-Nya,
.
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ
.
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (Qs. al-Baqarah: 8)
.
(1) Ini adalah golongan ketiga yang disebutkan Allah di awal surah al-Baqarah.
.
(a) Golongan orang yang bertakwa 5 ayat
.
(b) Golongan orang kafir 2 ayat
.
(c) Golongan orang munafik 13 ayat
.
Didahulukan menyebutkan orang-orang bertakwa karena merekalah yang paling mulia dan paling selamat dibanding dengan kelompok sesudahnya.
.
(2) Adapun arti nifaq secara bahasa berasal dari (نفق)  yang artinya lubang yang mempunyai dua pintu, pintu masuk dan pintu keluar.
.
Sebagian ulama memberikan permisalan nifaq seperti binatang (yarbu’) sejenis tikus padang pasir. Jika dia dikejar oleh binatang yang lebih besar darinya, maka ia masuk ke dalam lubang persembunyian yang dia buat. Dia masuk di satu pintu, kemudian keluar di pintu yang lain.
.
Demikian juga orang munafik, dia masuk ke dalam Islam lewat pintu depan, kemudian keluar dari Islam lewat pintu yang lain. Atau dikatakan bahwa orang munafik adalah orang yang menampakkan keislamannya tetapi dia menyembunyikan kekafirannya.
.
Sebagian ulama menyebut orang munafik adalah orang muslim di dunia, tetapi kafir di akhirat. Maksudnya dia dianggap oleh masyarakat sebagai orang muslim secara lahir. Dia menikah secara Islam, shalat berjama’ah di masjid, dikhitan, diberi nama Islam, seperti Ahmad, Musthafa, Abdullah, Ridwan, Mansur, dan lainnya. Membayar zakat, melaksanakan ibadah haji sebagaimana kaum muslimin lainnya. Bahkan jika meninggal dishalatkan, dan dikuburkan di perkuburan muslim.
.
Tetapi di akhirat, dia termasuk orang-orang kafir yang masuk neraka. Hal itu karena sebenarnya waktu di dunia, dia menyembunyikan kekafirannya di hadapan manusia.
.
(3) Firman-Nya (أمَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِر)  disebut beriman kepada Allah dan hari akhir. Ini merupakan ringkasan dari rukun iman yang enam. Karena beriman kepada Allah mencakup iman kepada Malaikat, Kitab, Rasul, Qadha dan Qadar-Nya. Adapun beriman kepada hari akhir disebut secara sendiri, karena kedudukannya yang sangat penting, terutama pengaruhnya bagi perbuatan manusia ketika hidup di dunia.
.
Sebagaimana telah diterangkan pada pembahasan sebelumnya, bahwa kebanyakan kejahatan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia, akibat mereka tidak percaya kepada hari akhir.
.
Firman-Nya,
.
يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ 
.
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (Qs. al-Baqarah: 9)
.
(4) Orang-orang yang munafik “merasa” dapat menipu Allah (Rasulullah) dan orang-orang beriman dengan kepura-puraan  mereka menjadi orang beriman dana menjadikan kami beriman kepada Allah dan hari akhir.
.
Mereka mengira Rasulullah dan orang-orang beiman tidak tahu hakikat mereka yang sebenarnya. Padahal Rasulullah sering mendapatkan wahyu tentang keadaan orang-orang munafik. Bahkan sebagian sahabat, seperti Hudzaifah bin Yaman telah mengantongi nama-nama orang munafik sampai-sampai seorang Umar bin Al-Khattab, sahabat mulia bertanya kepada beliau, apakah namanya masuk dalam daftar orang-orang munafik.
.
Atas dasar itu, Hudzaifah bin Yaman disebut sebagai “Shahibu Sirri” (pemegang rahasia) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
.
(5) Firman-Nya (وَمَا يَخۡدَعُونَ) orang-orang munafik tidak merasa bahwa sebenarnya mereka telah menipu diri mereka sendiri. Mereka tidak merasa kalau sebenarnya Rasulullah dan orang-orang beriman telah mengetahui hakikat mereka.
.
Itulah makna: mereka merasa bisa menipu Allah dan orang-orang beiman, padahal hakikatnya mereka menipu diri mereka sendiri.
.
(Qs. Al-Baqarah: 10)
Bab 10 – Penyakit Hati
.
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ  
.
“Dalam hati mereka ada penyakit., lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
.
(Qs. al-Baqarah: 10)
.
(1) Orang-orang munafik dalam hati mereka ada penyakit, bukan penyakit fisik, seperti penyakit jantung, liver, penyumbatan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, paru-paru dan penyakit-penyakit fisik sejenisnya. Tetapi penyakitnya orang -orang munafik adalah penyakit hati.
.
Apa yang dimaksud dengan penyakit hati disini?
.
Para ulama berbeda pendapat:
.
Pendapat pertama: menyatakan bahwa yang dimaksud penyakit hati di sini adalah penyakit ragu-ragu terhadap kebenaran Islam (Asy-Syakk), penyakit mendustakan ayat-ayat Allah (Takdzib), penyakit mengingkari ayat-ayat Allah (suudzon) , dan penyakit  kepura-puraan menjadi orang beriman (nifaq).
.
Pendapat kedua: menyatakan bahwa yan dimaksud dengan penyakit hati disini adalah penyakit cinta dunia yang berlebihan dan takut dengan kematian.
.
Hal itu, karena motivasi orang-orang munafik berpura-pura masuk Islam agar mendapatkan dunia dana supaya selamat dari kejaran orang-orang beriman.
.
Maka mereka banyak bersumpah dengan sumpah palsu agar jiwa dan harta mereka terlindungi.
..
–  Allah berfirman,
.
ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٢
.
“Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-Munafiqun: 2)
.
–  Allah juga berfirman,
.
فَكَيۡفَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةُۢ بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيهِمۡ ثُمَّ جَآءُوكَ يَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ إِنۡ أَرَدۡنَآ إِلَّآ إِحۡسَٰنٗا وَتَوۡفِيقًا ٦٢ 
.
“Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”.” (Qs. An-Nisa’: 62)
.
–  Allah juga berfirman,
.
لَوۡ كَانَ عَرَضٗا قَرِيبٗا وَسَفَرٗا قَاصِدٗا لَّٱتَّبَعُوكَ وَلَٰكِنۢ بَعُدَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلشُّقَّةُۚ وَسَيَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ لَوِ ٱسۡتَطَعۡنَا لَخَرَجۡنَا مَعَكُمۡ يُهۡلِكُونَ أَنفُسَهُمۡ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ ٤٢
.
“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: “Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu”. Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.” (Qs. At-Taubah: 42)
.
(2) Firman-Nya  ( فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ ) “Maka Allah menambah penyakit mereka,”
.
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud dari ayat di atas:
.
Pendapat pertama, mengatakan bahwa maksudnya adalah doa keburukan kepada orang-orang munafik, agar penyakit hati mereka bertambah.
.
Sehingga ayat di atas bisa diartikan sebagai berikut:
.
“Di dalam hati mereka ada penyakit (semoga) Allah menambah penyakit tersebut kepada mereka.”
.
Dari pendapat ini dibolehkan mendoakan keburukan kepada orang-orang munafik.
.
Pendapat kedua, mengatakan bahwa maksudnya adalah pemberitahuan dari Allah maka penyakit mereka akan ditambah oleh Allah. Ini dikuatkan dengan firman Allah,
.
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَتۡهُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ رِجۡسِهِمۡ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ ١٢٥
.
“Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (Qs. At-Taubah: 125)
.
Ini seperti dalam sebuah kaidah bahwa suatu kemaksiatan akan menambah kemaksiatan berikutnya.
.
Contoh: seseorang yang melakukan perjudian, maka akan merembet kepada kemaksiatan  lainnya seperti mengkonsumsi narkoba, kemudian merembet kepada perzinaan, kemudian merembet kepada pembunuhan dan begitu seterusnya.
.
(3) Firman-Nya (وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ) “Dan mereka mendapatkan adzab yang pedih karna kedustaan mereka.”
.
Adzab pedih yang akan ditimpakan orang-orang munafik pada hari kiamat, karna mereka mendustakan ayat-ayat Al-Qur’an dan mendustakan Rasulullah serta berbohong kepada umat Islam dengan berpura-pura masuk Islam padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang yang kafir.
..
(Qs. Al-Baqarah: 11-12)
Bab 11 – Membuat Kerusakan di Muka Bumi
.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ ۞ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ ۞
.
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”.”
.
(Qs. al-Baqarah: 11-12)
.
(1) Salah satu ciri orang munafik adalah mereka membuat kerusakan di muka bumi.
.
Kerusakan di muka bumi dibagi menjadi dua bentuk;
.
(a) Kerusakan fisik, yaitu kerusakan yang berdampak pada rusaknya atau hancurnya sesuatu yang terlihat oleh mata, seperti rusaknya bangunan, jembatan, pohon-pohon, jalan, menyebarnya virus dan penyakit menular, bencana alam, berupa tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, banjir, dan lain-lainnya.
.
Kerusakan fisik ini ditunjukkan dalam firman Allah,
.
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ  
.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs. ar-Rum: 41)
.
(b) Kerusakan moral, yaitu kerusakan yang menimpa moral manusia dan merubah akhlaن mereka dengan banyaknya perbuatan maksiat yang mereka lakukan. Kerusakan itu muncul dengan merebaknya perbuatan zina, pelacuran, perjudian, pencurian, perampokan, pemerkosaan, mereka terbiasa meminum khamar dan minuman keras, narkoba, obat-obat terlarang. Mereka juga memakan makanan haram, seperti babi, anjing serta binatang-binatang yang menjijikkan.
.
Dan yang lebih dahsyat dari itu semua adalah perbuatan syirik yang mereka lakukan yaitu menjadikan sesuatu sebagai tandingan Allah. Inilah sumber kerusakan yang paling besar dan dosa yang paling besar dimana Allah tidak mengampuni dosa ini jika seseorang mati dalam keadaan syirik dan  belum bertaubat kepada Allah.
.
Kerusakan dalam bentuk kedua ini juga ditunjukkan dalam firman Allah,
.
وَلَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَا وَٱدۡعُوهُ خَوۡفٗا وَطَمَعًاۚ إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ 
.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. al-A’raf: 56)
.
Maksud ayat di atas adalah janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi dengan melakukan kesyirikan dan kemaksiatan setelah Allah perbaiki dengan tauhid dan ketaatan.
.
Hal ini dikuatkan dengan terusan ayat selanjutnya,
.
وَٱدۡعُوهُ خَوۡفٗا وَطَمَعًاۚ
.
“Dan sembahlah Allah seraya takut (akan adzab-Nya) dan mengharap (rahmat-Nya).” (Qs. al-A’raf: 56)
.
(2) Adapun yang dimaksud ayat 11 dari surah al-Baqarah di atas, adalah larangan kepada orang-orang munafik untuk melakukan kerusakan di muka bumi dengan bermaksiat kepada Allah, dan mengangkat orang-orang kafir sebagai wali (pemimpin dan teman dekat).
.
Tapi justru mereka menjawab:
.
قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ
.
“Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”.” (Qs. al-Baqarah: 11)
.
Kenapa mereka menjawab dengan jawaban seperti itu? Karena menurut pandangan mereka, apa yang mereka lakukan adalah perbaikan bukan perusakan. Maka Allah membantah jawaban tersebut dengan firman-Nya,
.
أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ  
.
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”.” (Qs. al-Baqarah: 12)
.
(3) Jawaban orang-orang munafik dalam ayat ini.
.
قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ
.
Mereka berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan” mirip dengan jawaban mereka kepada Rasulullah ketika diajak untuk berhukum kepada apa yang diturunkan Allah dan kepada Rasul, mereka menjawab:
.
إِنۡ أَرَدۡنَآ إِلَّآ إِحۡسَٰنٗا وَتَوۡفِيقًا
.
“Kami (ketika menolak ajakan tersebut) hanya bertujuan untuk kebaikan dan perdamaian.”
.
Jawaban ini disebutkan dalam firman Allah,
.
فَكَيۡفَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةُۢ بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيهِمۡ ثُمَّ جَآءُوكَ يَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ إِنۡ أَرَدۡنَآ إِلَّآ إِحۡسَٰنٗا وَتَوۡفِيقًا  
.
“Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”.” (Qs. an-Nisa’: 62)
.
Mengapa jawaban itu muncul dari orang-orang munafik?
.
Ada dua kemungkinan:
.
(a) Mereka merencanakan kerusakan secara sembunyi dan rahasia, tetapi yang ditampakkan hal-hal yang baik-baik saja.
.
(b) Atau mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah kebaikan, karena kebodohan mereka padahal sebenarnya itu adalah bentuk kerusakan.
..
(Qs. Al-Baqarah: 13)
Bab 12 – Mereka adalah Orang-orang yang Bodoh
.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ ءَامِنُواْ كَمَآ ءَامَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوٓاْ أَنُؤۡمِنُ كَمَآ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَآءُۗ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَٰكِن لَّا يَعۡلَمُونَ ١٣
.
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”. Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.”
.
(Qs. al-Baqarah: 13)
.
(1)   Pengertian “Sufaha”
.
Sufaha’ jama’ dari “Safih” yang berasal dari akar kata (sa-fi-ha)  artinya adalah orang yang akalnya belum sempurna sehingga tidak boleh diberi tanggung jawab memegang keuangan.
.
Arti (sufah) secara Bahasa adalah sesuatu yang ringan dan remeh.
.
Sebagian ulama mengartikan (safih) adalah orang yang belum dewasa.
.
Kata “sufaha” juga disebut di dalam firman Allah,
.
وَلَا تُؤۡتُواْ ٱلسُّفَهَآءَ أَمۡوَٰلَكُمُ ٱلَّتِي جَعَلَ ٱللَّهُ لَكُمۡ قِيَٰمٗا وَٱرۡزُقُوهُمۡ فِيهَا وَٱكۡسُوهُمۡ وَقُولُواْ لَهُمۡ قَوۡلٗا مَّعۡرُوفٗا ٥ 
.
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (Qs. An-Nisa’: 5)
.
Safih juga disebut di dalam firman-Nya,
.
فَإِن كَانَ ٱلَّذِي عَلَيۡهِ ٱلۡحَقُّ سَفِيهًا أَوۡ ضَعِيفًا أَوۡ لَا يَسۡتَطِيعُ أَن يُمِلَّ هُوَ فَلۡيُمۡلِلۡ وَلِيُّهُۥ بِٱلۡعَدۡلِۚ …
.
“….Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur..” (Qs. Al-Baqarah: 282)
.
Dari dua ayat di atas, disimpulkan bahwa (safih / sufaha) adalah orang-orang yang belum sempurna akalnya di dalam memegang keuangan, walaupun firman Allah dalam surata Al-Baqarah ayat 13, maknanya lebih umum.
.
(2)   Safih dan Jahil
.
Kalau (safih) diartikan orang yang belum sempurna akalnya , maka (jahil) diartikan sebagai orang yang bodoh. Keduanya walaupun dalam penggunaannya berbeda, tetapi maknanya ada kemiripan, yaitu sama-sama mempunyai kekurangan dalam akal.
.
Di dalam Al-Qur’an disebut kata (jahil)
.
A. Firman-Nya,
.
قُلۡ أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَأۡمُرُوٓنِّيٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ ٦٤
.
“Katakanlah: “Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?”” (Qs. Az-Zumar: 64)
.
Ayat di atas menunjukkan, bahwa jahil adalah orang-orang yang menyembah selain Allah.
.
B. Firman Allah,
.
قَالَ رَبِّ ٱلسِّجۡنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدۡعُونَنِيٓ إِلَيۡهِۖ وَإِلَّا تَصۡرِفۡ عَنِّي كَيۡدَهُنَّ أَصۡبُ إِلَيۡهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ٣٣
.
“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”.” (Qs. Yusuf: 33)
.
Ayat di atas menunjukkan bahwa (jahil) adalah orang-orang yang bermaksiat kepada Allah dengan melakukan perzinaan.
.
C. Firman Allah,
.
قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيۡسَ مِنۡ أَهۡلِكَۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيۡرُ صَٰلِحٖۖ فَلَا تَسۡـَٔلۡنِ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۖ إِنِّيٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ٤٦
.
“Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan”.” (Qs. Hud: 46)
.
Ayat di atas menunjukkan bahwa (jahil) adalah orang yang meminta kepada Allah sesuatu yang dia sendiri tidak punya ilmu di dalamnya. Dalam hal ini, meminta ampun anaknya yang mati dalam keadaan kafir.
.
D. Firman Allah,
.
إِنَّمَا ٱلتَّوۡبَةُ عَلَى ٱللَّهِ لِلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلسُّوٓءَ بِجَهَٰلَةٖ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٖ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا ١٧  
.
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nisa’: 17)
.
Ayat di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang bermaksiat itu dalam keadaan bodoh ( بِجَهَٰلَةٖ ).
.
Oleh karena itu, sebagian ulama menyatakan:
.
“إنما العلم الخشية”
.
“Sesungguhnya hakikat ilmu adalah rasa takut kepada Allah (sehingga dia menjauhi maksiat)”.
.
Hakikat kebodohan itu adalah tidak takut kepada Allah (untuk berbuat kemaksiatan).
.
Ini sesuai dengan hadist
.
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ
.
“Ya Allah berikan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang bisa menghalangi kami dari berbuat maksiat kepada-Mu.”
.
Di dalam hadist disebutkan ,
.
الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من أتبع نفسه هواها وتمنى على الله
.
“Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah.” (HR. at-Tirmidzi, 2383)
.
Hadist di atas menunjukkan bahwa orang yang Al-‘Ajiz (bodoh) adalah orang yang lupa akhirat, sehingga hidupnya selalu mengikuti hawa nafsunya.
.
Kesimpulannya:
.
Dari ayat-ayat dan hadist di atas, dan dari keterangan sebelumnya, bisa disimpulkan sebagai berikut:
.
Kata (Safih) dan (Jahil) makna keduanya hamper mirip, yaitu orang yang kurang dalam akalnya, hanya saja (safih) banyak digunakan untuk orang yang belum cakap di dalam membelanjakan harta.
Kata (Safih) dan (Jahil) dalam Al-Qur’an kadang digunakan untuk menyebut orang yang bermaksiat; seperti berbuat syirik, berzina, mengikuti hawa nafsu, dan perbuatan maksiat lainnya.
Inilah yang  dimaksud firman Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 13 di atas.
.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ ءَامِنُواْ كَمَآ ءَامَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوٓاْ أَنُؤۡمِنُ كَمَآ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَآءُۗ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَٰكِن لَّا يَعۡلَمُونَ ١٣
.
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”. Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” (Qs. Al-Baqarah: 13)
.
Maksudnya bahwa orang-orang munafiklah sesungguhnya yang “bodoh” tidak mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak tahu akibat tidak beriman adalah mendapatkan adzab yang pedih di neraka