Maksimalkan Ramadhan dan Membidik Surga Di Bulan Puasa 

Alhamdulillah

Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in

••

3 Penyebab Kesengsaraan-Ustadz Dr.Syafiq Basalamah.webm
https://app.box.com/s/0js2aw6478qx6c6qeu8xur71t56cbmcl
7 Keutamaan Sahur Ramadhan-Ustadz Johan Saputra Salim.webm
https://app.box.com/s/ommfjujmhx9sxmy4h4n0xw7alvhcm6f1
Cara Tahu Allah Inginkan Kebaikan Untukmu-Ust.Anas Burhanuddin dan Muflih Safitra.webm
https://app.box.com/s/ywnktvsksgqmc7l8bv5ene2264dymbrl
Fiqih Puasa Kontemporer-Ustadz DR.Erwandi Tarmizi.mp3
https://app.box.com/s/jrnwcm2hw566mr8wmfiabmzoyvdh1qit
Ini Saatnya Umat Islam Berdo’a-Ust.Dr.Syafiq
Basalamah.webm
https://app.box.com/s/tbllqfkkyk7ygbqets92wpdkbwhb5qd6
Masa Mudamu Kau Habiskan Untuk Apa-Ust.Abdurrahman Thayyib.webm
https://app.box.com/s/hm0f9rbriao1c98100crfxazynpfnb3a
Nikmat Negeri Aman – Ustadz Harits Abu Naufal.mp3
https://app.box.com/s/v9jud7ruo40wdtkh0jigo03it1l66asm
Qadha Sholat _ Dr. Musyaffa Ad Dariny_ MA.mp3
https://app.box.com/s/mw9n8314m7541xwkya3zk0v3j8og0o4e
Serial Ramadhan (Adab Membaca Al-Qur’an)-Ustadz Ahmad Firdaus.webm
https://app.box.com/s/68r3zdlrx289e2l8o7xe1u88dw3kxqfo
Tata Cara Sholat yang Benar Sesuai Sunnah LENGKAP-Batasan Thumaninah Dalam Sujud.mp4
https://app.box.com/s/kwdq1jdcb9a4f19vt8qewmi91jyeri4d
Tata Cara Sholat yang Benar Sesuai Sunnah LENGKAP-Cara Duduk Diantara Dua Sujud Yang Benar.mp4
https://app.box.com/s/y9pjvza5qysuc13twxe5rk1c4sj91fdv 

Maksimalkan Ramadhan dan Membidik Surga Di Bulan Puasa

Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada.Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba’du:

Berikut pembahasan tentang, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat,

kunjungi blog di https://bit.ly/2L0zNlR

Ebook Islam https://bit.ly/2vjhBt1

Mp3 Kajian: https://bit.ly/2Vg2wqJ

Ebook Islam 2: https://bit.ly/2UBykBM

mp3 kajian sunnah 2: https://bit.ly/2DDAn2x

Gabung Grup Kajian Sunnah dan Bimbingan Islam: https://bit.ly/2IAuxmR

***

  • Membidik Surga Di Bulan Puasa

Saudaraku, Malaikat Jibril ‘alaihis salam pernah menegaskan tiga hal. Ketiganya merupakan keburukan, dan malaikat Jibril mendoakan kebinasaan -kecelakaan- kepada ketiga pelakunya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamininya:

PERTAMA: Seorang yang tidak bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika nama beliau disebut di sisinya.

KEDUA: Seorang yang sempat mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya, namun kesempatan emas itu tidak menyebabkan dirinya masuk surga.

KETIGA: Seorang yang berkesempatan berjumpa dengan bulan Ramadan namun momen istimewa tersebut tidak menjadikan dosanya diampuni oleh Allah ta’ala. (Hadis sahih riwayat Ibnu Hibban)

Oleh karena itu, jika kita tidak ingin didoakan keburukan oleh Malaikat Jibril ‘alaihis salam yang diamini oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hendaknya kita memperhatikan tiga hal berikut:

PERTAMA: Memperbanyak shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadan, khususnya di hari Jum’at, dan berusaha untuk selalu bershalawat kepada beliau ketika nama beliau disebut di hadapan kita.

KEDUA: Berbakti kepada kedua orang tua, khususnya di bulan Ramadan, demikian pula di bulan-bulan lainnya.

KETIGA: Manfaatkanlah bulan Ramadan dengan berbagai macam amal saleh, seperti berpuasa, shalat tarawih, memperbanyak tilawah al-quran dan dzikir, bersedekah, umroh, itikaf, berbagi buka puasa, membantu orang lain yang membutuhkan, dan ibadah-ibadah lainnya. Jangan lupa pula untuk meluruskan niat dalam mengerjakannya.

Jika kita perhatian dengan tiga hal di atas, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan membalas diri kita dengan surga. Semoga Allah memberikan taufik dan kemudahan. Aamiin.

Sumber:

Membidik Surga Di Bulan Puasa

***

  • SUNNAH MAKAN KURMA DENGAN SEMANGKA

ﻋَﻦْ ﺃﻡ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ : ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَﻳَﺄْﻛُﻞُ ﺍﻟﺒِﻄِّﻴﺦَ ﺑِﺎﻟﺮُّﻃَﺐِ , ﻭﻳﻘﻮﻝ : ﻳﺪﻓﻊ ﺣﺮ ﻫﺬﺍ ﺑﺮﺩ ﻫﺬﺍ

Dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha: Bahwasanya Nabi ﷺ memakan semangka dengan kurma basah (rhutab) dan berkata: ‘Panasnya yang ini dilawan dengan dinginnya yang ini.” [HR Abu Daud 3822 dan At-Tirmidzi 1843 dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]

Untuk khasiat semangka dan kurma, silahkan tanya mbah google. Yang terpenting, mencontoh dan menteladani sunnah Nabi, pasti-mengandung manfaat dan penuh keberkahan.

****

  • ➡ SEHARI KHATAM AL-QUR’AN?

Hadar merupakan salah satu tingkatan dalam tilawah al-Qur’an. Artinya ialah membaca al-Qur’an dengan cepat dengan tetap memperhatikan hukum-hukum tajwid.

Membaca al-Qur’an dengan model ini merupakan cara paling cepat dibanding lainnya. Bila dilakukan terus-menerus tanpa memperhatikan waktu istirahat, maka seseorang dapat mengkhatamkan al-Qur’an dalam durasi paling cepat 7 atau 8 jam.

Di bawah ini beberapa contoh qiroah hadar. Silakan didengarkan, disimak dan coba dilakukan. Bila bacaan al-Qur’an seorang sudah bagus, insyaallah ia akan dapat -minimal- menyimaknya, atau bahkan mengikutinya (membaca dengan cara tersebut). Selamat dicoba. Semoga berhasil. Waffaqokumullahu jamii’an.

✅ (1). Contoh pertama:

Full 30 Juz (7 jam 30 menit)

Qori: Syaikh Ahmad Diban

https://youtu.be/r2GDPAiC9bA

✅ (2). Contoh kedua:

Surat al-Baqoroh (1 jam 20 menit)

Qori: Syaikh Musyari Rasyid al-‘Affasiy

https://youtu.be/9YmVzG4AD7o

✅ (3). Contoh ketiga:

Surat al-Fatihah & al-Baqoroh (1 jam 17 menit)

Qori: Syaikh Yasir Salamah

https://youtu.be/T-zp3Klw3dg

✅ (4). Contoh keempat:

Surat al-Baqoroh (1 jam 2 menit)

Qori: Syaikh Dr. Mahir ‘Ulwan

https://youtu.be/UeqnQFG3OE8

Semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Baarokallahu fiikum jamii’an.

**

  • BACA AL-QURAN BERSAMA atau SAMA SAMA BACA AL-QURAN ?

Berbeda antara baca Al Quran BERSAMA (jama’i) dengan SAMA SAMA baca al Quran (infiradi). Adapun yang di syari’akan itu adalah SAMA SAMA baca al Quran sebagaimana yang terlihat pada gambar.

Sama sama membaca al quran yaitu masing masing membaca al quran walaupun di satu majlis yang sama, membaca dengan tidak saling mengganggu satu sama lain, tidak saling mengeraskan suara dengan bacaannya, maka sangat beda dengan BACA AL QURAN BERSAMA (jama’i) dimana al Quran dibaca dengan satu suara bersama sama, di pimpin oleh satu pimpinan.

Seperti ada istilah sama sama BERDZIKIR dan DZIKIR BERSAMA (dzikir jama’i) , maka yang benar adalah SAMA SAMA BERDZIKIR, SAMA SAMA BACA AL-QURAN,,

**

  • Yuk, Maksimalkan Ramadan

Bulan Ramadan merupakan momen yang tepat untuk kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kita semua tentu menginginkan bisa benar-benar kembali kepada Allah dengan taubat nasuha dan memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Mengingat keutamaan bulan itu yang begitu banyak sekali. Namun, Iblis dan bala tentaranya -dari golongan jin dan manusia-, menginginkan agar kaum muslimin jauh darinya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَاللَّهُ يُرِيْدُ أَنْ يَتُوْبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيْدُ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيْلُوْا مَيْلًا عَظِيْمًا

Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). (QS. an-Nisa: 27)

Semestinya, di bulan puasa seorang muslim memperbanyak ibadah kepada Allah ta’ala; menjaga shalat lima waktu, berpuasa di siang hari, mengerjakan shalat tarawih di malam hari, memperbanyak membaca al-Qur’an, memperbanyak zikir kepada Allah (zikir setelah shalat fardu, zikir pagi petang, dll.), meluangkan waktu untuk menelaah ilmu agama, dan berbagai kebaikan lainnya.

  • Namun, di bulan puasa, begitu banyak tarikan-tarikan negatif untuk menyia-nyiakan waktu, seperti:

Menghabiskan waktu di depan program-progam TV/SINETRON/ACARA GHOSIP(GHIBAH)

– Menghabiskan waktu di depan PS/GAME MOBILE

– Menghabiskan waktu dengan sia-sia di depan Laptop/komputer

– Menghabiskan waktu dengan sia-sia di depan layar HP

– Menghabiskan waktu dengan sering-sering belanja

– Atau dengan kegiatan tidak penting lainnya.

Hendaknya kita berusaha untuk bakhil alias pelitterhadap waktu. Berusaha untuk memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, baik di luar bulan puasa apalagi ketika di bulan puasa. Sehingga kita keluar dari bulan itu membawa banyak pahala dari Allah ta’ala. Demikian pula, dengan mendapatkan ampunan dari-Nya.

Semoga kita diberi taufik dan kemudahan untuk istiqomah melakukan kebaikan. Aamiin.

Sumber: https://www.sulhan.net/yuk-maksimalkan-ramadan

**

  • SALAH KAPRAH BUKBER

Perhatikanlah istilah “bersama” atau “berjamaah” seperti shalat bersama, puasa bersama, baca Quran bersama, adzan bersama, dzikir bersama, sholawat bersama, dan lain lain dari perkara ibadah, yang semua istilah bersama atau berjamaah dalam masalah ibadah itu sangat butuh kepada dalil , karena ibadah adalah tauqifiyyah artinya mencukupkan diri dengan berpijak pada dalil yang shahih. Termasuk dalam masalah buka bersama atau buka berjamaah.

  • ➡ (1) BUKBER YANG SALAH :

Buka bersama kalau tujuannya adalah semata mata “bersamanya” atau “berjamaahnya”, sehingga diantara kaum muslimin bawa makanan masing masing atau patungan beli makanan demi bisa buka bersama, atau agar bisa kumpul bareng makan bersama sama baik di masjid atau di tempat tertentu maka hal ini termasuk perkara yang di ada adakan, tidak ada contoh dari salafus shalih mereka sengaja semata mata buka bersama.

  • ➡ (2) BUKBER YANG BENAR :

Adapun buka bersama dengan cara seorang di antara yang punya kelebihan harta dari kaum dermawan menyediakan makanan bagi orang orang yg berpuasa terlebih orang orang miskin, baik di masjid atau di rumah, baik dengan cara mengundang mereka untuk makan buka puasa ataupun dibagikan ke rumah rumah mereka maka hal ini di anjurkan sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam :

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Barangsiapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR Tirmidzi : 807, Ibnu Majah :1746, dan Ahmad 5/192)

✅ Al Munawi rahimahullah menjelaskan bahwa memberi makan buka puasa di sini boleh jadi dengan makan malam, atau dengan kurma. Jika tidak bisa dengan itu, maka bisa pula dengan seteguk air.[Faidul Qodhir, 6/243 ]

✅ Syaikh Shalih bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah menjawab pertanyaan tentang hukum buka bersama :

هذا محدث، هذا محدث، الإفطار الجماعي، والصيام الجماعي، وقيام الليل الجماعي كما يفعله بعض الشُّباب هذا كلّه مُحْدَث، لا أصل له. فكلٌّ يُفطر في مكانه، وفي بيته إلا إذا كان واحد يبذل فطور للَّصائمين، تحضر وتُفطِر معهم، مِن مُحسنٍ من المحسنين يعمل افطار؛ فهذا لا بأس. أمَّا أنَّكم تتعمَّدون الجماعي تعمُّدًا؛ فهذا لا أصل له. اهـ

Bukber ini perkara yang diada adakan, buka berjamaah (bersama), puasa bersama, shalat malam bersama, sebagaimana yang dilakukan sebagian anak remaja ini semua adalah perkara yang di ada adakan, tidak ada asal usulnya, maka hendaklah semua berbuka puasa di tempatnya masing masing, dirumahnya, kecuali kalau ada seseorang yang menyumbang buka puasa untuk orang yang berpuasa, hadir dan makan bersama mereka dari salah satu mihsinin menyediakan makanan buka puasa maka hal ini baik, adapun bersengaja sekedar berjamaah maka hal ini tidak ada asal usulnya”

✅ Dalam kesempatan lain beliau hafidzahullah mengatakan :

هذا شيء لم يعمله السلف، أنهم كانوا يتقصدون الإجتماع على الإفطار في رمضان و لا في غيره . أما إذا كان الغرض من هذا هو من أجل أن يفطر عنده الفقراء و المحتاجون، يعرضون الإفطار في المسجد من أجل المحتاجين و الفقراء؛ فلا بأس. أما إذا كانوا يجتمعون هم وحدهم، و يقولون هذا فيه فضيلة، هذا ليس من عمل السلف.

Bukber ini tidak pernah dilakukan salaf, dimana mereka bersengaja kumpul kumpul sekedar untuk buka puasa baik pada bulan ramadhan ataupun selainnya, adapun kalau tujuannya agar orang faqir atau miskin bisa buka bersama mereka atau orang yang butuh untuk buka puasa, lalu menyediakan makanan untuk mereka maka ini tidak masalah adapun sekedar kumpul kumpul saja mereka makan bersama masing masing bawa makanan, lalu mereka mengatakan hal ini lebih utama maka hal ini bukanlah amalan kaum salafus shalih” (Di kutip dari https://www.sahab.net)

Demikianlah masalah bukber kami sampaikan karena banyak di sebagian kaum muslimin yang mereka sengaja datang ke masjid bawa makanan masing masing atau patungan dari masing masing jamaah dengan nominal yang sama lalu dari uang patungan tersebut dibuatkan makanan untuk buka bersama, inilah yang dimaksud kan oleh syaikh Al Fauzan hafidzahullah tentang bukber yang tidak disyari’atkan, belum lagi jika acara bukber sambil diselingi maksiyat seperti reunian dengan kawan kawan lama semasa sekolah sambil adanya ikhtilath (campur baur laki laki perempuan), atau misalnya sampai telat shalat berjamaah , maka tentunya hal ini lebih terlarang lagi ,,,demikian semoga bermanfaat,,,Wallahu A’lam…

Abu Ghozie As Sundawie

**

  • SEMANGAT MEMBARA DALAM MENGKHATAMKAN AL-QUR’AN

Di antara hal yang dianjurkan di bulan Ramadan adalah memperbanyak membaca al-Quran. Hal ini merupakan kebiasaan generasi terdahulu. Mereka dahulu bersemangat dalam mengkhatamkan al-Quran hingga beberapa kali di bulan Ramadan.

> Di antara mereka ada yang mengkhatamkan al-Quran setiap 10 hari sekali.

> Di antara mereka ada yang mengkhatamkannya setiap 7 hari sekali.

> Di antara mereka ada yang mengkhatamkannya setiap 3 hari sekali.

> Dan disebutkan di dalam Biografi Abu Abdillah Imam Syafii rahimahullahu bahwa beliau di bulan Ramadan mengkhatamkan al-Quran sebanyak 60 kali.

Hal tersebut bagi orang yang kuat imannya dan gemar mendekatkan diri kepada Allah merupakan hal yang masuk akal dan benar-benar dapat digapai. Adapun bagi orang yang lemah imannya dan kurang dalam mendekatkan diri kepada Allah maka akan dianggap sebagai hal yang tidak mungkin dan akan dikira semacam khayalan belaka.

✅ > Bahkan ada riwayat shahih dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu bahwa beliau mengkhatamkan al-Quran seluruhnya hanya dalam satu rokaat saja. Beliau dapat melakukan hal itu karena kuatnya jiwa dalam mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan karena biasa menyibukkan diri dengan membaca al-Quranul karim.

✅ > Ada riwayat dari beliau radhiyallahu anhu dengan sanad dha’if, bahwa beliau berkata: “Sekiranya hati kita bersih niscaya tidak akan pernah puas dengan firman Allah.”

Oleh karenanya, sekiranya hati seorang hamba itu bersih niscaya ia akan terbiasa dengannya dan akan merasakan kelezatan dengan firman Allah subhanallahu wa ta’ala jauh melebihi kelezatan yang lainnya. Sehingga hal tersebut dapat membawanya untuk memperbanyak mengkhatamkan al-Quran.

Bila beberapa kisah di atas telah terjadi di masa lalu, maka ada juga beberapa kisah semisalnya yang belum lama terjadi.

Syaikh Abdul Aziz al-Ahmad al-Qadhiriy (wafat diumur 108 tahun) telah menceritakan kepadaku bahwa :

✅ > Syaikh beliau, yaitu Syaikh Hamad ibn Faris rahimahullahu mengkhatamkan al-Quran pada bulan Ramadan sebanyak 30 kali.

✅ > Sebagaimana Syaikh beliau, yaitu Syaikh Umar ibn Salim rahimahullahu mengkhatamkan al-Quranul Karim di bulan Ramadan sebanyak 60 kali.

Demikianlah keadaan suatu kaum dimana masa mereka tidak terlalu jauh zaman kita, hanya beberapa puluh tahun yang lalu, tidak lebih dari 60 atau 70 tahun. Mereka berhasil sampai pada tingkatan tersebut, oleh sebab perhatian mereka untuk memperbanyak membaca al-Quran, yang merupakan kesibukan mereka paling besar dari hal selainnya. Sehingga mereka dapat mengkhatamkan al-Quran hingga mencapai bilangan yang telah disebutkan di atas.

Adapun riwayat yang berisi larangan mengkhatamkan al-Quran kurang dari tiga hari, maka situasinya adalah selain pada waktu-waktu atau tempat-tempat utama. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal dan Ishaq bin Rohawaih dan pendapat yang dipilih Ibnu Rojab rahimahumullahu. Sehingga tidak dihukumi makruh hal tersebut ketika dilakukan di bulan Ramadan ataupun dilakukan di kota Mekkah, sebagaimana hal ini merupakan kebiasaan para Salafush-Sholeh.

Hal tersebut tidak bertentangan dengan riwayat hadis larangan. Sebab yang dilarang adalah ketika seorang membiasakan mengkhatamkan al-Quran kurang dari tiga hari jika dikerjakan seumur hidupnya. Adapun melakukannya di waktu atau tempat utama maka ini sudah menjadi kebiasaan generasi pendahulu, menjadi warisan dari generasi ke generasi.

(Cuplikan kajian Syaikh Sholeh al-‘Ushoimi hafizhahullahu)

Muhammad Sulhan Jauhari

=

  • ARTI SETAN DI BELENGGU

Diantara keutamaan bulan Ramadhan adalah setan setan di belenggu, hal ini sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

“Apabila tiba awal malam bulan Ramadhan, maka setan-setan dan jin yang durhaka dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintupun yang dibuka, pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada satupintupun yang ditutup, lalu (malaikat) penyeru menyerukan, “Wahai orang yang menghendaki kebaikan, datanglah. Wahai orang yang menghendaki kejelekan, berhentilah. Allah juga mempunyai pembebas-pembebas dari neraka. Hal itu (terjadi) pada tiap malam”. (HR Tirmidzi, Shahih Sunan Tirmidzi : 682, Ibnu Majah, Shahih: Ibnu Majah :1642)

✅ Dalam Riwayat lain disebutkan :.

أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Ramadlan telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan berkah, Allah -Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di buan itu pintu langit dibuka, dan pintu neraka Jahim ditutup dan setan-setan pembangkang dibelenggu. Demi Allah di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh ia tidak mendapatkannya.” (HR An Nasa’I : 2079, Ahmad, 2/230)

  • FAEDAH :

Ada beberapa makna yang dijelaskan oleh para ulama tentang arti setan di belenggu, bisa bermakna secara hakiki (dzohirnya) dan bisa bermakna secara maknawi.

✅ Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata

وَقَالَ الْقُرْطُبِيُّ بَعْدَ أَنْ رَجَّحَ حَمْلَهُ عَلَى ظَاهِرِهِ فَإِنْ قِيلَ كَيْفَ نَرَى الشُّرُورَ وَالْمَعَاصِيَ وَاقِعَةً فِي رَمَضَانَ كَثِيرًا فَلَوْ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ لَمْ يَقَعْ ذَلِكَ فَالْجَوَابُ أَنَّهَا إِنَّمَا تَقِلُّ عَنِ الصَّائِمِينَ الصَّوْمَ الَّذِي حُوفِظَ عَلَى شُرُوطِهِ وَرُوعِيَتْ آدَابُهُ أَوِ الْمُصَفَّدُ بَعْضُ الشَّيَاطِين وهم المردة لاكلهم كَمَا تَقَدَّمَ فِي بَعْضِ الرِّوَايَاتِ أَوِ الْمَقْصُودُ تَقْلِيلُ الشُّرُورِ فِيهِ وَهَذَا أَمْرٌ مَحْسُوسٌ فَإِنَّ وُقُوع ذَلِك فِيهِ أقل من غَيره اذلا يَلْزَمُ مِنْ تَصْفِيدِ جَمِيعِهِمْ أَنْ لَا يَقَعَ شَرٌّ وَلَا مَعْصِيَةٌ لِأَنَّ لِذَلِكَ أَسْبَابًا غَيْرَ الشَّيَاطِينِ كَالنُّفُوسِ الْخَبِيثَةِ وَالْعَادَاتِ الْقَبِيحَةِ وَالشَّيَاطِينِ الْإِنْسِيَّةِ

al-Qurthubi rahimahullah mengatakan setelah menguatkan makna hadits kepada makna dzohir : Apabila ada yang bertanya mengapa kejahatan dan kemaksiyatan pada bulan Ramadhan tetap banyak, seandainya setan itu di belenggu tentu hal itu tidak terjadi ? Maka Jawabannya : Gangguan setan lemah terhadap orang yang berpuasa yang puasanya terpenuhi syarat-syaratnya, menjaga adab-adabnya, atau maksudnya yang dibelenggu itu sebagian setan-setan yaitu pentolan-pentolan setan yang jahat (Marodatus Syayathin) tidak seluruhnya, sebagaimana dalam sebagian riwayat. Atau yang dimaksud syaithan dibelenggu adalah berkurangnya (taqlil) keburukan, dan ini perkara yang bisa kita rasakan, dimana kejahatan pada bulan Ramadhan lebih berkurang dibandingkan bulan lainnya, dan seandainya setan dibelenggu seluruhnya pun tidak mengharuskan tidak adanya keburukan atau kemaksiyatan sama sekali, karena keburukan, dosa dan maksiat ada penyebab yang lain selain setan seperti sebab jiwa yang memang jelek, adat yang jelek atau sebab setan jenis manusia”. (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqalani 4/114)

✅ Al-Hafidz al-Baihaqi rahimahullah mengatakan :

وَالمَعْنَى فِيْهِ أَنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ يَخْلُصُوْنَ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ فِيْ إِفْسَادِ النَّاسِ إِلَى مَا يَخْلُصُوْنَ إِلَيْهِ فِيْ غَيْرِهِ, لِاشْتِغَالِ أَكْثَرِ اْلمُسْلِمِيْنَ بِالصِّيَامِ الَّذِيْ فِيْهِ قَمْعُ الشَّهَوَاتِ وَبِقِرَأَةِ اْلقُرْآنِ وَسَائِرِ اْلعِبَادَاتِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ

Maksud hadits ini (Setan dibelenggu) bahwasannya pada bulan Ramadhan Setan tidak bisa bebas dalam mengganggu manusia sebagaimana pada bulan-bulan lainnya, karena mayoritas kaum muslimin sibuk dengan puasa, membaca al-Qur’an dan ibadah-ibadah lainnya yang dapat mengerem syahwat mereka, wallahu a’lam “. (Fadhoilul Auqaat, 143).

Abu Ghozie As Sundawie

= ~~~•~~~ (Lanjut ke Halaman 2) ~~~•~~~