Faedah Ilmu Tentang Pemilu di INDONESIA dan Apakah Salafi Golput atau Nyoblos (Bag.6) 

Alhamdulillah

Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

••

1.Cara Orang Murtad kembali Masuk Islam

2.Sikap Mudarah dan Mudahanah Terhadap Kemaksiatan

3.Hadits Lemah Tasyahud Dalam Sujud Sahwi

4.Berlapang Dada dalam Ikhtilaf Mu’tabar

5.Apakah Ada Siksa Kubur Bagi Jasad Yang Terbakar/Tidak Berbentuk?

6.Pentingnya Saksi Dalam Akad Hutang Piutang 

7.Ingin Menikah Di Bulan Ramadhan

8.Istikharah, Untuk Pilihan Terbaik

9. sumbangan islam dalam memajukan negeri ini

==

Mengolok-Olok Agama Allah-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 

Bahaya Tidak Berhukum dengan Hukum Allah-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy

Hukum Allah VS Hukum Manusia-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy

Syirik dalam Hal Ketaatan-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy

Syirik dalam Hal Tawakal-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 

BENANG KUSUT DALAM PERBAIKAN UMAT”AL USTADZ DZULQARNAIN M SUNUS

=

Ebook

Fatwa Ulama Seputar Penguasa Di Era Kontemporer-Abul Fatih Ristiyan 147Hlm 

Pandangan Tajam Terhadap Politik, Antara Haq Dan Bathil-Syaikh Abdul Malik Al-Jazairi-30Mb 368Hlm 

Rukun Islam-90Hlm 

Syahadatain (makna, rukun dan, syarat Dua Kalimat Syahadat)-17Hlm

Al-Qauluts Tsabit (Memahami Tauhid Dengan Benar)-43Hlm

Ucapan Yang Teguh Dalam Kalimat Tauhid-71Hlm

Tingkatan Di Dalam Islam (Islam,Iman dan Ihsan)-370Hlm

Penjelasan Tentang Rukun Iman-116Hlm

Keistimewaan Adab Islam-22Hlm

Ringkasan Adab Islam (Beberapa adab yang diatur di dalam Islam, mulai dari adab; makan, di masjid, berdoa, membaca Al-Qur’an, bertamu, menjenguk orang sakit,berpergian, hingga adab tidur)-56Hlm

.

==

Faedah Ilmu Tentang Pemilu di INDONESIA dan Apakah Salafi Golput atau Nyoblos (Bag.6)

Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada.Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba’du:

Berikut pembahasan tentang, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat,

==

  • Faedah bg penuntut ilmu

Semakin banyak belajar, Anda akan semakin tahu banyaknya perbedaan pendapat .. sehingga Anda akan semakin dewasa dlm menyikapinya.

• Tapi di saat yg sama, mereka yg masih jahil akan menganggapmu tidak kokoh, ngambang, ga jelas, dan sebutan tdk baik lainnya ..bukan krn keadaanmu spt yg mereka katakan .. ,

• Tapi karena keterbatasan mereka yg blm bisa memahami ilmu yg engkau sampaikan.

• Oleh karena itu, pahamilah keadaan ini, sehingga engkau tidak mudah tersinggung .. dan tetaplah berusaha utk terus belajar dan terus mengajar .. biarkan mereka bersuara, kafilahmu tetap berlalu.

Semoga kita semua husnul khatimah, amin.

Oleh: Ad Dariny

==

  • Mengejar Perolehan Suara

Da‘i yang mengejar perolehan suara dengan cara merusak akidah umat, maka dia tidak sadar akan mana yang lebih utama dan prioritas.

Setiap orang beriman dan berakal pasti percaya bahwa akhirat lebih baik dari dunia, dan lebih kekal. Dan akidah adalah urusan akhirat.

Suatu ketika Sahnun mengunjungi Ibnul Qashshar yang sedang sakit. Sahnun berkata, “Kegelisahan apa ini?”

Ibnul Qashshar menjawab, “Maut dan perjalanan menghadap Allah.”

Sahnun bertanya, “Bukankah engkau:

membenarkan dan meyakini rasul, hari kebangkitan, hisab, surga, neraka?

– dan bahwa orang yang paling utama di kalangan umat ini adalah Abu Bakr kemudian ‘Umar?

– dan al-Quran adalah kalamullah bukan makhluk?

– dan bahwasanya Allah akan dilihat pada hari kiamat dan Dia berada tinggi di atas ‘Arsy?

– dan selain itu kau juga tidak memberontak terhadap para penguasa meskipun mereka zalim?’

Ibnul Qashshar menjawab, “Benar, demi Allah. Demikianlah keyakinanku.”

Sahnun berkata, “Kalau begitu, matilah kapan pun kau mau, matilah kapan pun kau mau!”

Siyar A’lam an-Nubala’ (12/67

=

Keras dalam masalah nyoblos ataukah golput, pertanda tidak paham bahwa ini masalah furu’.

Lembek dalam pelanggaran syariat terkait muamalah dengan penguasa, penyikapan terhadap berita, dan bermudah-mudah dalam laqab dan tuduhan, pertanda tidak paham bahwa ini masalah ushul.

Jeli lah dalam melihat mana yang ushul dan mana yang furu’, lalu bersikaplah sesuai kedudukannya.

Setiap politisi yang janjinya muluk-muluk, bahkan terkesan mustahil, maka tinggal menunggu waktunya dia untuk disebut sebagai tukang ngibul.

Imam Ahmad ditanya:

كيف تعرف الكذابين؟

Bagaimana engkau mengenali para pendusta?”

Beliau menjawab:

بمواعيدهم

Dengan melihat janji-janji mereka.”

Janganlah kampanye-mu membuatmu berlaku tidak adil dan melampaui batas.

Semua tuduhanmu akan dipertanggung jawabkan di akhirat

Oleh: Ristiyan R.Putradianto

=

  • Gelar Doktor


Entah siapa orang yang paling pertama menyebutkan gelar doktor sebagai perendahan dan pengerdilan terhadap Asatidz dan Du’at Salafiyyun di Negeri ini, sehingga kemudian diikuti dengan begitu latah dan kurang ajar oleh kalangan Mad’u..
Betapa besar kelak tanggung jawabnya di sisi Allah ketika semua kita akan di-Hisab
..
ﺣﺴﺒﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻧﻌﻢ ﺍﻟﻮﻛﻴﻞ
Oleh: Musamulyadi Luqman 
=

  • Nasehat

Ada diantara ikhwan yang tatkala ada tokoh-tokoh yang mendedikasikan diri-diri mereka untuk ummat, lalu mereka berbicara dengan hal-hal kontroversi dihadapan publik, yang mau tidak mau akan menghasilkan kontroversi, karena segala pembahasan yang membicarakan suatu hukum yang keluar dari hukum asal yang disepakati, barang tentu akan menuai pandangan yang beragam dalam turunan hukumnya, yang dengan itu mereka mau tidak mau akan diinkari oleh ikhwan mereka yang lainnya yang mengkritisi terkait tema-tema kontroversi yang sedang dibahas dihadapan publik tersebut. Kemudian mereka (para fans) membela tokoh-tokoh masing-masing dengan ta’asshub dan tidak terarah.

Ada yang membela karena gelar-gelar mereka, ada yang membela karena kesukuan mereka, ada yang membela karena kecintaan mereka, dan lainnya, dan mereka tidak berbicara dengan turunan-turunan hukum dari apa yang sedang dibicarakan tatkala menyerang atau membela tokoh-tokoh mereka, dan mereka keluar dari masail apa yang sedang dibahas yang sedang diinkari itu, dan mereka murni melakukan serangan dan pembelaan diatas fanatisme.

Harusnya mereka yang tidak faham, atau belum faham ilmunya ini jadi penonton saja, tidak kekanan, dan tidak kekiri, tapi diam dizaman-zaman fitnah.

Atau berbicaralah jika memang ada pandangan-pandangan yang mencerahkan.

✅ Nasehat as-Syaikh Shaalih al-Fauzaan hafizhahullah:

قالَ العلاّمـةُ صالح الفوزان – حفظه اللهُ تعالى – :

فإنّه من الواجب على المسلم وقت الفتن أن يتكلّم بالحق، ويبين ذلك الحق، فإن لم يكن عنده مقدرة على الكلام، أو كانت عنده تلك المقدرة لكنه مُنع من ذلك، فعليه أن يسكت.

【 شرح الكبائر ( ٤٤٨ ) 】

Berkata al-‘Allaamah Shaalih al-Fauzaan hafizhahullahu ta’aalaa:

Dan sungguh termasuk diantara perkara yang wajib atas seorang muslim ketika terjadi fitnah, hendaknya ia berbicara dengan alhaq, dan menjelaskan alhaq itu, dan jika ia tidak memiliki kemampuan berbicara, atau ia memiliki kemampuan tersebut, tetapi ia dihalangi dari itu, maka wajib atasnya diam”.

[Syarhul Kabaair 448]

Janganlah kita menjadi penuntut ilmu yang fanatisme, jangankan orang-orang dizaman ini yang fakta sangat jauh dari rasulullah, dizaman sahabat saja banyak orang yang dulunya bertemu sahabat nabi, dipuji sahabat tetapi diakhir hayatnya menyimpang.

✅ Antum ingat Ibnu Muljam, tokoh khawarij yang membunuh ‘Ali bin Abi Thalib ?

Khalifah Umar bin al-Khatthab pernah menugaskan Ibnu Muljam ini ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Alquran kepada penduduk mesir.

Dan Khalifah Umar bin al-Khattab bahkan berkata untuknya:

Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Alquran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Alquran kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash”.

 => Namun akhirnya, ia tersesat.

Atau antum masih ingat Washil bin ‘Atha’ ?

Jika antum kenal, maka orang ini dahulu murid Hasan al-Bashri yang sangat cerdas, tetapi akhirnya ia menjadi tokoh Mu’tazilah.

Jadi, dizaman salaf saja, digenerasi sebaik-baik ummat saja, yang mereka benar-benar berguru dengan orang-orang pilihan, ternyata mereka tersesat, apalagi manusia-manusia dizaman ini.

Untuk itu, bila memang ingin membela siapapun itu, belalah dengan hujjah yang shahihah atas apa yang sedang dibahas, dan jangan menyebut guru-guru mereka, kampus-kampus mereka, gelar-gelar mereka, tempat kelahiran mereka, karena ini tidak ada kaitan dengan bahasan, karena faktanya, ada orang yang terlahir dari sumber yang sama memiliki pandangan yang berbeda.

Nasehat terakhir pada status ini, Siapapun yang akan dibantah dan siapapun yang akan dibela, maka bantah dan belalah dengan hujjah dan bayan atas apa yang sedang dibahas, dan jangan membela karena ‘Ashabiyah.

Karena ini akan mempertajam perselisihan..

Allah telah mempersatukan bangsa arab yang bermusuh-musuhan karena fanatisme golongan, lantas apakah kita akan cerai beraikan qaum muslimin yang sudah dipersatukan Allah diatas alquran dan assunnah dengan fanatisme golongan ?…

~ Semoga Allah kokohkan kita semua diatas sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama, beramal diatasnya, dan dimatikan diatasnya ~

=

  • ➡Hakikat Ilmu Bukan Pada Gelar

Sebagian ikhwan membanggakan duktur ini, duktur anu, lalu dengan membawa ucapan ini merendahkan saudara mereka yang lainnya. Ini hanya memperpanjang benih perselisihan.

Harusnya, mereka tidak seperti itu.

Kenapa mereka gak mempertanyakan diri-diri mereka sendiri, apa yang sudah saya dapat hari ini ?

Ilmu apa yang sudah saya amalkan ?

Untuk apa membanggakan gelar duktur milik orang lain lalu dengan itu mereka jadikan untuk saling berselisih ?,

kalaulah mereka mau merenungi fatwa syaikh Shaalih al-Fauzan berikut, dengan idzin-Nya mereka akan faham bahwa hakekat ilmu bukan pada gelar.

يقول معالي الشيخ د/ صالح الفوزان حفظه الله :

« الذين يتعلمون الآن كثيرون، والجامعات مفتوحة، والذين يتخرجون كثيرون، لكن ليس فيهم علماء،

👈 معه أرفع الشهادات ولو تسأله عن أسهل المسائل لا يستطيع أن يجيب جوابا صحيحا ».

⭕ كأن تسأله عن الجمعة بخطبة واحدة !!؟

[ شرح كتاب الفتن والحوادث (صـ 124) ].

✅ Artinya:

Berkata Ma’aliyus Syaikh Dr Shaalih al-Fauzaan hafizhahullah:

Orang-orang yang belajar sekarang ini banyak, berbagai universitas terbuka, orang-orang yang lulus banyak, tetapi tidak ada diantara mereka itu menjadi ulama, disisinya ada berbagai ijazah tertinggi, dan andai engkau bertanya kepadanya tentang berbagai macam perkara yang paling mudah, niscaya ia tidak mampu menjawab dengan jawaban yang shahih. Misal engkau tanyakan mengenai jum’at dengan satu khuthbah ?”.

[Syarh Kitaabil Fitan Wal Hawaadits hal 124]

Harusnya siapapun itu, mau duktur atau tidak duktur jika bersesuaian sunnah ambil, bila tidak ditinggalkan, kalau ada perselisihan luruskan jika ada kemampuan, jika tidak cukup jadi penonton dan penyimak saja bila belum cukup ilmu alatnya untuk diskusi.

✅ Tidak bagus belajar hanya untuk berbangga-bangga, diri sendiri belum banyak dapat apa-apa tapi membanggakan orang lain.

Apa yang akan dikatakan tatkala Syaikh berucap demikian…???

Ilmu itu untuk beramal, bukan berbangga-bangga dan membanggakan gelar.

Dizaman salaf tidak ada duktur dan profesor, tapi ilmu mereka tetap dipakai..

Pernahkah kita mendengar Dr as-Syaafi’i penulis kitab al-Um dan ar-Risalah ?

Pernahkah kita mendengar Dr Maalik, penulis al-Muwattha’ ?

Pernahkah kita mendengar Dr Ahmad bin Hanbal penulis al-Musnad ?

Atau pernahkah kita mendengar Dr al-Bukhari penulis Shahih Bukhari ?

Ataukah pernahkah kita mendengar Dr Abul Abbas yang kita kenal bin Taimiyah penulis Majmu’ al-Fataawaa ?..

Ulama’ zaman dahulu, gelarnya tidak ada tapi ilmunya berkah. Adapun kita sekarang ini, belajar hanya untuk mencari gelar dan berbangga-bangga.

✅ Tanpa bermaksud merendahkan Dr ataupun tidak duktur, tapi hanya mengajak kembalilah belajar ilmu itu untuk diamalkan bukan berbangga-bangga dengan gelar. Siapa saja berucap menyelisihi sunnah maka tinggalkan ucapannya sekalipun Duktur, siapa saja berjalan sesuai sunnah maka kita ambil ucapannya sekalipun budak hitam.

~ Kita belajar ilmu untuk beramal bukan untuk berdebat, berbangga-bangga, apalagi membanggakan ilmu dan gelar milik orang lain, ini bukan karakter penuntut ilmu ~

Oleh: Hanafi Abu Abdillah Ahmad

=

  • Dr.Muhammad Arifin Badri BukaKhawarij

✅ Asas khawarij yang sering diulang-ulang oleh para ulama kita ialah : mengkafirkan pelaku dosa besar selain kesyirikan, memberontak pemimpin muslim, dan menghalalkan darah kaum muslimin. Silahkan ditelaah kembali penjelasan Asy-syaikh Shalih Al-Fauzan di kitab-kitab beliau, terutama Durus fi Syarh Nawaqidh al-Islam.

✅ Adapun mengkritik pemimpin secara terbuka, maka ini keluar dari hukum asal, yaitu tidak didepan khalayak. Para ulama semisal Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin memberikan perincian dalam soal jawab liqo’ Maftuh dengan beliau, bahwa jika terdapat mashlahat ketika menampakkan pengingkaran secara terbuka terhadap kebijakan penguasa maka tidak mengapa mengingkari kebijakan penguasa secara terbuka, yaitu hilangnya kemungkaran dan tergantikan dengan kebaikan.

✅ Perincian seperti ini wajib dipahami agar tidak serampangan memvonis khawarij bagi setiap ahli ilmu yang mengingkari penguasa didepan khalayak tanpa mengajak memberontak dan sama sekali jauh dari 3 asas khwarij di atas dan tidak sedang memprovokasi ummat untuk memberontak, maka lakukanlah perincian !

✅ Karena vonis serampangan demikian akan berkonsekuensi tertuduh pula banyak ulama mulai dari An-Nwawi yang membanting pintu dengan keras di depan pemimpin, Ahmad bin Hambal yang tegas menyuarakan kemungkaran Aqidah pemimpin, hingga sahabat ‘Ubadah bin Shamit yang terang-terangan mengingkari sebuah kebijakan Mu’awiyah, Ibnu Mu’thy beserta ahlul Madinah di masa silam dll.

Menuduh orang lain khawarij dalam kasus ini butuh ilmu yang kuat, tidak sekadar khatam membaca ushulus Sunnah lantas seenaknya menuduh khwarij. Khwarij adalah anjing neraka yang diperangi hingga diperselisihkan kekafiran mereka oleh para ulama. Adapun atsar-atsar yang kita dapati tentang orang-orang yang menghina para Amir, mereka memang asalnya khwarij yang berasaskan dengan 3 asas khawarij diatas.

✅ Jangan sampai tuduhan itu salah, ternyata fitnah Khawarij kelak akan berbalik ke penuduh dalam keadaan sang penuduh menuduh serampangan dan tidak bertaubat dan menarik tuduhannya, sementara Allah jaga yang tertuduh dari fitnah khwarij.

Oleh: Abu Hanifah Ibnu Yasin

=

  • Polemik Pemilu

Banyak ikhwah yang salah paham dan langsung buruk sangka kepada Al-Ustadz Dr. Sofyan Baswedan terkait pernyataan beliau yang tersebar terkait pilpres. Padahal maksud beliau yang golput pun tidak dapat lepas dari demokrasi adalah tidak lepas dampaknya. Mau golput atau tidak maka dampaknya pasti berimbas ke semua pihak selama ia hidup di negeri ini.

✅ Imbas inilah yg kemudian dijadikan oleh para ulama kibar sebagai ‘illah dasar untuk membawanya ke kaidah muwazanah antara Mashalih dan Mafasid. Sementara sebagian orang hanya membatasi akhaffu dhararain / mafsadatain hanya pada perkara mahzhurat, ini jelas bertolakbelakang dengan apa yang dijelaskan oleh para ulama dan yang tertera di kitab-kitab Qawaid fiqhiyyah, bahkan kitab-kitab dasar sekalipun.

Inilah bedanya kelas ulama kibar dengan selain mereka yang hanya menimbang kaidah tersebut berlaku hanya pada saat terpaksa atau darurat dan semisalnya. Padahal pijakan ulama kibar dalam fatwa-fatwa mereka yang membolehkan berpatisipasi dalam pilpres adalah

موازنة بين المصالح والمفاسد

Kekeliruan pemahaman ini mungkin karena membatasi mafsadah itu hanya jiwa, padahal kenyataan ada 5, ini pun disebutkan oleh para di buku-buku Aqidah bahkan. Oleh karena itulah sebagian kaum goncang dengan fatwa Faqihnya zaman ini Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah yang memperbolehkan kaum muslim di USA untuk memilih diantara dua kandidat presiden USA yang keduanya kafir hanya karena ditinjau dari aspek manfaat dan mudharat yang berkaitan dengan kaum muslimin, dikesempatan lainnya bahkan beliau mewajibkan berpartisipasi dalam pemilihan pemimpin.

Polemik ini sebaiknya dilanjutkan di lanjutkan forum diskusi para ahli ilmu dihadapan masyaikh kibar, inilah adab yang sering terlupakan : yaitu mengembalikan perkara nawazil kepada masyaikh kibar, karena keberkahan bersama mereka

✅ Beberapa jenis jurkam di FB : Jurkam 01, Jurkam 02, Jurkam golput, jurkam golput rasa 01 / 01 rasa golput. Anda yang mana ?

Semoga Allah merahmati kita semua

Oleh: Abu Hanifah Ibnu Yasin

=

  • ➡Kedzaliman Pada Kasus Pemilu

Banyak kedzaliman ternyata dalam kasus yang hangat ini, entah disengaja atau karena memang tidak paham

✅ 1. Menyamakan hukum demokrasi, pemilu demokrasi dan hukum berpatisipasi dalam pemilu. Padahal ulama hanya membolehkan berpatisipasi dalam pemilu dengan timbangan mashlahat dan mafsadat. Namun mereka dengan cara kotor selalu mengaitkan kepada hukum demokrasi terkait hukum berpatisipasi dalam pemilu.

✅ 2. Menyatakan bahwa para ustadz yang membolehkan berbicara tentang bolehnya berpatisipasi dalam pilpres dianggap tidak memenuhi syarat karena tidak mendalami politik. Hakikatnya ini adalah tikaman kepada para ulama kibar yang berbicara tentang hal ini juga, karena ulama pun tidak berdalam-dalam mempelajari demokrasi dan ini sama sekali bukanlah syaratnya untuk mengomentari apalagi berfatwa. Hakikatnya para ustadz hanya mengutip fatwa mereka sesuai dengan timbangan dan pijakan para masyaikh tersebut.

✅ 3. Menjuluki para ustadz dengan julukan-jukukan liar semisal mabok politik, jurkam dan julukan-julukan aneh lainnya yang jelas dan nyata sebagai bentuk pelecehan dan olok-olok. Namun tatkala seorang Doktor Ushul fiqh dari UIM menyatakan bahwa Asy-Syaikh Abdul Muhsin lebih kibar dari semua ustadz di Indonesia (padahal memang demikian dan tidak ada yang mendustakan) serta merta dianggap sebagai pelecehan kepada ustadznya. Ini jelas menabrak akal sehat dan kenyataan sekaligus memamerkan fanatisme rabun menjelang kebutaan kepada ustadznya.

✅ 4. Menganggap masalah ini adalah mutlak haram, bukan perkara ijtihadiyyah.

Silahkan berbeda pendapat, namun ilmiah dan kejujuran serta taqwa harus tetap dikedepankan

=

  • Perselisihan

Ditampakkan perselisihan antara dua kelompok dari kalangan muslimin dan kita pun tidak memahami hakikatnya, maka yang selamat ialah diam dan tidak berkomentar sama sekali terhadap perselisihan tersebut. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahmatullah ‘alaihi menjelaskan hal ini setelah beliau panjang lebar memaparkan sikap yang benar dari setiap individu muslim terhadap perselisihan yang terjadi diantara para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

✅ Beliau berkata :

وليس هذا خاصا بِما جرى بين الصحابة فقط، بل ينهى عما شجر بين هؤلاء، سواء كانوا من الصحابة، أو ممن بعدهم، فإذا تشاجر مسلمان في قضية ومضت، ولا تعلق للناس بها، ولا يعرفون حقيقتها، كان كلامهم فيها كلاما بلا علْم ولا عدل يتضمن أذاهما بغير حق، ولو عرفوا أنهما مذنبان أو مخطئان، لكان ذكر ذلك – من غير مصلحة راجحة – من باب الغيبة المذمومة

Dan hal ini (menahan diri dari berkomentar terhadap perselisihan para sahabat) tidak hanya berlaku pada perkara yang terjadi dikalangan para sahabat saja, namun terlarangnya ikut mengomentari perselisihan yang terjadi diantara mereka juga berlaku baik perselisihan tersebut terjadi pada kalangan sahabat atau dari orang-orang yang ada setelah para sahabat.

Apabila dua muslim terlibat perselisihan pada suatu kasus dan terus berlanjut dan perselisihan tersebut tidak ada kaitannya dengan khalayak, mereka pun tidak tidak mengetahui secara pasti hakikat kasus tersebut, maka komentar mereka terhadap kasus tersebut adalah ucapan tanpa ilmu dan tidak ada keadilan dalam ucapan tersebut dimana komentarnya hanya menyakiti kedua muslim yang berselisih tadi walaupun mereka mengetahui bahwa kedua muslim tadi sama-sama berdosa dan keliru. Namun mengomentarinya tanpa ada mashlahat yang kuat adalah termasuk diantara ghibah yang tercela” (Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah hal. 448-449 jilid 4)

Oleh: Abu Hanifah Ibnu Yasin

== ÷÷÷÷ (Lanjut ke Halaman 2) ÷÷÷÷